ANTARAJAWABARAT.com,6/6 - Petani sayur mayur di kawasan Pacet-Cipanas, Cianjur, Jawa Barat (Jabar), hanya bisa meratapi nasib karena cuaca ekstrim selama tiga bulan terakhir, membuat panen mereka tidak maksimal dan tidak sedikit mengalami kerugian.
Informasi yang dihimpun, Senin, disebutkan tingginya curah hujan selama tiga bulan terakhir, membuat sayur mayur jenis daun-daunan seperti, bawang daun, saledri, sawi, kol dan selada, tidak membuahkan hasil yang maksimal.
Hal serupa juga dialami pentani sayur mayur jenis lain seperti, tomat, labu siam, cabe dan wortel. Hal tersebut dibenarkan Uki (47) petani sayur di Kampung Panagan, Desa Sukatani, Pacet.
Sejak tiga bulan terakhir, kata dia, hasil panen sayur mayur yang ditanamnya, tidak maksimal, meskipun tidak sampai merugi, namun hasil panen labu siam dan sayur mayur jenis daun-daunan diladangnya, tidak mencapai 50 persen, dari 1,5 hektar lahan yang ditanami.
"Baru tahun ini, kami mengalami panen yang tidak maksimal. Dari sebagian besar lahan yang kami miliki, hanya 30-40 persen yang bisa dipanen dengan hasil bagus. Sisanya rusak tergenang air hujan," keluhnya.
Dia menuturkan, akibat gagal panen tersebut, pihaknya terpaksa membeli sayur mayur dari petani lain, guna menutupi pesanan dari Jabodetabek yang selama ini, selalu mereka penuhi.
Sedangkan, puluhan petani sayur mayur di Kampung Parabon, Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas, yang sebagian besar menanam sayur mayur jenis cabe, tomat, wortel dan sayur mayur jenis daun-daunan, mengaku merugi karena gagal panen akibat cuaca ekstrim.
Sebagian besar petani tersebut, saat ini, memilih beralih menanam palawija, yang dinilai kuat menahan cuaca esktrim yang selama ini sulit diprediksi, kapan akan berakhir.
"Kami hanya bisa berserah diri pada sang kuasa, agar masa-masa sulit ini, dapat kami lalui dan lahan kami dapat menghasilkan panen yang memuaskan. Kami merugi hingga jutaan rupiah," kata Yudi (35) diamini petani lainnya di kawasan tersebut.
Pantauan ANTARA, di Kampung Panagan yang sebagian besar masyarakatnya hidup dari lahan pertanian, banyak mendapat pesanan dari pasar dan supermarket yang ada di Jabodetabek. Namun sejak tiga bulan terakhir, para petani di kawasan itu, mengaku kesulitan memenuhi pesanan.
Bahkan tidak sedikit dari petani sayur mayur itu, beralih profesi menanam lahanya dengan tanaman palawija yang tahan terhadap hujan, seperti jagung dan kacang-kacangan.
Sementara itu, sulitnya mendapatkan sayur mayur hasil panen dari kawasan Pacet dan Cipanas itu, dibenarkan pedagang sayur mayur oleh-oleh khas Cipanas, yang membuka lapkanya di sepanjang trotoar di Jalan Raya Pasekon.
"Untuk mengisi kios sayur mayur, kami terpaksa membeli sayur mayur dari daerah lain seperti Cikalongkulon dan Cugenang. Karena hasil panen petani di kawasan Pacet dan Cipanas, tidak lagi berlebih untuk kami beli," kata Balu (43) salah seorang pedagang sayur mayur.
Sedangkan minimnya hasil panen petani sayur mayur setempat, berimbas pada harga berbagai jenis sayur mayur itu. Meskipun satu pecan terakhir, harga sayur mayur itu, sempat mengalami penurunan, namun minggu ini, kembali mengalami kenaikan .
