Harga emas sedikit melemah pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena investor menunggu laporan pekerjaan utama Amerika Serikat untuk petunjuk tentang kapan Federal Reserve kemungkinan mulai mengurangi langkah-langkah stimulus pada era pandemi.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, turun tipis 0,70 dolar AS atau 0,10 persen menjadi ditutup pada 1.816,35 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Selasa (31/8/2021), emas berjangka melonjak 5,9 dolar AS atau 0,33 persen menjadi 1.818,10 dolar AS per ounce.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, menguat 0,1 persen, tetapi mendekati level terendah lebih dari tiga minggu pada Selasa (31/8/2021), memberikan sedikit tekanan terhadap emas.
"Pencetakan di atas satu juta lapangan pekerjaan akan menempatkan tekanan dan menjadi bearish untuk emas. Sedangkan angka sekitar 700.000, atau lebih rendah, akan mengurangi kekhawatiran tersebut dan mendukung emas," kata Jeffrey Halley, analis pasar senior, Asia Pasifik di OANDA.
Emas "tidak memiliki momentum untuk diperdagangkan secara signifikan menjauh dari zona rata-rata pergerakan 100 dan 200 hari," tambahnya.
Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan data penggajian (payrolls) nonpertanian AS meningkat 750.000 pada Agustus.
Pemulihan yang kuat di pasar tenaga kerja merupakan prasyarat penting bagi keputusan Fed untuk melakukan pengurangan stimulus.
Pekan lalu, Ketua Fed Jerome Powell mengakui dalam sambutannya di simposium Jackson Hole bahwa pengurangan stimulus (tapering) bisa dimulai tahun ini, tetapi akan tetap berhati-hati dalam keputusannya untuk menaikkan suku bunga.
Komentarnya dianggap dovish dan mengirim emas naik 1,4 persen pada Jumat (27/8/2021).
Sementara itu emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang, yang disebabkan oleh langkah-langkah stimulus besar-besaran, suku bunga yang lebih rendah juga mengurangi peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
"Kurangnya tindak lanjut dalam emas (setelah simposium Jackson Hole) sangat menunjukkan fakta bahwa pasar mengakui bahwa arah kebijakan sekarang adalah mulai mengurangi stimulus," kata ahli strategi mata uang DailyFX Ilya Spivak.
Baca juga: Emas menguat di tengah pelemahan data ekonomi AS
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, turun tipis 0,70 dolar AS atau 0,10 persen menjadi ditutup pada 1.816,35 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Selasa (31/8/2021), emas berjangka melonjak 5,9 dolar AS atau 0,33 persen menjadi 1.818,10 dolar AS per ounce.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, menguat 0,1 persen, tetapi mendekati level terendah lebih dari tiga minggu pada Selasa (31/8/2021), memberikan sedikit tekanan terhadap emas.
"Pencetakan di atas satu juta lapangan pekerjaan akan menempatkan tekanan dan menjadi bearish untuk emas. Sedangkan angka sekitar 700.000, atau lebih rendah, akan mengurangi kekhawatiran tersebut dan mendukung emas," kata Jeffrey Halley, analis pasar senior, Asia Pasifik di OANDA.
Emas "tidak memiliki momentum untuk diperdagangkan secara signifikan menjauh dari zona rata-rata pergerakan 100 dan 200 hari," tambahnya.
Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan data penggajian (payrolls) nonpertanian AS meningkat 750.000 pada Agustus.
Pemulihan yang kuat di pasar tenaga kerja merupakan prasyarat penting bagi keputusan Fed untuk melakukan pengurangan stimulus.
Pekan lalu, Ketua Fed Jerome Powell mengakui dalam sambutannya di simposium Jackson Hole bahwa pengurangan stimulus (tapering) bisa dimulai tahun ini, tetapi akan tetap berhati-hati dalam keputusannya untuk menaikkan suku bunga.
Komentarnya dianggap dovish dan mengirim emas naik 1,4 persen pada Jumat (27/8/2021).
Sementara itu emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang, yang disebabkan oleh langkah-langkah stimulus besar-besaran, suku bunga yang lebih rendah juga mengurangi peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
"Kurangnya tindak lanjut dalam emas (setelah simposium Jackson Hole) sangat menunjukkan fakta bahwa pasar mengakui bahwa arah kebijakan sekarang adalah mulai mengurangi stimulus," kata ahli strategi mata uang DailyFX Ilya Spivak.
Baca juga: Emas menguat di tengah pelemahan data ekonomi AS
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021