Bogor, 16/2 (ANTARA) - Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Kota Bogor terus melakukan upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS dengan memfokuskan penjangkauan terhadap kelompok beresiko.
Sekretaris KPAD Kota Bogor, Iwan Suryawan mengatakan, saat ini jumlah penderita HIV/AIDS di Kota Bogor berdasarkan data KPAD sejak 2002 hingga 2010 akhir sebanyak 1.048 orang HIV, 580 orang AIDS dan 50 diantaranya telah meninggal dunia.
"Ada lima program yang kita kembangkan dimasyarakat dengan fokus utama adalah penjangkauan kelompok beresiko," katanya saat dihubungi, Rabu.
Dikatakannya, jumlah penderita HIV/AIDS di Kota Bogor cukup tinggi, dan untuk di Jawa Barat, Bogor berada di urutan ke tiga.
Ia menjelaskan, penanggulangan HIV/AIDS seperti fenomena gunung es, bahwa yang muncul ke permukaan adalah hasil penggalian tim penjangkau mendeteksi jumlah penderita.
Ia pun mengatakan, banyaknya temuan kasus bukan berarti banyaknya penderita, namun hal tersebut merupakan keberhasilan institusi dalam mendeteksi penderita HIV/AIDS tersebut.
Ia mengatakan, KPAD Bogor di 2011 memiliki program kerja yakni memetakan seluruh kelompok resiko HIV/AIDS.
"Kelompok berisiko itu, pengguna narkoba jarum suntik, wanita penjaja seks, kelompok guy dan kelompok pelanggan yang kini jumlahnya makin bertambah," katanya.
Lebih lanjut, Iwan menjelaskan, kelompok beresiko yang berhasil dipetakan, akan dilakukan penjangkauan oleh pendamping dari KPAD dimana mereka yang terjangkit akan dibawa ke bagian medis untuk diketahui statusnya positif atau tidak. Bagi yang positif atau tidak kata Iwan, akan diberikan pendampingan, obat dan konseling di KPAD.
"Selanjutnya, mereka yang berhasil kita jangkau diberi pelatihan melalui program pemberdayaan KPAD. Sejumlah penderita sudah kita berikan pelatihan, dan bantuan modal untuk membuka usaha baru seperti mantan PSK yang kita arahkan untuk bekerja di salon atau berdagang," jelasnya.
Iwan mengatakan, program pemberdayaan sudah dilakukan sejak 2009, dimana baru dilakukan tahap inventasi dan penggalian potensi. Selanjutnya program tersebut mulai di realisasikan pelaksanaannya pada akhir 2010.
"Ada 20 peserta yang ikut pelatihan tersebut, mereka diberi keterampilan manajerial, kita motivasi minatnya untuk mengembangkan usaha, program ini bekerjasama dengan ILO," katanya.
Selanjutnya, kata Iwan, pada 2011 program terbaru yang dilakukan KPAD Kota Bogor adalah melakukan penelitian sekaligus upaya pengobatan bekerjasama dengan Swiss German University.
Program penelitian tersebut, lanjut Iwan, adalah pemberian jus nenas kepada penderita HIV/AIDS. Jus nenas, akan diberikan kepada 10 orang relawan secara rutin setiap dua kali sehari.
"Rencananya penelitian ini akan belangsung selama tiga bulan, akan kita amati, apakah penggunaan jus nenas sebagai obat alternatif dapat diandalkan atau tidak," katanya.
Iwan menambahkan, KPAD Kota Bogor juga memiliki program penguatan pada penjangkauan kelompok beresiko dengan melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, masyarakat dan ibu-ibu PKK.
"Kita juga memiliki program penyuluhan agama penduli AIDS atau Pamali bekerjasama dengan Kementerian Agama Kota Bogor, dimana setiap ustad-ustad dalam ceramahnya menyampaikan soal HIV/AIDS," katanya.
Terlepas dari itu semua, kata Iwan dukungan pengambil kebijakan dalam penanggulangan HIV/AIDS sangat dibutuhkan. Karena menurut dia dengan adanya aturan yang jelas, penanggulangan dan pencegahan penyakit mematikan tersebut dapat berjalan optimal.
