Dinas Perikanan Peternakan dan Kelautan Kabupaten Cianjur di Provinsi Jawa Barat mencatat ikan di keramba jaring apung yang dalam beberapa hari terakhir mati secara massal di Waduk Jangari, Kecamatan Mande, beratnya total mencapai sekitar 200 ton.
Kepala UPTD Jangari Dinas Perikanan Peternakan dan Kelautan Kabupaten Cianjur Budi Prayatna saat dihubungi dari Cianjur, Kamis, mengatakan bahwa kematian massal ikan yang dalam beberapa hari terakhir terjadi di Waduk Jangari dipicu oleh tingginya curah hujan di bagian hulu, yang menyebabkan air sungai yang kotor mengalir ke Waduk Jangari dan Waduk Cirata.
"Kawasan waduk Jangari dan Cirata mendapat kiriman air kotor dari hulu sungai, sehingga menyebabkan ikan di dalam jaring terapung kekurangan air bersih, akibatnya ikan mati mendadak dalam jumlah besar," katanya.
Ia menyarankan pembudi daya ikan mengurangi jumlah bibit ikan yang dipelihara pada musim tanam kedua, menjelang musim penghujan, guna menekan kerugian.
"Kami mengimbau petani lebih cepat memanen ikan saat perubahan musim terjadi agar tidak merugi," katanya.
Kematian massal ikan di Waduk Jangari menimbulkan kerugian besar bagi pembudi daya ikan.
"Kalau dihitung lebih dari seratus jaring terapung yang mengalami ikan mati akibat upwelling. Hitungannya, satu jaring apung dapat menghasilkan puluhan ton ikan yang biasa dijual ke berbagai daerah, terutama Jabodetabek. Kalau ditotal kerugian petani mencapai miliaran rupiah dan ini terjadi hampir setiap tahun," kata Jimi, pemilik jaring apung di Blok Cinenang, Kecamatan Mande.
"Kami juga bingung bagaimana cara mengantisipasinya, karena air sungai yang kotor masuk ke waduk," katanya.
Baca juga: Jutaan ekor ikan di Waduk Cirata mati akibat air hujan kiriman
Baca juga: Dedi Mulyadi: Perlu pengaturan pola tanam atasi ikan mati massal di Waduk Jatiluhur
Baca juga: Dinas pastikan ikan dari Jangari layak konsumsi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Kepala UPTD Jangari Dinas Perikanan Peternakan dan Kelautan Kabupaten Cianjur Budi Prayatna saat dihubungi dari Cianjur, Kamis, mengatakan bahwa kematian massal ikan yang dalam beberapa hari terakhir terjadi di Waduk Jangari dipicu oleh tingginya curah hujan di bagian hulu, yang menyebabkan air sungai yang kotor mengalir ke Waduk Jangari dan Waduk Cirata.
"Kawasan waduk Jangari dan Cirata mendapat kiriman air kotor dari hulu sungai, sehingga menyebabkan ikan di dalam jaring terapung kekurangan air bersih, akibatnya ikan mati mendadak dalam jumlah besar," katanya.
Ia menyarankan pembudi daya ikan mengurangi jumlah bibit ikan yang dipelihara pada musim tanam kedua, menjelang musim penghujan, guna menekan kerugian.
"Kami mengimbau petani lebih cepat memanen ikan saat perubahan musim terjadi agar tidak merugi," katanya.
Kematian massal ikan di Waduk Jangari menimbulkan kerugian besar bagi pembudi daya ikan.
"Kalau dihitung lebih dari seratus jaring terapung yang mengalami ikan mati akibat upwelling. Hitungannya, satu jaring apung dapat menghasilkan puluhan ton ikan yang biasa dijual ke berbagai daerah, terutama Jabodetabek. Kalau ditotal kerugian petani mencapai miliaran rupiah dan ini terjadi hampir setiap tahun," kata Jimi, pemilik jaring apung di Blok Cinenang, Kecamatan Mande.
"Kami juga bingung bagaimana cara mengantisipasinya, karena air sungai yang kotor masuk ke waduk," katanya.
Baca juga: Jutaan ekor ikan di Waduk Cirata mati akibat air hujan kiriman
Baca juga: Dedi Mulyadi: Perlu pengaturan pola tanam atasi ikan mati massal di Waduk Jatiluhur
Baca juga: Dinas pastikan ikan dari Jangari layak konsumsi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021