Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat berusaha memulihkan distribusi sapi, kambing dan domba menjelang Idul Adha 1443 Hijriah, dengan membuka kembali akses keluar masuk hewan ternak berkuku belah tersebut pada awal Juli.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor Anas Rasmana saat dikonfirmasi ANTARA di Kota Bogor, Rabu, mengatakan penutupan akses keluar masuk hewan ternak dilakukan hanya sementara, agar membuat pencegahan penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang ditargetkan hingga akhir bulan ini benar-benar terkendali.
"Kalau sampai akhir bulan ini ditutup, berarti masih ada waktu sekitar 9 hari untuk distribusi sapi dan kambing memenuhi kebutuhan kurban," jelas Anas.
Anas menyampaikan, peningkatan jumlah sapi yang terpapar PMK dari semula tujuh dari daerah Jawa Timur yang masuk RPH Bubulak, kini telah berkembang menjadi puluhan sapi.
Anas menyebutkan DKPP mencatat hingga Selasa (21/6) telah ada 184 sapi di daerahnya terkena penyakit mulut dan kuku (PMK) dan telah dua sapi di antaranya mati menjelang Idul Adha ini.
Sebelumnya, Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Susatyo menyampaikan Kepolisian akan terus memantau distribusi dan penjualan hewan ternak sapi dan kambing menjelang Hari Raya Idul Adha oleh jajaran Polsek dan Bhabinkamtibmas.
Tekan PMK
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
Bukan hanya sapi di RPH Bubulak, lokasi penggemukan sapi yang dikelola masyarakat pun juga ditemukan gejala PMK.
Anas menyebutkan DKPP mencatat hingga Selasa (21/6) telah ada 184 sapi di daerahnya terkena penyakit mulut dan kuku (PMK) dan telah dua sapi di antaranya mati menjelang Idul Adha ini.
Dari 184 sapi yang terkena PMK itu, terdapat 130 sapi berada di lokasi penggemukan sapi di masyarakat dan 54 sapi berada di lingkungan rumah pemotongan hewan (RPH) Bubulak.
Saat ini, sebanyak 77 sapi telah dinyatakan sembuh, terdiri dari 30 sapi di lokasi penggemukan sapi di masyarakat dan 47 sapi di RPH Bubulak. Sementara ada dua sapi yang mati. satu sapi berada di RPH Bubulak dan satu sapi berada di lokasi penggemukan masyarakat.
Sebelumnya, Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Susatyo menyampaikan Kepolisian akan terus memantau distribusi dan penjualan hewan ternak sapi dan kambing menjelang Hari Raya Idul Adha oleh jajaran Polsek dan Bhabinkamtibmas.
"Termasuk kami perlu memberi edukasi kepada semua masyarakat agar tidak terjadi gejolak, kemudian (ketika) tidak ada yang membeli hewan kurban dan sebagainya, tentu ini bersama dinas terkait, Dinas Ketahanan Pangan, agar situasi di Hari Raya Kurban bisa baik dan normal," jelas Susatyo.
Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kabupaten Bogor, Jawa Barat mengoptimalkan tujuh posko untuk menekan penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak.
"Kita lakukan agar semua bergerak cepat menangani PMK ini," kata Pelaksana tugas (Plt) Bupati Bogor Iwan Setiawan di Cibinong, Bogor, Rabu.
Ia menyampaikan tujuh posko tersebut lokasinya berada di kantor Diskanak Kabupaten Bogor kemudian enam pusat kesehatan hewan tersebar di Cibinong, Jonggol, Babakanmadang, Pamijahan, Jasinga dan Laladon.
Pemkab Bogor juga membuka layanan saluran telepon kewaspadaan tentang penanganan kasus PMK dengan nomor yang bisa dihubungi 081286443517.
"Silakan masyarakat yang menemukan indikasi ternaknya terpapar PMK melapor ke petugas dan posko-posko yang sudah disediakan," katanya.
Ia menyampaikan wabah yang melanda ternak di Bogor harus segera ditangani karena penyebarannya sudah meluas dan cepat.
"Virus ini harus ditangani segera karena penularannya begitu cepat," kata Iwan.
Ia mengungkapkan tercatat ada 13 ekor sapi perah mati akibat terjangkit PMK, terdiri dari dua induk dan 11 anak, selanjutnya ada 17 ekor sapi perah yang terpaksa dipotong agar bisa dikonsumsi sebelum mati akibat PMK.
