ANTARAJAWABARAT.com,20/8 - Sarung tradisional tenun ikat hasil produksi pengrajin dari Kabupaten Tegal, Jawa Tengah yang pasarkan di pasar sandang Tegal Gubug, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, memasuki pekan ketiga bulan Ramadhan tetap diminati konsumen.

Yasin Husni salah seorang pedagang sarung tenun ikat asal Kabupaten Tegal, Jawa Tengah di pasar sandang Tegal Gubug kepada wartawan di Cirebon, Sabtu, mengatakan sarung tenun ikat hasil alat tenun bukan mesin (ATBM), masih tetap diminati oleh sejumlah konsumen baik dalam negeri juga untuk ekspor.

Memasuki pekan ketiga bulan Ramadhan permintaan sarung tenun ikat semakin tinggi, kata Yasin, dalam satu kali pasaran yang digelar dirinya mampu menjual kurang dari 700 sarung tenun ikat dengan harga rata-rata kurang dari Rp 140 ribu per sarung.

"Meski harga sarung tenun ikat cukup tinggi dibandingkan dengan kain sarung hasil produksi mesin tenun, namun konsumen tetap memilih sarung tenun ikat tersebut, karena bahan yang digunakan katun hingga 90 persen, sehingga kainnya lembut dan sejuk digunakan,"katanya.

Menurut dia, pemasaran tenun ikat di pasar Tegal Gubug Cirebon mudah karena tingginya permintaan, namun kendalanya persediaan sarung tenun ikat terbatas karena produksi sejumlah pengrajin di Kabupaten Tegal masih manual dan kesulitan mencari tenaga ahli.

Menjelang dua bulan sebelum bulan Ramadhan dirinya sebagai pedagang sarung tenun ikat sudah menyimpan modal ke pengrajin supaya, kata dia, hasil sarung tenun ikat diperhatikan karena sarung tenun ikat tersebut berebut dengan pasar impor.

Sementara itu Suhendra salah seorang pembeli asal Jakarta mengaku, sarung tenun ikat hasil kerajinan tangan masyarakat Kabupaten Tegal nyaman digunakan karena bahan sarung tersebut benang katun, selain itu corak dan warnanya natural, sehingga memikat konsumen.

Harga sarung tenun ikat masih terjangkau, kata Suhendra, jika melihat bahan benang yang digunakan bahan katun lembut, selain itu pengerjaan masih menggunakan alat tenun bukan mesin, keahlian membuat sarung tersebut sudah tidak diragukan dengan olah corak sarung cukup menarik.

Dia menuturkan, harga sarung tenun ikat bervariasi mulai kurang dari Rp 140 ribu hingga mencapai Rp 500 ribu per sarung untuk kualitas ekspor, dirinya berharap produksi unggulan asli daerah sendiri mampu bertahan dan bersaing dengan negara lain.

Hasil olahan kain meski cara tradisional masih tetap memiliki kualitas baik, kata dia, tenun ikat merupakan keahlian menenun dan memberikan corak kain sarung yang perlu dikembangkan dan tetap dijaga kelestariannya, supaya generasi selanjutnya tetap mengenal dan memakai sarung tenun ikat tersebut.***5***

Enjang S

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011