Pakar petir Institut Teknologi Bandung (ITB) Profesor Reynaldo Zoro menyatakan kualitas tangki milik Pertamina memenuhi berbagai standar termasuk standar dari National Fire Protection Association (NFPA).
Namun demikian, tambahnya, petir di daerah tropis seperti Indonesia memang jauh lebih kuat dibandingkan wilayah sub tropis sehingga meskipun kualitas tangki milik Pertamina dinilai sangat baik, namun tidak menutup kemungkinan bisa berlubang saat tersambar petir.
"Iya, kualitas tangki sangat bagus, telah memenuhi berbagai standar, termasuk standar National Fire Protection Association (NFPA). Tetapi petir tropis memang sangat kuat. Apabila menyambar tangki, bisa membuat meleleh, bisa berlubang,” ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Hal itu dikatakannya menanggapi adanya dugaan petir sebagai penyebab terbakarnya tangki di Kilang Cilacap, beberapa hari lalu yang disampaikan penyidik Polda Jawa Tengah yang didasarkan atas keterangan saksi dan petunjuk dari CCTV.
Sebelumnya, BMKG juga menyampaikan peringatan dini bahwa pada saat tangki terbakar, hujan lebat disertai petir akan melanda Cilacap. Kondisi serupa, juga disampaikan Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Wijonardi.
Zoro yang juga Kepala Pusat Penelitian Petir, Lightning Research Center (LRC), Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI)- ITB tersebut menambahkan karakteristik petir di wilayah tropis memang berbeda dibandingkan subtropis.
Petir subtropis lebih kecil, pendek, dan impulsnya lebih sedikit. Sedangkan ekor petir tropis lebih panjang, lebih tinggi, lebih curam, sehingga muatannya lebih banyak.
“Petir tropis memiliki sambaran tinggi, amplitudo besar, gelombang sangat curam, impulse force-nya bisa menghancurkan, dan muatan arus petir jauh lebih besar,” katanya.
Karena karakteristik petir tropis yang luar biasa itulah, tambahnya, maka kasus kebakaran kilang akibat petir juga bukan hanya terjadi di Indonesia.
Menurut dia, di luar negeri, terutama di wilayah tropis, peristiwa serupa juga kerap terjadi, salah satu yang paling sering terbakar akibat petir adalah kilang di Malaysia. Karena kondisinya mirip Indonesia.
Selain kualitas tangki yang sudah memenuhi syarat, lanjut Zoro, sebenarnya kilang-kilang Pertamina juga dilengkapi dengan teknologi Free Standing Mast (FSM) dan Extended Mast Terminal (EMT) pada struktur yang berfungsi sebagai sistem penangkal petir.
Bahkan, teknologi proteksi petir seperti FSM dan EMT tersebut, ujarnya, juga terdapat pada kilang Cilacap, namun memang terdapat sebagian tangki yang belum memakai teknologi tersebut.
"Malah di Cilacap, di kilangnya juga sudah dipasang. Di sana sudah lebih dari 17 kali sambaran. Jadi kalau gak pakai teknologi itu, coba dibayangkan apa yang terjadi,” katanya.
Baca juga: Kebakaran tangki di Kilang Pertamina Cilacap berhasil dipadamkan
Baca juga: Pertamina pastikan tangki yang terbakar di Cilacap telah dilokalisasi
Baca juga: Pertamina Cilacap: Kebakaran tangki T39 berhasil dipadamkan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Namun demikian, tambahnya, petir di daerah tropis seperti Indonesia memang jauh lebih kuat dibandingkan wilayah sub tropis sehingga meskipun kualitas tangki milik Pertamina dinilai sangat baik, namun tidak menutup kemungkinan bisa berlubang saat tersambar petir.
"Iya, kualitas tangki sangat bagus, telah memenuhi berbagai standar, termasuk standar National Fire Protection Association (NFPA). Tetapi petir tropis memang sangat kuat. Apabila menyambar tangki, bisa membuat meleleh, bisa berlubang,” ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Hal itu dikatakannya menanggapi adanya dugaan petir sebagai penyebab terbakarnya tangki di Kilang Cilacap, beberapa hari lalu yang disampaikan penyidik Polda Jawa Tengah yang didasarkan atas keterangan saksi dan petunjuk dari CCTV.
Sebelumnya, BMKG juga menyampaikan peringatan dini bahwa pada saat tangki terbakar, hujan lebat disertai petir akan melanda Cilacap. Kondisi serupa, juga disampaikan Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Wijonardi.
Zoro yang juga Kepala Pusat Penelitian Petir, Lightning Research Center (LRC), Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI)- ITB tersebut menambahkan karakteristik petir di wilayah tropis memang berbeda dibandingkan subtropis.
Petir subtropis lebih kecil, pendek, dan impulsnya lebih sedikit. Sedangkan ekor petir tropis lebih panjang, lebih tinggi, lebih curam, sehingga muatannya lebih banyak.
“Petir tropis memiliki sambaran tinggi, amplitudo besar, gelombang sangat curam, impulse force-nya bisa menghancurkan, dan muatan arus petir jauh lebih besar,” katanya.
Karena karakteristik petir tropis yang luar biasa itulah, tambahnya, maka kasus kebakaran kilang akibat petir juga bukan hanya terjadi di Indonesia.
Menurut dia, di luar negeri, terutama di wilayah tropis, peristiwa serupa juga kerap terjadi, salah satu yang paling sering terbakar akibat petir adalah kilang di Malaysia. Karena kondisinya mirip Indonesia.
Selain kualitas tangki yang sudah memenuhi syarat, lanjut Zoro, sebenarnya kilang-kilang Pertamina juga dilengkapi dengan teknologi Free Standing Mast (FSM) dan Extended Mast Terminal (EMT) pada struktur yang berfungsi sebagai sistem penangkal petir.
Bahkan, teknologi proteksi petir seperti FSM dan EMT tersebut, ujarnya, juga terdapat pada kilang Cilacap, namun memang terdapat sebagian tangki yang belum memakai teknologi tersebut.
"Malah di Cilacap, di kilangnya juga sudah dipasang. Di sana sudah lebih dari 17 kali sambaran. Jadi kalau gak pakai teknologi itu, coba dibayangkan apa yang terjadi,” katanya.
Baca juga: Kebakaran tangki di Kilang Pertamina Cilacap berhasil dipadamkan
Baca juga: Pertamina pastikan tangki yang terbakar di Cilacap telah dilokalisasi
Baca juga: Pertamina Cilacap: Kebakaran tangki T39 berhasil dipadamkan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021