Bandung, 5/5 (ANTARA) - Produsen vaksin nasional, PT Bio Farma (Persero) berupaya untuk menempatkan stafnya sebagai perwakilan di WHO dan UNICEF untuk meningkatkan koordinasi riset maupun pengembangan vaksin yang dibutuhkan di dunia.

"Langkah itu sudah menjadi pertimbangan dan kami terus mengupayakan agar ada orang atau staf yang bisa bertindak sebagai 'liaison officer' (LO) di sana," kata Sekretaris Perusahaan PT Bio Farma (Persero) Rahman Rustan di Bandung, Kamis.

Menurut Rahman, ekspor produk vaksin BUMN tersebut ke mancanegara selain langsung ke negara tujuan juga melalui UNICEF dan WHO.

Namun berbeda dengan produsen vaksin lainnya di dunia, Bio Farma belum memiliki orang yang mejadi perwakilan di kedua badan dunia tersebut yang terkait dengan program vaksinasi di dunia.

Saat ini ada sekitar 200 industri vaksin di dunia, namun yang mendapat lisensi ekspor dari UNICEF dan WHO sebanyak 23 industri vaksin, termasuk salah satunya Bio Farma.

Kehadiran perwakilan atau staf di lembaga dunia itu diperlukan untuk mengintensifkan program pengembangan dan riset vaksin sehingga sesuai dengan kebutuhan negara-negara di dunia.

"Pabrikan vaksin lain telah memiliki orang di sana, kita belum. Itu diperlukan sehingga program selaras dengan pengembangan dan riset yang dilakukan, disamping untuk ekspansi," katanya.

Terkait penempatan LO di kedua lembaga dunia itu, tidak lepas dari perlunya dukungan atau "political will" dari pemerintah untuk memfasilitasi penempatan staf di sana. Bio Farma sendiri belum menyebutkan nama stafnya yang akan ditempatkan di luar negeri itu.

Sebagai perusahaan vaksin yang sebagian besar produknya ekspor tersebut, menurut Rachman, lembaga UNICEF dan WHO merupakan mitra strategis.
Selain itu, Bio Farma terus melebarkan sayap dan ekspansi ke sejumlah negara khususnya di kawasan Afrika. Produk yang diekspor antara lain vaksin campak, volio, tetanus, sasonal flu dan hepatitis.

"Ekspor dilakukan dalam bentuk vaksin jadi atau berbentuk bulk atau bahan baku vaksin. India merupakan salah satu negara yang terbesar mengimpor vaksin dari Bio Farma," kata Rahman.

Sementara itu untuk memasyarakatkan vaksin, perusahaan vaksin satu-satunya di Indonesia itu memanfaatkan jejaring sosial antara lain dengan mebuka "website", "blog" serta membuka "account" di "facebook", "tweeter" maupun yang lainnya.

Secara khusus meluncurkan Bio Farma Social Media. Kampanye disamping langsung face to face dengan masyarakat juga melalui jejaring sosial.

"Kami memiliki program kampanye bulanan untuk mensosialisasikan vaksin yang diproduksi di sini. Masih banyak yang belum tahun vaksin dan itu tantangan," kata Kepala Humas PT Bio Farma, N Nurlaela.

Pewarta:

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011