ANTARAJAWABARAT.com,15/2 - Ratusan perajin rotan yang tergabung dalam Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) mengaku membutuhkan sekitar 6000 ton setiap bulan bahan baku rotan.
Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) M Hatta Sinatra kepada wartawan di Cirebon, Rabu, mengatakan, kebutuhan bahan baku utama untuk mebel rotan bagi ratusan perajin di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kini mencapai 6000 ton setiap bulan.
Kebutuhan tersebut meningkat kembali, kata dia, setelah beberapa tahun sejumlah pengusaha rotan sepi pesanan akibat ekspor bahan baku mentah mulai diberlakukan sejak 2005, namun bulan Januari 2012 pemerintah mengeluarkan peraturan larangan ekspor rotan tersebut sehingga menggairahkan usaha rotan di Pantura.
"Usaha rotan di Kabupaten Cirebon merupakan pusat kerajinan mebel urutan pertama di Indonesia dengan kualitas produksi cukup tinggi dipercaya oleh konsumen dari berbagai negara,"katanya.
Bupati Cirebon Drs H Dedi Supardi MM menuturkan, usaha rotan di Kabupaten Cirebon kini mulai bangkit kembali dengan keluarnya Surat Keputusan Kemendagri nomor 35 tentang larangan bahan baku rotan, kesempatan tersebut akan dimanfaatkan oleh ratusan pengusaha rotan untuk memenuhi pesanan dari berbagai negara.
Usaha rotan di Kabupaten Cirebon menyerap ratusan ribu tenaga kerja, kata dia, lesunya permintaan mebel rotan beberapa waktu lalu akibat ekspor bahan baku rotan. Ia mengharapkan pesanan bisa meningkat seperti sebelum tahun 2005.
Ia menambahkan, pihaknya akan menggunakan mebel berbahan rotan disetiap instansi pemerintahan, selain itu sekolah mulai dari SD hingga SMU perlengkapan mebelnya harus dengan rotan, hal itu untuk menampilkan bahwa kabupaten Cirebon adalah produsen rotan terbesar didunia.
Halim Salah satu pengusaha rotan Tegalwangi kepada wartawan menuturkan, kebangkitan usaha rotan setelah larangan ekspor bahan baku akan membawa kemajuan cukup tinggi, setelah beberapa tahun lalu sepi pesanan karena harus bersaing dengan produsen lain yang memberikan harga jual mebel murah.
Kejayaan usaha rotan di Kabupaten Cirebon berakhir tahun 2005 setelah pemerintah membuka ekspor bahan baku keberbagai negara, kini peraturan baru melarang ekspor disambut baik oleh ratusan pengusuha rotan di daerah itu. ***2***
Enjang s
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2012
Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) M Hatta Sinatra kepada wartawan di Cirebon, Rabu, mengatakan, kebutuhan bahan baku utama untuk mebel rotan bagi ratusan perajin di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kini mencapai 6000 ton setiap bulan.
Kebutuhan tersebut meningkat kembali, kata dia, setelah beberapa tahun sejumlah pengusaha rotan sepi pesanan akibat ekspor bahan baku mentah mulai diberlakukan sejak 2005, namun bulan Januari 2012 pemerintah mengeluarkan peraturan larangan ekspor rotan tersebut sehingga menggairahkan usaha rotan di Pantura.
"Usaha rotan di Kabupaten Cirebon merupakan pusat kerajinan mebel urutan pertama di Indonesia dengan kualitas produksi cukup tinggi dipercaya oleh konsumen dari berbagai negara,"katanya.
Bupati Cirebon Drs H Dedi Supardi MM menuturkan, usaha rotan di Kabupaten Cirebon kini mulai bangkit kembali dengan keluarnya Surat Keputusan Kemendagri nomor 35 tentang larangan bahan baku rotan, kesempatan tersebut akan dimanfaatkan oleh ratusan pengusaha rotan untuk memenuhi pesanan dari berbagai negara.
Usaha rotan di Kabupaten Cirebon menyerap ratusan ribu tenaga kerja, kata dia, lesunya permintaan mebel rotan beberapa waktu lalu akibat ekspor bahan baku rotan. Ia mengharapkan pesanan bisa meningkat seperti sebelum tahun 2005.
Ia menambahkan, pihaknya akan menggunakan mebel berbahan rotan disetiap instansi pemerintahan, selain itu sekolah mulai dari SD hingga SMU perlengkapan mebelnya harus dengan rotan, hal itu untuk menampilkan bahwa kabupaten Cirebon adalah produsen rotan terbesar didunia.
Halim Salah satu pengusaha rotan Tegalwangi kepada wartawan menuturkan, kebangkitan usaha rotan setelah larangan ekspor bahan baku akan membawa kemajuan cukup tinggi, setelah beberapa tahun lalu sepi pesanan karena harus bersaing dengan produsen lain yang memberikan harga jual mebel murah.
Kejayaan usaha rotan di Kabupaten Cirebon berakhir tahun 2005 setelah pemerintah membuka ekspor bahan baku keberbagai negara, kini peraturan baru melarang ekspor disambut baik oleh ratusan pengusuha rotan di daerah itu. ***2***
Enjang s
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2012