Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan fungsi utama bangunan Museum Tsunami Aceh yang didesainnya itu berguna untuk misi penyelamatan jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
"Jangan lupa fungsi utama bangunan gedung ini (Museum Tsunami Aceh) untuk penyelamatan, maka dari itu atapnya dari beton," kata Ridwan Kamil, di Banda Aceh, Sabtu.
Hal itu disampaikan Ridwan Kamil saat mengunjungi Museum Tsunami Aceh, didampingi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh Jamaluddin. Kunjungan ini kali ke dua dilakukan setelah sebelumnya pada 2017 saat peringatan tsunami ke 13 tahun.
Kang Emil, sapaan akrabnya mengatakan, Museum Tsunami Aceh sengaja didesainnya dengan atap beton, kemudian banyak tangga sampai ke belakang gedung, sehingga jika terjadi bencana dapat menyelamatkan ribuan orang.
"Itu lah konsep bangunan yang responsif terhadap bencana, dan ini mewakili semua," ujarnya.
Ia menyampaikan, museum tersebut juga dirancang memiliki ruang terbuka, sehingga pengunjung dapat memilih masuk ke dalam gedung atau berinteraksi di luar. Karenanya ada fasilitas seperti kafe, tempat berteduh dan lain sebagainya disiapkan.
Gedung Museum Tsunami Aceh tersebut, lanjut dia, merupakan salah satu bangunan terpenting dalam sejarah tsunami Aceh, serta terhadap dirinya pribadi selaku arsitek yang merancang bangunan megah tersebut.
"Memori bangunan ini sangat kuat, tapi yang namanya bangunan setiap lima tahun sekali tentu harus dirawat, di cat ulang, serta terus diperbaiki," kata dia.
Menurut Kang Emil, Museum Tsunami Aceh ini juga dapat menambahkan koleksi temporer, sehingga gedung tersebut juga menjadi ruang edukasi, selain sebagai tempat mengingat bencana.
Dirinya juga mengapresiasi Pemerintah Aceh dalam hal ini Disbudpar Aceh yang telah merawat bangunan bersejarah itu secara baik, sehingga memberi kenyamanan bagi pengunjung.
"Saya mengapresiasi setelah peralihan dari pemerintah pusat kepada Dinas Pariwisata Aceh perawatannya sangat baik, antusias pengunjungnya juga luar biasa," kata Kang Emil.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Jangan lupa fungsi utama bangunan gedung ini (Museum Tsunami Aceh) untuk penyelamatan, maka dari itu atapnya dari beton," kata Ridwan Kamil, di Banda Aceh, Sabtu.
Hal itu disampaikan Ridwan Kamil saat mengunjungi Museum Tsunami Aceh, didampingi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh Jamaluddin. Kunjungan ini kali ke dua dilakukan setelah sebelumnya pada 2017 saat peringatan tsunami ke 13 tahun.
Kang Emil, sapaan akrabnya mengatakan, Museum Tsunami Aceh sengaja didesainnya dengan atap beton, kemudian banyak tangga sampai ke belakang gedung, sehingga jika terjadi bencana dapat menyelamatkan ribuan orang.
"Itu lah konsep bangunan yang responsif terhadap bencana, dan ini mewakili semua," ujarnya.
Ia menyampaikan, museum tersebut juga dirancang memiliki ruang terbuka, sehingga pengunjung dapat memilih masuk ke dalam gedung atau berinteraksi di luar. Karenanya ada fasilitas seperti kafe, tempat berteduh dan lain sebagainya disiapkan.
Gedung Museum Tsunami Aceh tersebut, lanjut dia, merupakan salah satu bangunan terpenting dalam sejarah tsunami Aceh, serta terhadap dirinya pribadi selaku arsitek yang merancang bangunan megah tersebut.
"Memori bangunan ini sangat kuat, tapi yang namanya bangunan setiap lima tahun sekali tentu harus dirawat, di cat ulang, serta terus diperbaiki," kata dia.
Menurut Kang Emil, Museum Tsunami Aceh ini juga dapat menambahkan koleksi temporer, sehingga gedung tersebut juga menjadi ruang edukasi, selain sebagai tempat mengingat bencana.
Dirinya juga mengapresiasi Pemerintah Aceh dalam hal ini Disbudpar Aceh yang telah merawat bangunan bersejarah itu secara baik, sehingga memberi kenyamanan bagi pengunjung.
"Saya mengapresiasi setelah peralihan dari pemerintah pusat kepada Dinas Pariwisata Aceh perawatannya sangat baik, antusias pengunjungnya juga luar biasa," kata Kang Emil.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021