Soreang, 25/11 (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kini mengandalkan kader kesehatan untuk meningkatkan angka partisipasi warga datang ke pos makan obat antipenyakit kaki gajah atau filariasis.

"Kita akui tingkat partisipasi warga masih minim, dan harapan kita adalah optimalisasi 'sweeping' oleh kader kesehatan di tingkat RW," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, H Ahmad Kustijadi, Kamis.

Rendahnya angka partisipasi warga datang ke pos minum obat (PMO) anti filariasis, ujar Ahmad, diduga akibat trauma atas kejadian tewasnya beberapa warga usai minum obat tersebut tahun lalu.

Ahmad mengatakan, saat ini ada tujuh kecamatan yang sedang gencar melakukan pengobtan massal antifilarisis tahap kedua, yakni Kecmatan Margaasih, Margahayu, Katapang, Cangkuang, Banjaran, Arjasari, dan Kecamatan Pameugpeuk.

Ahmad memberikan penghargaan khusus kepada semua kader kesehatan tingkat RW, desa, hinggga kader kesehatan tingkat kecamatan yang telah bekerja keras dalam program pemberantasan massal penyakit mematikan ini.

Menurut Ahmad, penghargaan tersebut wajar diberikan kepada para kader, karena mereka yang bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengobatan di PMO dan sweeping ke rumah-rumah.

"Memang ada juga petugas yang 'standby' selama 24 jam. Tapi dibandingkan pengobatan tahun pertama yang sehari langsung selesai, pengobatan tahun ini lebih banyak menguras waktu dan tenaga," kata Ahmad.

Ahmad berharap, optimalisasi "sweeping" mampu mengefektifkan hasil akhir pengobatan berdurasi lima tahun itu, yakni terciptanya kekebalan kolektif atas penyakit kaki gajah ini.

Tapi, menurut Ahmad tingkat partsisipasi masyarakat minum obat antifilariasis tetap membuat pencapaian target lebih cepat tercapai.***3***

Ayi K

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010