Bandung, 27/4 (ANTARA) - Material padat yang keluar dari semburan lumpur Lapindo Sidoarjo terus berkurang sejak pertengahan 2010, kata Koordinator Penelitian Lumpur Sidoarjo Akhmad Zaenuddin di sela-sela Peringatan Hari Bumi 2011 di Museum Geologi Bandung, Rabu.

"Pada Februari 2011 semburan lumpur 5.000 - 10.000 meter kubik yang didominasi air, material beratnya berkurang," kata Akhmad Zaenuddin.

Ia menyebutkan, aktivitas lumpur Lapindo telah mengalami perubahan yang signifikan. Puncak debit semburan pernah mencapai 150.000 meter kubik pada puncak sembutan 2008 hingga 2009.

Meski terjadi penurunan material padat pada semburan lumpur, namun kemungkinan proses ini masih terus berlangsung seperti gunung-gunung lumpur lainnya di sepanjang zona itu, namun dalam volume semburan yang kecil.

"Daerah terdampak tidak akan lebih meluas lagi dari kondisi yang telah terjadi sekarang," katanya.

Lebih lanjut, ia menyebutkan, pada 2009 hingga 2010 telah terjadi perpindahan pusat semburan yang sebelumnya semburan lumpur hanya di satu titik semburan. Dalam kurun waktu itu terjadi perpindahan titik semburan berkali-kali yang kada ada dua titik kemudian berubah menjadi satu titik.

"Perpindahan titik semburan itu masuk dalam radius 200 meter dari pusat semburan utama," katanya.

Hingga saat ini, semburan lumpur di sana telah merendam 840 hektar lahan perumahan, sawah, pabrik, sarana dan prasarana di sekitarnya.

Berdasarkan hasil penelitian tim, lumpur Lapindo dalam aktivitasnya dibarengi terbentuknya bualan gas atau "bubbles" di luar tanggul pengendali lumpur.

"Gas yang terdapat pada bualan itu didominasi gas hidrokarbon yang berasal dari 'thermogenic methane' gas dalam 'oil window' yang komposisinya memperlihatkan terus bergerak ke arah 'dry gas methane'," katanya.

Komposisi gas yang berasal dari bualan luar tanggul maupun dari pusat semburan mempunyai komposisi serupa, tapi tidak dengan air.

Pada kesempatan itu, Koordinator Peneliti Lumpur Sidoarjo Badan Geologi itu menyebutkan, kecil kemungkinan semburan itu kembali membesar karena tidak ditemukan ada kemungkinan pemicunya.

"Kecil kemungkinan ada pemicu semburan kembali membesar," kata Akhmad Zaenuddin menambahkan.

Pewarta:

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011