Sebanyak lima jenama fashion busana muslim di Kota Bandung, Jawa Barat, berkolaborasi menggelar pameran dan bazaar bertajuk "Friendship Festival", di Malaka Hotel Kota Bandung pada 28-30 Maret 2022.
"Friendship Festival merupakan salah satu upaya untuk menyemangati pelaku industri busana muslim agar terus tumbuh di masa pandemi COVID-19," kata salah satu pemilik jenama fashion busama muslim Deenay, Trini Midiati Yuniar, di Kota Bandung, Senin.
Kelima brand yang terlibat dalam Friendship Festival dalah Deenay milik Trini Midiati Yuniar, Maima, milik Irma Sari Yudawinata dan Winda Mariska Aurora, Jenna&Kaia milik Lira Krisnalisa.
Lalu, Monel milik Dessy Mayasari, Irma Mariam, Minna Mekkarina, R Lina Rooslina, Tintin Sutiarsih dan Nadhani, Nadya Rizki Amatullah.
Trini Midiati Yuniar mengatakan Friendship Festival merupakan hasil diskusi dengan para pemilik brand, melanjutkan kegiatan yang sudah dilaksanakan pada tahun-tahun lalu sejak pandemi COVID-19 melanda Indonesia.
"Awal pandemi kami bikin bazaar kecil-kecilan, responnya baik. Dari bazaar itu kami sepakat melakukan event to the next level (kegiatan ke tahap lanjutan) dan berkesinambungan makanya ada Friendship Festival," kata dia.
"Ke depan kami ingin mensupport brand lain, sehingga owner bisa bertemu dengan dengan reseller, jastiper, pecinta brand," ia melanjutkan.
Mereka optimistis industri fashion bisa meningkat, terlebih pandemi sudah melandai seiring vaksinasi terus meluas.
"Dua tahun sebelumnya perekonomian menurun dan berpengaruh pada bisnis. Sekarang sudah membaik, bahkan pemerintah menyebut menuju endemi," ucap Irma Sari.
Sementara itu, pemilik jenama busana muslim Monel Irma Mariam menyatakan optimismenya jelang bulan Ramadhan tahun ini, trlebih pada penyelenggaraan event sebelumnya, transaksi melebihi ekspektasi.
"Harapannya ada peningkatan. Dua minggu sebelum lebaran peningkatannya mudah-mudahan 30 persen sampai 300 persen," kata dia.
Sementara itu, Funding and Transactional Business Deputi Regional 6 Bandung, Bank Syariah Indonesia (BSI) Silvia Permatasari menyatakan industri halal lifestyle berperan mendukung perkembangan perkonomian.
Data Kementerian Perdagangan, sektor industri fashion muslim pangsa pasar 11 miliar Dolar Amerika Serikat dan dari jumlah itu, Indonesia berperan di angka 500 juta dolar Amerika Serikat.
Berdasarkan data Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (Ikatsi) potensi belanja produk fesyen di kalangan konsumen muslim mencapai 368 miliar Dolar AS pada 2021 jika mengacu pada State of Global Islamic Economy.
Namun karena pandemik, hingga Agustus 2021 angkanya baru mencapai 2,91 miliar Dolar AS atau 0,81 persen.
Meski demikian dengan angka ini Indonesia sudah berada dalam tiga besar di dunia dalam industri fesyen muslim, setelah Uni Emirat Arab dan Turki.
Untuk meningkatkan angka ekonomi di sektor ini, BSI pun akan terus mendukung pelaku usaha dalam mengembangkan fesyen muslim.
"Peluangnya masih besar untuk bisa menjadi trend setter dan kiblat muslim di dunia. Potensi ini diproyeksikan bertumbuh dan ber kembang di tahun 2022. BSI bersinergi dengan brand lokal untuk meningkatkan ekosistem halal melalui transaksi," kata dia.
Untuk meningkatkan sisi penjualan dan konsumsi prodyuk fesyen, BSI memberikan dukungan pada pelaku UMKM dalam bentuk promosi maupun pembiayaan.
"Pemilik produk busana muslim bisa dikategorikan target segmen, karena ada yang masih dalam kategori UMKM dan bisa dapat 500 juta maksimal program KUR (kredit usaha rakyat). Ini bisa masuk dalam bantuan modal kerja," kata Silvia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022