Laily R
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011
Sekretaris KPAD Kota Bogor, Iwan Suryawan mengatakan, saat ini jumlah penderita HIV/AIDS di Kota Bogor berdasarkan data KPAD sejak 2002 hingga 2010 akhir sebanyak 1.048 orang HIV, 580 orang AIDS dan 50 diantaranya telah meninggal dunia.
"Ada lima program yang kita kembangkan dimasyarakat dengan fokus utama adalah penjangkauan kelompok beresiko," katanya saat dihubungi, Rabu.
Dikatakannya, jumlah penderita HIV/AIDS di Kota Bogor cukup tinggi, dan untuk di Jawa Barat, Bogor berada di urutan ke tiga.
Ia menjelaskan, penanggulangan HIV/AIDS seperti fenomena gunung es, bahwa yang muncul ke permukaan adalah hasil penggalian tim penjangkau mendeteksi jumlah penderita.
Ia pun mengatakan, banyaknya temuan kasus bukan berarti banyaknya penderita, namun hal tersebut merupakan keberhasilan institusi dalam mendeteksi penderita HIV/AIDS tersebut.
Ia mengatakan, KPAD Bogor di 2011 memiliki program kerja yakni memetakan seluruh kelompok resiko HIV/AIDS.
"Kelompok berisiko itu, pengguna narkoba jarum suntik, wanita penjaja seks, kelompok guy dan kelompok pelanggan yang kini jumlahnya makin bertambah," katanya.
Lebih lanjut, Iwan menjelaskan, kelompok beresiko yang berhasil dipetakan, akan dilakukan penjangkauan oleh pendamping dari KPAD dimana mereka yang terjangkit akan dibawa ke bagian medis untuk diketahui statusnya positif atau tidak. Bagi yang positif atau tidak kata Iwan, akan diberikan pendampingan, obat dan konseling di KPAD.
"Selanjutnya, mereka yang berhasil kita jangkau diberi pelatihan melalui program pemberdayaan KPAD. Sejumlah penderita sudah kita berikan pelatihan, dan bantuan modal untuk membuka usaha baru seperti mantan PSK yang kita arahkan untuk bekerja di salon atau berdagang," jelasnya.
Iwan mengatakan, program pemberdayaan sudah dilakukan sejak 2009, dimana baru dilakukan tahap inventasi dan penggalian potensi. Selanjutnya program tersebut mulai di realisasikan pelaksanaannya pada akhir 2010.
"Ada 20 peserta yang ikut pelatihan tersebut, mereka diberi keterampilan manajerial, kita motivasi minatnya untuk mengembangkan usaha, program ini bekerjasama dengan ILO," katanya.
Selanjutnya, kata Iwan, pada 2011 program terbaru yang dilakukan KPAD Kota Bogor adalah melakukan penelitian sekaligus upaya pengobatan bekerjasama dengan Swiss German University.
Program penelitian tersebut, lanjut Iwan, adalah pemberian jus nenas kepada penderita HIV/AIDS. Jus nenas, akan diberikan kepada 10 orang relawan secara rutin setiap dua kali sehari.
"Rencananya penelitian ini akan belangsung selama tiga bulan, akan kita amati, apakah penggunaan jus nenas sebagai obat alternatif dapat diandalkan atau tidak," katanya.
Iwan menambahkan, KPAD Kota Bogor juga memiliki program penguatan pada penjangkauan kelompok beresiko dengan melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, masyarakat dan ibu-ibu PKK.
"Kita juga memiliki program penyuluhan agama penduli AIDS atau Pamali bekerjasama dengan Kementerian Agama Kota Bogor, dimana setiap ustad-ustad dalam ceramahnya menyampaikan soal HIV/AIDS," katanya.
Terlepas dari itu semua, kata Iwan dukungan pengambil kebijakan dalam penanggulangan HIV/AIDS sangat dibutuhkan. Karena menurut dia dengan adanya aturan yang jelas, penanggulangan dan pencegahan penyakit mematikan tersebut dapat berjalan optimal.
Laily R
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011