Harga emas tergelincir pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), terseret dolar AS dan imbal hasil obligasi Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menguat, meskipun kenaikan inflasi dan ketidakpastian atas varian virus Corona, Omicron membatasi kerugian.

Sementara investor fokus pada data harga konsumen AS yang akan dirilis akhir pekan ini.

Baca juga: Harga emas stabil di sesi Asia, investor perkirakan tapering Fed lebih cepat

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di Divisi Comex New York Exchange, merosot 4,4 dolar AS atau 0,25 persen, menjadi ditutup pada 1.779,50 dolar AS per ounce. Di pasar spot, harga emas juga jatuh 0,30 persen menjadi diperdagangkan pada 1.778,09 dolar AS per ounce pada pukul 18.42 GMT.

Akhir pekan lalu, Jumat (3/12), emas berjangka melonjak 21,2 dolar AS atau 1,2 persen menjadi 1.783,90 dolar AS, setelah anjlok 21,60 dolar AS atau 1,2 persen menjadi 1.762,70 dolar AS pada Kamis (2/12), dan terangkat 7,8 dolar AS atau 0,44 persen menjadi 1.784,30 dolar AS pada Rabu (1/12).

Dolar AS yang menguat, membuat emas lebih mahal bagi pembeli luar negeri, sementara imbal hasil obligasi Pemerintah AS 10-tahun AS berbalik naik. Kenaikan imbal hasil obligasi meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan suku bunga.
Emas juga tertekan karena pasar saham global melakukan rebound tentatif dari aksi jual minggu lalu, didorong oleh kekhawatiran atas penyebaran Omicron.

Baca juga: Harga emas berjangka melonjak 21,2 dolar AS, data pekerjaan AS mengecewakan

"Emas akan tetap berada dalam lingkungan perdagangan yang berombak karena ada dorongan tarik-menarik di pasar; satu sisi, kami memiliki pasar yang mengantisipasi tapering yang lebih cepat, dan di sisi lain kami memiliki permintaan safe-haven dengan gagasan inflasi yang memanas," kata David Meger, Direktur Perdagangan Logam Berjangka di High Ridge Futures.

Data harga konsumen pada hari Jumat (10/12) akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang strategi kebijakan Federal Reserve AS.
Angka IHK (indeks harga konsumen) yang lebih ringan, meskipun tidak terduga, dapat mengurangi beberapa fokus terhadap kenaikan suku bunga pada 2022, sementara kelemahan tambahan di pasar saham hingga Desember juga dapat mendorong beberapa permintaan safe-haven ke emas, kata analis Saxo Bank, Ole Hansen.

Federal Reserve akan mengadakan pertemuan moneter pada 14 dan 15 Desember. Pedagang sedang menunggu untuk melihat bagaimana Fed akan menyesuaikan kebijakan suku bunganya terhadap inflasi.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 21,8 sen atau 0,97 persen, menjadi ditutup pada 22,263 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik 10,2 dolar AS atau 1,1 persen, menjadi ditutup pada 936,40 dolar AS per ounce.

Baca juga: Harga emas menuju penurunan mingguan di tengah sikap "hawkish" Fed

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021