Petani yang berada di bawah binaan IPB University sudah mampu mengekspor tanaman hias ke sejumlah negara kendati masih dalam situasi pandemi COVID-19, ujar Rektor IPB University Arif Satria.
"Ada 202 petani tanaman hias yang kita bina. Sebagian mereka sudah menjadi eksportir. Bahkan tanaman ekspor mereka ada yang satu pot harganya bisa sampai 70 juta rupiah," ujar Arif dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Hal tersebut disampaikan Arif saat mendampingi Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki meninjau kebun IPB University di Sukamantri, Bogor, beberapa waktu lalu.
Arif menyebut memiliki lahan seluas 39,9 hektar, kebun IPB University di Sukamantri adalah tempat untuk kegiatan penelitian, magang, pembelajaran petani sekaligus sebagai wisata dan bisnis.
Lahan pertanian tanaman hias ini merupakan hasil kolaborasi antara IPB University, Kemenkop UKM, dan PT Bank BNI. Kelembagaan dan sumber daya manusia, kata Arif, merupakan aspek penting dalam kemajuan pertanian.
"Di masa pandemi ini, petani mitra IPB University justru bisa mengekspor produknya. Ini satu hal yang harus kita syukuri bahwa petani memberikan andil sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dari desa. Ke depan kita perkuat dengan hadirnya koperasi yang unggul dan modern serta menjadi inspirasi bagi petani yang lain," katanya.
Sementara itu, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan koperasi merupakan model bisnis yang tepat bagi sektor pertanian. Sehingga ke depan, petani tidak lagi orang per orang namun sudah dikonsolidasi menjadi satu dalam kelembagaan.
"Kami melihat di banyak negara, baik itu di Eropa, Amerika, Australia, bahwa di sektor pertanian, koperasi yang jadi bisnis model mereka. Karena petani kalau berhadapan langsung dengan market secara sendiri-sendiri itu berat. Karenanya perlu konsolidasi, bergabung dalam koperasi sehingga bisa masuk ke skala ekonomi," kata dia.
Saat ini, kebun IPB University di Sukamantri ini menjadi sentra tanaman hias daun terbesar di Indonesia. Ke depan, Sukamantri juga ditargetkan menjadi pusat tanaman hias daun nomor satu di Asia Tenggara. Karenanya Kemenkop UKM menyambut baik kolaborasi dengan IPB University dan BNI.
"Tanaman hias daun ini saya kira bisa menjadi trendsetter. Kita kuasai dunia dengan tanaman hias Indonesia," katanya.
Direktur Hubungan Kelembagaan BNI Sis Apik Wijayanto mengatakan pihaknya siap mendukung baik dari sisi pembiayaan maupun juga literasi keuangan dan pendampingan UMKM.
"BNI sebagai bank yang go global, kami sangat senang dan bangga dengan kerjasama ini. Tentu ini adalah salah satu dari tri dharma, yakni bersama masyarakat untuk membangun ekonomi," katanya.
Baca juga: Rektor IPB dorong petani tak hanya belajar dari penyuluhan
Baca juga: Dosen IPB beri pelatihan pengembangan produk teh krisan bagi petani Cianjur
Baca juga: IPB dorong mahasiswanya jadi petani milenial
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Ada 202 petani tanaman hias yang kita bina. Sebagian mereka sudah menjadi eksportir. Bahkan tanaman ekspor mereka ada yang satu pot harganya bisa sampai 70 juta rupiah," ujar Arif dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Hal tersebut disampaikan Arif saat mendampingi Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki meninjau kebun IPB University di Sukamantri, Bogor, beberapa waktu lalu.
Arif menyebut memiliki lahan seluas 39,9 hektar, kebun IPB University di Sukamantri adalah tempat untuk kegiatan penelitian, magang, pembelajaran petani sekaligus sebagai wisata dan bisnis.
Lahan pertanian tanaman hias ini merupakan hasil kolaborasi antara IPB University, Kemenkop UKM, dan PT Bank BNI. Kelembagaan dan sumber daya manusia, kata Arif, merupakan aspek penting dalam kemajuan pertanian.
"Di masa pandemi ini, petani mitra IPB University justru bisa mengekspor produknya. Ini satu hal yang harus kita syukuri bahwa petani memberikan andil sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dari desa. Ke depan kita perkuat dengan hadirnya koperasi yang unggul dan modern serta menjadi inspirasi bagi petani yang lain," katanya.
Sementara itu, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan koperasi merupakan model bisnis yang tepat bagi sektor pertanian. Sehingga ke depan, petani tidak lagi orang per orang namun sudah dikonsolidasi menjadi satu dalam kelembagaan.
"Kami melihat di banyak negara, baik itu di Eropa, Amerika, Australia, bahwa di sektor pertanian, koperasi yang jadi bisnis model mereka. Karena petani kalau berhadapan langsung dengan market secara sendiri-sendiri itu berat. Karenanya perlu konsolidasi, bergabung dalam koperasi sehingga bisa masuk ke skala ekonomi," kata dia.
Saat ini, kebun IPB University di Sukamantri ini menjadi sentra tanaman hias daun terbesar di Indonesia. Ke depan, Sukamantri juga ditargetkan menjadi pusat tanaman hias daun nomor satu di Asia Tenggara. Karenanya Kemenkop UKM menyambut baik kolaborasi dengan IPB University dan BNI.
"Tanaman hias daun ini saya kira bisa menjadi trendsetter. Kita kuasai dunia dengan tanaman hias Indonesia," katanya.
Direktur Hubungan Kelembagaan BNI Sis Apik Wijayanto mengatakan pihaknya siap mendukung baik dari sisi pembiayaan maupun juga literasi keuangan dan pendampingan UMKM.
"BNI sebagai bank yang go global, kami sangat senang dan bangga dengan kerjasama ini. Tentu ini adalah salah satu dari tri dharma, yakni bersama masyarakat untuk membangun ekonomi," katanya.
Baca juga: Rektor IPB dorong petani tak hanya belajar dari penyuluhan
Baca juga: Dosen IPB beri pelatihan pengembangan produk teh krisan bagi petani Cianjur
Baca juga: IPB dorong mahasiswanya jadi petani milenial
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021