Bogor, 15/12 (ANTARA) - Program Food Estate atau kawasan pangan skala luas di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua yang dilaksanakan pemerintah melalui Kementerian Pertanian mendapat dukungan dari masyarakat setempat.

Hal itu disampaikan tokoh adat Suku Marind, Johanes Gluba Gebze saat menjadi pembicara dalam Seminar Food Estate yang diselenggarakan Fakultas Ekologi Manusia IPB bekerjasama dengan Kementerian Pertanian di IPB Internasional Convention Center, Bogor Selasa.

"Masyarakat sangat mendukung program ini, mereka menyabut baik, karena kita semua butuh pangan dan begitu juga masyarakat setempat," katanya.

Johanes yang pernah menjabat Bupati Merauke itu mengatakan program tersebut sudah berjalan saat ini dalam tahap pengembangan secara mikro dan makro penanaman jenis-jenis pangan yang akan diproduksi.

Dijelaskannya, daerah mereka memiliki potensi besar yang dapat dikembangkan dan masyarakat siap menjalankan hal tersebut.

"Sebenarnya kegiatan seperti ini sudah lebih dulu kita kembangkan di daerah kita, kita memberikan contoh bahwa masyarakat siap untuk dilaksanakannya program tersebut, dan meski skalanya belum besar tentu dengan program ini akan menjadi besar nantinya," katanya.

Menanggapi kemungkinan-kemungkinan negatif yang ditimbulkan dari program tersebut, menurut Johanes hal itu harus disikapi dengan cara yang wajar, mengingat setiap perbuatan ada efek negatif dan positif.

"Tapi kita tetap berpikir positif, program ini tidak bermaksud mengorbakan siapapun atau berkorban apapun. Tapi mencoba berfikir positig untuk bisa mengakomodir yang ada di dalam sehingga menjadi catatan untuk kita perbaiki negatifnya," katanya.

Johanes berkeyakinan program tersebut dapat berjalan dengan baik bila seluruh masyarakat yakin dan positif program food estate dapat menjawab keraguan.

"Memang perlu dilakuakn studi menentukan komuditi pangan apa yang bisa dikembangkan selain yang diprogramkan, hal ini agar memberikan manfaat lebih," kata mantan Bupati Merauke itu.

Johanes juga mengatakan bahwa masyarakat setempat juga terlibat dalam program tersebut, karena kegiatan tersebut merupakan pekerjaan ringan dibanding bekerja di pabrik.

"Masyarakat dilibatkan, dan masyarakat lebih santai bekerjanya dari pada mereka ke pabrik," katanya.

Program food estate merupakan program Kementerian Pertanian dalam rangka mengupayakan ketahanan pangan Indonesia untuk jangka panjang.

Kementerian Pertanian mencanangkan memberdayakan lahan-lahan potensial di Merauke yang belum tergarap untuk dijadikan lahan produksi tanaman pangan.

Agribisnis yang akan dikembangkan diantaranya padi, jagung, kedelai, tebu dan sapi. Investor yang telah masuk ke proyek ini antara lain adalah PT Medco (mengembangkan padi, jagung, dan kedelai), PT Bangun Cipta (jagung), PT Wilmar (tebu), serta PT Industri Gula Nusantara (gula).

Namun program ini diharapkan tetap memperhatikan petani kecil sehingga kekhawatiran munculnya feodalisme dapat dihindari.

Menjawab tantang tersebut, Fakultas Ekologi Manusia IPB menggelar seminar Food estate di Indonesia: mampukah mewujudkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan, berkedaulatan dan berkeadilan?.

Selain membahas menyangkut petani kecil, permasalah besarnya biaya atau kensekuensi sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan sosial-ekologis yang perlu diperhitungkan atas hadirnya kebijakan food estate, apakah sebanding konsekuensi-konsekuensi tersebut dengan manfaat pangan yang disediakan food estate, menjadi pertanyaan semua pihak.

"Harus terus dilakukan kajian, kebijakan yang diambil haruslah hati-hati dengan mempertimbangkan semua aspek, sehingga kedepan tidak ada yang dirugikan dalam program ini," kata aktifis dari WWF Indonesia Thomas Barano.

Thomas juga mengingatkan pemerintah untuk selalu menyediakan data-data untuk menjawab isu global yang kini menjadi sorotan.

Laily R

Pewarta:

Editor : Teguh Handoko


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010