Sampai 10 Juni 2022, kata dia, tercatat sebanyak 753 ekor ternak terkena PMK, terdiri dari 524 sapi perah dan 229 sapi potong. Selanjutnya, ada sebanyak 182 ekor ternak yang berhasil sembuh terdiri dari 39 sapi perah dan 143 sapi potong.
Selain itu ada 475 ekor ternak terpapar PMK dalam proses pengobatan terdiri dari 19 sapi potong dan 455 sapi perah.
Ia menyampaikan sudah mengusulkan untuk menggunakan dana belanja tak terduga (BTT) Pemkab Bogor sekitar Rp551 juta untuk operasional dan obat-obatan ternak.
"Kita minta BPKAD untuk permohonan BTT yang akan dikucurkan untuk bantuan obat kepada seluruh peternak terdampak," katanya.
Kepala Diskanak Bogor, Otje Subagja menambahkan untuk memperkuat tim penanganan kasus PMK, Satgas PMK sudah ditingkatkan dari Satgas PMK Dinas menjadi Satgas Penanganan PMK Kabupaten Bogor.
Selain itu, kata dia, juga telah melakukan kerja sama dengan Institut Pertanian Bogor terkait bantuan pengobatan bagi ternak yang terpapar PMK, edukasi, dan healing psikis peternak, serta bantuan pengecekan hewan-hewan ternak jelang Idul Adha.
Otje berharap adanya kerja sama semua unsur termasuk masyarakat untuk mengatasi wabah PMK di Bogor sehingga kasusnya tidak meluas.
“Kita butuh kerjasama yang baik dan terpadu dalam proses mengatasi dan penanganan penyakit PMK di Kabupaten Bogor ini,” katanya.
"Kita lakukan agar semua bergerak cepat menangani PMK ini," kata Pelaksana tugas (Plt) Bupati Bogor Iwan Setiawan di Cibinong, Bogor, Rabu.
Ia menyampaikan tujuh posko tersebut lokasinya berada di kantor Diskanak Kabupaten Bogor kemudian enam pusat kesehatan hewan tersebar di Cibinong, Jonggol, Babakanmadang, Pamijahan, Jasinga dan Laladon.
Pemkab Bogor juga membuka layanan saluran telepon kewaspadaan tentang penanganan kasus PMK dengan nomor yang bisa dihubungi 081286443517.
"Silakan masyarakat yang menemukan indikasi ternaknya terpapar PMK melapor ke petugas dan posko-posko yang sudah disediakan," katanya.
Ia menyampaikan wabah yang melanda ternak di Bogor harus segera ditangani karena penyebarannya sudah meluas dan cepat.
"Virus ini harus ditangani segera karena penularannya begitu cepat," kata Iwan.
Ia mengungkapkan tercatat ada 13 ekor sapi perah mati akibat terjangkit PMK, terdiri dari dua induk dan 11 anak, selanjutnya ada 17 ekor sapi perah yang terpaksa dipotong agar bisa dikonsumsi sebelum mati akibat PMK.
Sampai 10 Juni 2022, kata dia, tercatat sebanyak 753 ekor ternak terkena PMK, terdiri dari 524 sapi perah dan 229 sapi potong. Selanjutnya, ada sebanyak 182 ekor ternak yang berhasil sembuh terdiri dari 39 sapi perah dan 143 sapi potong.
Selain itu ada 475 ekor ternak terpapar PMK dalam proses pengobatan terdiri dari 19 sapi potong dan 455 sapi perah.
Ia menyampaikan sudah mengusulkan untuk menggunakan dana belanja tak terduga (BTT) Pemkab Bogor sekitar Rp551 juta untuk operasional dan obat-obatan ternak.
"Kita minta BPKAD untuk permohonan BTT yang akan dikucurkan untuk bantuan obat kepada seluruh peternak terdampak," katanya.
Kepala Diskanak Bogor, Otje Subagja menambahkan untuk memperkuat tim penanganan kasus PMK, Satgas PMK sudah ditingkatkan dari Satgas PMK Dinas menjadi Satgas Penanganan PMK Kabupaten Bogor.
Selain itu, kata dia, juga telah melakukan kerja sama dengan Institut Pertanian Bogor terkait bantuan pengobatan bagi ternak yang terpapar PMK, edukasi, dan healing psikis peternak, serta bantuan pengecekan hewan-hewan ternak jelang Idul Adha.
Otje berharap adanya kerja sama semua unsur termasuk masyarakat untuk mengatasi wabah PMK di Bogor sehingga kasusnya tidak meluas.
“Kita butuh kerjasama yang baik dan terpadu dalam proses mengatasi dan penanganan penyakit PMK di Kabupaten Bogor ini,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022