ANTARAJAWABARAT.com,11/2 - Laju inflasi Jabar diperkirakan telah melewati titik balik sehingga pada triwulan I tahun 2012 diprediksi akan mulai berada pada kecenderungan meningkat.

"Laju inflasi Jabar telah melewati titik balik dan pada triwulan I diperkirakan akan mulai pada trend meningkat, meski diperkirakan masih berada pada kisaran sasaran inflasi nasional," kata Pimpinan Bank Indonesia Bandung, Lucky Fathul Azis yang disampaikan dalam Kajian Ekonomi Regional Jabar, Sabtu.

Tekanan inflasi inti diperkirakan naik akibat memburuknya ekspekstasi inflkasi terkait pemberitaan kebijakan pemberintah membatasikonsumsi BBM bersubsidi dan kenaikan tarif dasar lisrtik.

Dari iii eksternal, harga komoditas di pasar internasional diperkirakan masih akan stagnan sementara nilai tukar rupiah stabil. Dari sisi penawaran khususnya industri pengolahan diperkirakan masih dapat merespon permintaan masyarakat.

Berdasarkan pantuan BPS, inflasi gabungan di tujuh kota pantauan di Jabar yakni Kota Bandung, Depok, Bogor, Bekasi, Sukabumi, Cirebon dan Banjar pada januari 2012 tercatat inflasi 0,79 persen atau naik dibandingkan 0,62 persen. Sedangkan inflasi gabungan dalam 12 bulan terakhir (yoy) di Jabar pada Januari 2012 sebesar 3,28 persen atau naik dibanding periode sebelumnya 3,10 persen di akhir tahun 2011.

Lucky menyebutkan, tekanan harga properti akibat kenaikan permintaan diperkirakan akan berlanjut pada triwulan I 2012.

Tekanan juga berasal dari "administered price" akibat kenaikan cukai rokok. Pedagang rokok diperkirakan akan merespon naiknya cukai secara keseluruhan pada triwulan I 2012.

Sedangkan dari kelompok bahan makanan, diperkirakan relatif baik sejalan dengan perkiraan peningkatan produksi pertanian di awal tahun ini.

Tiga komoditas yakni beras, cabe merah dan ayam ras diperkirakan surplus di awal tahun ini sehingga akan mendorong indeks stok bahan pangan meningkat dari triwulan sebelumnya.

Namun masih ada resiko tekanan inflasi dari faktor eksternal, yakni perekonomian negara maju yang belum sepenuhnya pulih masih menyebabkan permintaan terhadap komoditas strategis masih rendah.

Sedangkan nilai tukar rupiah diindikasikan mengalami apresiasi selama 2012 sejalan dengan baiknya prospek ekonomi dan kuatnya fundamental ekonomi Indonesia.***2***

Syarif A

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2012