Jakarta, 16/2 (ANTARA) - Rektor Institut Pertanian Bogor Herry Suhardiyanyo mengaku pihaknya dalam posisi sulit terkait hasil penemuan penelitian yang menyebutkan sejumlah susu mengandung bakteri enterobacter sakazakii yang menyebabkan sebagian masyarakat resah terhadap temuan itu.

"Di satu sisi kami harus menjunjung tinggi etika akademik, tapi di sisi lain kami harus patuh hukum. Kami berharap akan ada jalan keluar yang berlandaskan hukum agar pihaknya tidak melanggar etika akademik karena mengumumkan merek susu formula yang sampelnya pernah mengandung bakteri E sakazakii," kata Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry dalam sebuah dialog yang dihadiri kalangan akademisi, anggota DPR dan wartawan, di Jakarta, Rabu.

Menurutnya, seandainya pihaknya harus mengumumkan lima sampel susu yang mengandung bakteri itu dari 22 sampel yang diteliti pada tahun 2006, maka hal itu akan terjadi ketidakadilan antara merek susu formula yang telah diambil sampelnya.

Ditegaskannya, penelitian yang dilakukan peneliti dari IPB Dr Sri Estuningsih, memang bukan penelitian pengawasan sebagaimana seperti yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), tapi merupakan penelitian isolasi yang bertujuan mempelajari tentang virulensi dan risiko yang ditimbulkan oleh bakteri E. sakazakii.

Pihaknya juga berharap agar kasus yang sudah masuk ke ranah Mahkamah Agung (MA) ini bisa selesai dan apabila memang MA minta IPB untuk mengizinkan mengumumkan nama-nama produsen, maka pihaknya bersedia untuk mengumumkan nama-nama susunya.

"Kami sendiri berharap dapat segera menerima salinan keputusan dari MA agar masalah ini bisa segera diselesaikan tanpa harus melanggar ketentuan akademik," kata Herry.

Dikatakan, sesuai dengan karakter bakteri itu yang rentan terhadap panas dan tereliminasi pada suhu 72 derajat Celcius selama 15 detik, sesungguhnya masyarakat tidak perlu khawatir terhadap keberadaan bakteri itu, selama proses penyiapan dan penyajian susu formula dilakukan dengan baik.

Herry mengatakan, penelitian yang dilakukan pada 2006 itu masih merupakan tahap awal dari rangkaian penelitian untuk memperoleh informasi lebih lengkap tentang virulensi dan risiko yang ditimbulkan, sehingga dapat diketahui pula cara pencegahannya.

Penelitian tersebut, katanya, bukan ditujukan untuk menguji merek susu formula dan makanan bayi yang mana saja tercemar, melainkan untuk memberikan kontribusi terhadap khasanah ilmu pengetahuan dan perbaikan standar mutu pangan dan cara praktis pencegahannya.

"Kami minta kepada masyarakat agar jangan ragukan kepedulian IPB karena salah satu tri dharma perguruan tinggi adalah pengabdian kepada masyarakat dan kami punya sejarah panjang dalam hal itu," tegasnya.
(T.A025/B/Z002/Z002) 16-02-2011 22:04:13

Pewarta:

Editor : Teguh Handoko


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011