Sumber, 14/4 (ANTARA) - Harga gabah di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mencapai Rp2.800 per kg atau di atas harga pembelian pemerintah (HPP) Rp2.680 per kg, meski panen raya hampir berakhir, kata pejabat setempat.
"Harga gabah yang baru dipanen masih di atas HPP, seperti di wilayah Kecamatan Gegesik yakni Rp2.800 per kilogram," kata Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan Kab. Cirebon, Ali Efendi di Sumber, Kamis.
Menurut diai, pihaknya akan berkoordinasi dengan Bulog jika harga gabah di tingkat petani jatuh hingga di bawah HPP. "Kalau harga gabah jatuh saya akan langsung berkoordinasi dengan bulog untuk menurunkan satgas untuk mengendalikan harga," katanya.
Namun, meski, harga gabah masih di atas HPP, sejumlah petani masih mengaku belum bisa menikmati hasil panen karena masih tingginya biaya produkisi. Petani meminta pemerintah untuk meningkatkan harga HPP.
Saproni, salah seorang petani di Desa Gegesik mengaku harus mengeluarkan uang antara Rp3,5 - Rp4 juta untuk biaya produksi. Jumlah tersebut belum termasuk sewa lahan yang bisa mencapai Rp6 juta per bau (0,75 hektare).
?Kami meminta pemerintah menaikkan HPP karena harga yang ditetapkan pemerintah tersebut tidak sesuai dengan biaya produksi yang harus kami keluarkan. Bayangkan saja saat ini biaya tanam, traktor hingga pupuk saat ini bisa mencapai Rp4juta," kata Saproni yang mengaku tahun ini mengalami penurunan produksi akibat serangan hama tikus dan penggerek batang.
Hal senada disampaikan Uuk, petani asal Desa Jagapura. Menurut Uuk, masalah klasik yang dihadapi petani adalah pada saat panen raya. Jumlah gabah yang melimpah membuat jatuhnya harga gabah.
"Kami meminta kepada pemerintah agar dapat memberikan solusi sehingga kesejahteraan petani dapat ditingkatkan," harap Uuk.
Panen raya di Kabupaten Cirebon diperkirakan selesai akhir April ini. Saat ini panen raya masih berlangsung di sejumlah kecamatan seperti Kecamatan Gegesik dan Kapetakan.
Luas areal tanaman padi pada musim tanam 2010 meningkat dari 42 ribu menjadi 48 ha. Sedangkan target produksi tahun ini adalah 540.000 ton gabah. ***5***
(T.Y003/B/B012/B012)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011
"Harga gabah yang baru dipanen masih di atas HPP, seperti di wilayah Kecamatan Gegesik yakni Rp2.800 per kilogram," kata Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan Kab. Cirebon, Ali Efendi di Sumber, Kamis.
Menurut diai, pihaknya akan berkoordinasi dengan Bulog jika harga gabah di tingkat petani jatuh hingga di bawah HPP. "Kalau harga gabah jatuh saya akan langsung berkoordinasi dengan bulog untuk menurunkan satgas untuk mengendalikan harga," katanya.
Namun, meski, harga gabah masih di atas HPP, sejumlah petani masih mengaku belum bisa menikmati hasil panen karena masih tingginya biaya produkisi. Petani meminta pemerintah untuk meningkatkan harga HPP.
Saproni, salah seorang petani di Desa Gegesik mengaku harus mengeluarkan uang antara Rp3,5 - Rp4 juta untuk biaya produksi. Jumlah tersebut belum termasuk sewa lahan yang bisa mencapai Rp6 juta per bau (0,75 hektare).
?Kami meminta pemerintah menaikkan HPP karena harga yang ditetapkan pemerintah tersebut tidak sesuai dengan biaya produksi yang harus kami keluarkan. Bayangkan saja saat ini biaya tanam, traktor hingga pupuk saat ini bisa mencapai Rp4juta," kata Saproni yang mengaku tahun ini mengalami penurunan produksi akibat serangan hama tikus dan penggerek batang.
Hal senada disampaikan Uuk, petani asal Desa Jagapura. Menurut Uuk, masalah klasik yang dihadapi petani adalah pada saat panen raya. Jumlah gabah yang melimpah membuat jatuhnya harga gabah.
"Kami meminta kepada pemerintah agar dapat memberikan solusi sehingga kesejahteraan petani dapat ditingkatkan," harap Uuk.
Panen raya di Kabupaten Cirebon diperkirakan selesai akhir April ini. Saat ini panen raya masih berlangsung di sejumlah kecamatan seperti Kecamatan Gegesik dan Kapetakan.
Luas areal tanaman padi pada musim tanam 2010 meningkat dari 42 ribu menjadi 48 ha. Sedangkan target produksi tahun ini adalah 540.000 ton gabah. ***5***
(T.Y003/B/B012/B012)
Editor : Isyati Putri
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011