Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 dr Reisa Broto Asmoro menegaskan kabar yang menyebutkan vaksin bisa menyebabkan stroke adalah informasi yang keliru dan tidak benar atau hoaks.
"Kementerian Kominfo telah klarifikasi info itu dan memang merupakan berita yang keliru atau hoax. Tidak ada keterkaitan antara stroke dengan vaksin anak," kata Reisa dalam dalam bincang-bincang siaran sehat bertajuk "Tetap Waspada Saat COVID-19 Melandai" yang dipantau di Jakarta, Senin.
Sebelumnya beredar informasi berupa tangkapan layar dari akun sosial media di luar negeri yang menerangkan stroke pada anak merupakan efek samping dari vaksinasi. Reisa memastikan sekalipun tangkapan layar tersebut menerangkan informasi dengan menggunakan bahasa Inggris, informasi itu dipastikan tidak benar.
Reisa mengingatkan kepada masyarakat untuk kritis dalam menerima informasi mengenai COVID-19 yang tersebar di media sosial, terlebih lagi berasal dari sumber informasi tidak resmi yang tak dapat dipercaya.
"Kita harus antisipasi berita yang kita daptkan itu valid atau tidak, benar atau tidak," kata Reisa.
Dia mengarahkan masyarakat untuk mengecek laman covid19.go.id atau kominfo.go.id untuk mengetahui kebenaran informasi mengenai virus corona.
Reisa juga mengajak para orang tua untuk tidak ragu memvaksinasi COVID-19 anaknya sebagai upaya perlindungan dari virus corona. Dia menyebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI telah menerbitkan izin penggunaan darurat untuk vaksin Sinovac bagi anak usia 6 sampai 11 tahun, maupun anak usia 11 hingga 17 tahun.
Pada kesempatan berbeda, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan pemerintah berencana bekerja sama dengan sekolah untuk memvaksin anak berusia 6 sampai 11 tahun.
“Kemungkinan untuk anak usia 6-11 tahun, ini kan anak-anak sekolah, kita akan kerja sama dengan sekolah masing-masing. Kita tahu terdapat ‘bulan imunisasi anak’ di sekolah setiap tahun, jadi kita nanti akan gunakan mekanisme ini,” kata Nadia.
Baca juga: Muhammadiyah siap sukseskan vaksinasi COVID-19 anak usia 6 hingga 11 tahun
Baca juga: Vaksinasi anak dilakukan jika cakupan dosis pertama sudah 70 persen
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Kementerian Kominfo telah klarifikasi info itu dan memang merupakan berita yang keliru atau hoax. Tidak ada keterkaitan antara stroke dengan vaksin anak," kata Reisa dalam dalam bincang-bincang siaran sehat bertajuk "Tetap Waspada Saat COVID-19 Melandai" yang dipantau di Jakarta, Senin.
Sebelumnya beredar informasi berupa tangkapan layar dari akun sosial media di luar negeri yang menerangkan stroke pada anak merupakan efek samping dari vaksinasi. Reisa memastikan sekalipun tangkapan layar tersebut menerangkan informasi dengan menggunakan bahasa Inggris, informasi itu dipastikan tidak benar.
Reisa mengingatkan kepada masyarakat untuk kritis dalam menerima informasi mengenai COVID-19 yang tersebar di media sosial, terlebih lagi berasal dari sumber informasi tidak resmi yang tak dapat dipercaya.
"Kita harus antisipasi berita yang kita daptkan itu valid atau tidak, benar atau tidak," kata Reisa.
Dia mengarahkan masyarakat untuk mengecek laman covid19.go.id atau kominfo.go.id untuk mengetahui kebenaran informasi mengenai virus corona.
Reisa juga mengajak para orang tua untuk tidak ragu memvaksinasi COVID-19 anaknya sebagai upaya perlindungan dari virus corona. Dia menyebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI telah menerbitkan izin penggunaan darurat untuk vaksin Sinovac bagi anak usia 6 sampai 11 tahun, maupun anak usia 11 hingga 17 tahun.
Pada kesempatan berbeda, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan pemerintah berencana bekerja sama dengan sekolah untuk memvaksin anak berusia 6 sampai 11 tahun.
“Kemungkinan untuk anak usia 6-11 tahun, ini kan anak-anak sekolah, kita akan kerja sama dengan sekolah masing-masing. Kita tahu terdapat ‘bulan imunisasi anak’ di sekolah setiap tahun, jadi kita nanti akan gunakan mekanisme ini,” kata Nadia.
Baca juga: Muhammadiyah siap sukseskan vaksinasi COVID-19 anak usia 6 hingga 11 tahun
Baca juga: Vaksinasi anak dilakukan jika cakupan dosis pertama sudah 70 persen
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021