Bank Indonesia (BI) melaporkan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada September 2021 meningkat delapan persen jika dibandingkan dengan September 2020 (year-on-year/yoy) menjadi Rp7.287,3 triliun, dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,9 persen (yoy).
Peningkatan tersebut didorong oleh lebih tingginya pertumbuhan komponen uang beredar sempit (M1) yang mencapai 11,2 persen (yoy) dan uang kuasi yang tumbuh 4,5 persen (yoy).
"Pertumbuhan M2 pada September 2021 terutama dipengaruhi oleh penyaluran kredit yang tumbuh dua persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan capaian pada bulan sebelumnya sebesar satu persen (yoy)," ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin.
Akselerasi pertumbuhan kredit terjadi pada debitur perorangan dan korporasi yang masing-masing meningkat dari 4,7 persen (yoy) menjadi 5,1 persen (yoy) dan minus 1,4 persen (yoy) dan 0,8 persen (yoy).
Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan penyaluran kredit September 2021 terjadi pada seluruh penggunaan, baik kredit investasi, kredit modal kerja, maupun kredit konsumsi.
Di sisi lain, Erwin mengatakan melambatnya pertumbuhan tagihan bersih kepada pemerintah pusat dan aktiva luar negeri bersih menahan peningkatan pertumbuhan uang beredar yang lebih tinggi.
"Tagihan bersih kepada pemerintah pusat tumbuh 16,1 persen (yoy), melambat dari bulan sebelumnya 21,1 persen (yoy)," ungkapnya.
Sementara itu, lanjut dia, aktiva luar negeri bersih tumbuh lima persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada Agustus 2021 yang mencapai enam persen (yoy).
Baca juga: Uang beredar Agustus tumbuh 6,9 persen capai Rp7.198,9 triliun
Baca juga: BI: Uang beredar tumbuh meningkat pada Juni
Baca juga: BI: Uang beredar tumbuh 8 persen pada Mei 2021 capai Rp6.994,9 triliun
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Peningkatan tersebut didorong oleh lebih tingginya pertumbuhan komponen uang beredar sempit (M1) yang mencapai 11,2 persen (yoy) dan uang kuasi yang tumbuh 4,5 persen (yoy).
"Pertumbuhan M2 pada September 2021 terutama dipengaruhi oleh penyaluran kredit yang tumbuh dua persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan capaian pada bulan sebelumnya sebesar satu persen (yoy)," ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin.
Akselerasi pertumbuhan kredit terjadi pada debitur perorangan dan korporasi yang masing-masing meningkat dari 4,7 persen (yoy) menjadi 5,1 persen (yoy) dan minus 1,4 persen (yoy) dan 0,8 persen (yoy).
Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan penyaluran kredit September 2021 terjadi pada seluruh penggunaan, baik kredit investasi, kredit modal kerja, maupun kredit konsumsi.
Di sisi lain, Erwin mengatakan melambatnya pertumbuhan tagihan bersih kepada pemerintah pusat dan aktiva luar negeri bersih menahan peningkatan pertumbuhan uang beredar yang lebih tinggi.
"Tagihan bersih kepada pemerintah pusat tumbuh 16,1 persen (yoy), melambat dari bulan sebelumnya 21,1 persen (yoy)," ungkapnya.
Sementara itu, lanjut dia, aktiva luar negeri bersih tumbuh lima persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada Agustus 2021 yang mencapai enam persen (yoy).
Baca juga: Uang beredar Agustus tumbuh 6,9 persen capai Rp7.198,9 triliun
Baca juga: BI: Uang beredar tumbuh meningkat pada Juni
Baca juga: BI: Uang beredar tumbuh 8 persen pada Mei 2021 capai Rp6.994,9 triliun
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021