Pembangunan infrastruktur menjadi kunci penting dalam mengejar target peningkatan ekonomi Jawa Barat dalam beberapa tahun ke depan, kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Dr Herawanto dalam sebuah acara infrastruktur yang digelar secara daring, Minggu.

"Pemerintah menargetkan ekonomi Indonesia bisa tumbuh sebesar enam persen hingga tahun 2022. Namun untuk mengejar pencapaian itu, infrastruktur Indonesia harus digenjot lagi," kata Herawanto.

Selain itu, lanjut dia, pembangunan infrastruktur perlu dilakukan secara merata di semua wilayah agar konektivitas ekonomi bisa terbangun dengan baik.

Acara tersebut digelar oleh BUMN Center Unpad, Institut Transportasi dan Logistik (ITL) Trisakti, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jabar dengan tema “Peningkatan Dukungan Infrastruktur Logistik untuk Daya Saing dan Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat dan  didukung PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia, Bank BJB, program studi Doktor Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran (Unpad).

Herawanto menuturkan untuk mengejar pencapaian itu, infrastruktur Indonesia harus digenjot lagi dan saat ini, peringkat infrastruktur Indonesia peringkat 57 di dunia. 

Adapun alokasi pembangunan infrastruktur hingga Rp417 triliun diharapkan bisa terdistribusi ke Jawa Barat.

"Sementara untuk di Jabar, ekonomi kita berada di urutan ketiga terbesar di Indonesia. Infrastruktur Jabar menjadi kunci agar bisa dorong ekonomi nasional. Setidaknya, jika anggaran Rp417 triliun terealisasi ke Jabar, bisa memberi PDRB sampai 0,45 persen. belum lagi multiplayer efek lainnya dan memberi dampak jangka panjang," ujarnya.

Dia mengatakan pembangunan infrastruktur yang merata diperlukan antara utara dan selatan Jawa Barat dan Kawasan Selatan Jabar harus dipercepat lagi kemudian kawasan itu memiliki potensi pariwisata dan agribisnis. 

Namun untuk pengembangan Jabar selatan perlu dukungan infrastruktur, seperti pusat distribusi dan pelabuhan, kemudian pembangunan jaringan telekomunikasi untuk pengembangan pariwisata.

Untuk merealisasikan pembangunan infrastruktur di Jabar terutama wilayah selatan, Herawanto merekomendasikan beberapa hal penting seperti pertama dari sisi pembiayaan perlu didorong "creative financing" dengan skema pembiayaan memanfaatkan bank lokal dan asing.

Kemudian sinergi antar pemangku kepentingan dengan dibentuk gugus tugas untuk mengatasi berbagai persoalan di lapangan seperti pembebasan lahan dan lainnya. 

"Dan yang terakhir adalah pengelolaan ekonomi kawasan konservasi berbasis teknologi," kata dia.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Bisnis dan Ekonomi Unpad Ina Primiana mengatakan jalur logistik saat ini lebih banyak di bagian barat.

Seperti ada jalan tol, kereta api, pelabuhan, dan lainnya seperti Tanjung priok dan Bandara Soekarno Hatta.

"Sementara ekspor terbesar selama ini dari Jabar, misalnya pada Juni 2021 tumbuh 15 persen. Sehingga sangat penting Jabar punya pelabuhan sendiri. Kita juga harus memperhatikan Jabar bagian timur, karena ternyata lengkap juga di sana. Apalagi industri pengolahan bisa tumbuh sampai 41 persen, sementara transportasi dan pergudangan hanya tumbuh 5 persen," katanya.

Menurut Ina, perlu ada sesuatu yang sangat menarik, sehingga investasi bisa datang ke Jabar baik di timur, utara atau selatan, maka Jabar perlu dibangun infrastruktur logistik yang terintegrasi untuk menekan biaya. 

Hal tersebut juga harus sesuai dengan karakteristik industri komoditas dan memanfaatkan minat investasi di Jabar dengan memaksimalkan regulasi yang tidak berubah.

Ketua BUMN Center Unpad Yudi Azis sebagai sesinya mengatakan kriteria prioritas pembangunan infrastruktur jabar saat ini adalah membangun konektifitas Infrastruktur yang berbasis digital teknologi.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan sejumlah cara diantaranya melalui "creative financing" sebagai diversifikasi sumber pembiayaan serta memanfaatkan digital banking, kemudian melalui inter konektivitas hub dan digitalitasi logistik antara Jabar utara dan selatan, dengan menjaga pengelolaan Ekonomi Kawasan Konservasi Berbasis Teknologi, dengan prioritas bagi pengembangan agro industri dan pariwisata.

“Serta sinergitas antarstakeholder dengan pendekatan Pentahelix  untuk penguatan konektivitas, regulasi, dan penetapan prioritas, serta "debottle-necking" infrastruktur logistik baik di tingkat nasional terkait jabar maupun ditingkat regional Jabar,” katanya.

Baca juga: Kisah Si Kabayan Millenial diangkat jadi web series

Baca juga: Total investasi di Jawa Barat Selatan diperkirakan Rp7,9 triliun

 

Pewarta: Ajat Sudrajat

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021