Bandung, 21/1 (ANTARA) - Real Estate Indonesia (REI) Jawa Barat masih optimistis pasar sektor perumahan masih akan tumbuh pada 2011.

"Meski masih kesulitan mengikuti aturan terkait rumah sederhana sehat, namun optimis sektor perumahan masih akan tumbuh sekitar 20 persen," kata Ketua REI Jawa Barat Hari Raharta di Bandung, Jumat.

Menurut Hari, permintaan terbesar masih tetap di kelompok perumahan menengah ke bawah. Di lain pihak perumahan menengah ke atas juga tumbuh meski tidak sebesar perumahan sederhana sehat.

"Kebutuhan rumah sederhana sehat masih tertinggi, meski masih kesulitan menjabarkan istilah kekurangan perumahan atau 'back log' di daerah. Otonomi daerah membuat aturan pengembangan perumahan manjadi lebih ngejelimet," kata Hari.

Menurut Hari, salah satu optimisme penjualan perumahan diatas 20 persen. Selain kebutuhan perumahan yang cukup tinggi, juga suku bunga KPR yang stabil memberikan kepastian bagi pengembang," kata Hari.

Namun demikian, ia tidak bisa menjamin harga perumahan terutama untuk menengah ke atas bisa tetap. Perubahan harga bahan bangunan dan juga kebijakan pemerintah yang bisa memicu kenaikan biaya bisa menjadi pemicu kenaikan harga rumah.

"Salah satunya pembatasan BBM bersubsidi, secara tidak langsung akan ada pengaruhnya ke sektor perumahan. Itu pasti," kata Hari.

Di lain pihak, perubahan regulasi subsidi uang muka KPR yang ditetapkan pemerintah tahun 2010 lalu membuat sebagian pengembang masih kebingungan menerjemahkannya.

"Intinya perlu ada regulasi yang mendukung percepatan pembangunan perumahan, salah satunya perizinan dari kabupaten/kota terkait," katanya.

Ia menyebutkan, seharusnya pemerintah menyediakan perumahan rakyat dengan bantuan swasta. Namun kenyataan saat ini seolah-olah pengembang harus dibantu oleh pemerintah dalam pengadaan lahan salah satunya masih panjangnya birokrasi perizinan.

"Kami berharap ada kondisi yang lebih baik pada 2011," kata Ketua DPD REI Jabar itu menambahkan.




Syarif A

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011