Oleh Budi Setiawanto

Bandung, 19/11 (ANTARA) - Putus sekolah masih menjadi ancaman serius bagi para siswa peserta wajib pendidikan dasar sembilan tahun di Indonesia.

Data dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2009, terdapat 13.685.324 anak usia sekolah yakni 7-15 tahun terancam putus sekolah.

"Sungguh angka yang luar biasa. Kalau ini dibiarkan maka merupakan bencana luar biasa bagi bangsa ini, lebih besar dari bencana alam, karena masa depan anak-anak Indonesia tentu saja tidak dapat menikmati pendidikan dasar sembilan tahun," kata Joosje Tatipata, Vice President Marketing & Promotion Matahari Food Business PT Matahari Putra Prima, Tbk, selaku pengelola pusat ritel Hypermart dan Foodmart.

Pernyataan Joosje itu disampaikan di hadapan ratusan siswa Sekolah Dasar Negeri Cirangrang I-IV , para guru, dan orang tua murid, saat bersama PT Frisian Flag Indonesia - salah satu perusahaan susu nutrisi terkemuka di Indonesia - menyerahkan bantuan pendidikan melalui Program "Berbagi Untuk Maju" bertempat di Sekolah Dasar Negeri Cirangrang IV, Bandung, Jumat, senilai Rp478.006.875 untuk 2.192 siswa tak mampu di Jawa Barat bekerja sama dengan Yayasan Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA).
Dari 2.192 siswa di Jawa Barat yang mendapat bantuan itu terdiri atas 1.432 siswa Sekolah Dasar dan 760 siswa Sekolah Menengah Pertama yang terancam putus sekolah.

Dari jumlah siswa yang mendapat bantuan pendidikan tersebut terdapat 358 siswa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama yang merupakan anak dari para peternak sapi perah binaan Frisian Flag Indonesia yang berada di Pangalengan dan Lembang, Jabar.

Ketua GNOTA Jeannette Sudjunadi menyebutkan nilai bantuan itu adalah Rp180 ribu per siswa Sekolah Dasar per tahun, dan Rp240 ribu per siswa Sekolah Menengah Pertama per tahun.

Penyerahan bantuan di Bandung itu merupakan tahap ketiga setelah tahap pertama berlangsung di Medan pada 31 Agustus 2010 dan di Semarang pada 6 Oktober 2010.

Pada tahap pertama, Frisian Flag Indonesia dan Matahari Food Business menyalurkan dana sebesar Rp501.253.965 untuk 2.531 siswa Sekolah Dasar yang terancam putus sekolah di Sumatra Utara, sedangkan pada tahap kedua disalurkan dana sebesar Rp405.195.956 untuk 1.493 siswa Sekolah Dasar dan 424 siswa Sekolah Menengah Pertama yang terancam putus sekolah di Jawa Tengah.

Frisian Flag Indonesia dan Matahari Food Business (Hypermart dan Foodmart) menargetkan untuk menggalang dana sekitar Rp2,6 miliar untuk membiayai sekitar 12.062 murid yang terdiri atas 8.530 siswa Sekolah Dasar dan 3.532 siswa Sekolah Menengah Pertama dari sekolah-sekolah yang terdata oleh GNOTA dan pemerintah untuk menerima bantuan.

Setiap anggota masyarakat yang belanja produk susu nutrisi dari PT Frisian Flag Indonesia di pusat-pusat perbelanjaan Hypermart dan Foodmart secara otomatis telah berperan serta dalam Program "Berbagi Untuk Semua".

"Program ini disisihkan dari keuntungan," kata Hendro.
Program "Berbagi Untuk Maju" dijadwalkan berlangsung sejak diluncurkan 3 Agustus 2010 hingga Desember 2010 namun dipastikan akan berlangsung terus pada masa-masa mendatang seiring dengan komitmen kuat dari PT Frisian Flag Indonesia dan Matahari Food Business.
"Tidak ada alasan untuk tidak melanjutkan program seperti ini. Kami berharap program ini dapat menggugah peran serta pihak lain untuk juga memiliki program seperti ini," kata Hendro H Poedjono, Trade Marketing Director PT Frisian Flag Indonesia.

Hendro mengatakan pencapaian program wajib belajar sembilan tahun merupakan tanggung jawab bersama, baik pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta.

"Sebagai korporasi kami prihatin terhadap tingginya angka putus sekolah di Indonesia yang mencapai 13,6 juta siswa tidak dapat memenuhi kewajiban melanjutkan pendidikan dasar sembilan tahun," katanya.

Melalui Program "Berbagi Untuk Maju", Hendro megajak masyarakat Indonesia berpartisipasi dalam mengurangi angka putus sekolah di Indonesia.

"Kami sangat menghargai dukungan dan partisipasi konsumen setia kami dalam program Berbagi Untuk Maju selama hampir empat bulan program ini berlan," katanya.

Ia berharap program itu merupakan salah satu program terpercaya yang dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk membantu anak Indonesia tetap bersekolah dan menyelesaikan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun.

Sementara Joosje optimistis dengan dukungan para pelanggannya, target untuk membantu lebih dari 12 ribu siswa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama akan terpenuhi.

Walaupun hanya sebagian kecil dibandingkan jumlah keseluruhan siswa yang terancam putus sekolah, ia berharap dana bantuan itu bisa membantu pemerintah memenuhi salah satu sasaran pembangunan milenium (MDG's) yakni pencapaian wajib belajar sembilan tahun untuk seluruh anak Indonesia.

Joosje mengajak seluruh masyarakat Indonesia berpartisipasi dalam program Berbagi Untuk Maju dengan membeli produk Frisian Flag di 50 gerai Hypermart dan 24 gerai Foodmart yang tersebar di seluruh Idonesia selama bulan Agustus - Desember 2010.

Dari keuntungan yang diperoleh, disisihkan untuk memberi bantuan tersebut dengan sistem "tutup sekolah" yakni seluruh siswa yang membutuhkan dari sekolah-sekolah yang menjadi sasaran GNOTA akan mendapat bantuan tanpa pengecualian.

"Yang mendapat bantuan semata-mata karena tidak mampu secara ekonomi, di luar pertimbangan prestasi," kata Ketua GNOTA Jeanette Sudjunadi.

Mereka yang mendapat bantuan pendidikan itu, katanya, berdasarkan pengajuan dari masing-masing sekolah yang mendata jumlah anak tidak mampu yang diajukan ke GNOTA.

"Semua bantuan berdasarkan nama yang masuk sehingga akan tetap sasaran," katanya.

Hendro H Poedjono menambahkan Program "Berbagai Untuk Semua" dijalankan karena kepedulian untuk mewujudkan bangsa Indonesia menjadi bagnsa mandiri dan kuat dengan keberadaan anak-anak yang pintar dan berkesempatan mengenyam pendidikan setinggi-tingginya.

"Jangan sampai putus sekolah. Kalian harus tetap sekolah, harus pintar, rajin, jangan membolos, jangan menyontek. Harus jujur. Bangsa ini perlu orang-orang jujur yang banyak," katanya di hadapan para siswa yang disambut dengan sahutan "iya....".

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010