?Sebagian besar kenaikan harga terjadi pada sayur mayur jenis daun. Kenaikan tersebut, tidak terlalu besar, berkisar antara Rp 500-2000 perkilogram," ucapnya.***4***
Fikri
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011
Informasi yang dihimpun, Senin, disebutkan tingginya curah hujan selama tiga bulan terakhir, membuat sayur mayur jenis daun-daunan seperti, bawang daun, saledri, sawi, kol dan selada, tidak membuahkan hasil yang maksimal.
Hal serupa juga dialami pentani sayur mayur jenis lain seperti, tomat, labu siam, cabe dan wortel. Hal tersebut dibenarkan Uki (47) petani sayur di Kampung Panagan, Desa Sukatani, Pacet.
Sejak tiga bulan terakhir, kata dia, hasil panen sayur mayur yang ditanamnya, tidak maksimal, meskipun tidak sampai merugi, namun hasil panen labu siam dan sayur mayur jenis daun-daunan diladangnya, tidak mencapai 50 persen, dari 1,5 hektar lahan yang ditanami.
"Baru tahun ini, kami mengalami panen yang tidak maksimal. Dari sebagian besar lahan yang kami miliki, hanya 30-40 persen yang bisa dipanen dengan hasil bagus. Sisanya rusak tergenang air hujan," keluhnya.
Dia menuturkan, akibat gagal panen tersebut, pihaknya terpaksa membeli sayur mayur dari petani lain, guna menutupi pesanan dari Jabodetabek yang selama ini, selalu mereka penuhi.
Sedangkan, puluhan petani sayur mayur di Kampung Parabon, Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas, yang sebagian besar menanam sayur mayur jenis cabe, tomat, wortel dan sayur mayur jenis daun-daunan, mengaku merugi karena gagal panen akibat cuaca ekstrim.
Sebagian besar petani tersebut, saat ini, memilih beralih menanam palawija, yang dinilai kuat menahan cuaca esktrim yang selama ini sulit diprediksi, kapan akan berakhir.
"Kami hanya bisa berserah diri pada sang kuasa, agar masa-masa sulit ini, dapat kami lalui dan lahan kami dapat menghasilkan panen yang memuaskan. Kami merugi hingga jutaan rupiah," kata Yudi (35) diamini petani lainnya di kawasan tersebut.
Pantauan ANTARA, di Kampung Panagan yang sebagian besar masyarakatnya hidup dari lahan pertanian, banyak mendapat pesanan dari pasar dan supermarket yang ada di Jabodetabek. Namun sejak tiga bulan terakhir, para petani di kawasan itu, mengaku kesulitan memenuhi pesanan.
Bahkan tidak sedikit dari petani sayur mayur itu, beralih profesi menanam lahanya dengan tanaman palawija yang tahan terhadap hujan, seperti jagung dan kacang-kacangan.
Sementara itu, sulitnya mendapatkan sayur mayur hasil panen dari kawasan Pacet dan Cipanas itu, dibenarkan pedagang sayur mayur oleh-oleh khas Cipanas, yang membuka lapkanya di sepanjang trotoar di Jalan Raya Pasekon.
"Untuk mengisi kios sayur mayur, kami terpaksa membeli sayur mayur dari daerah lain seperti Cikalongkulon dan Cugenang. Karena hasil panen petani di kawasan Pacet dan Cipanas, tidak lagi berlebih untuk kami beli," kata Balu (43) salah seorang pedagang sayur mayur.
Sedangkan minimnya hasil panen petani sayur mayur setempat, berimbas pada harga berbagai jenis sayur mayur itu. Meskipun satu pecan terakhir, harga sayur mayur itu, sempat mengalami penurunan, namun minggu ini, kembali mengalami kenaikan .
?Sebagian besar kenaikan harga terjadi pada sayur mayur jenis daun. Kenaikan tersebut, tidak terlalu besar, berkisar antara Rp 500-2000 perkilogram," ucapnya.***4***
Fikri
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011