Tim Program Pengabdian Masyarakat Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) dipimpin Dosen Teknik Elektro FTUI Prof. Dr. Ir. Riri Fitri Sari, M.Sc mempresentasikan hasil evaluasi UI BlueMetric untuk mengukur kualitas lingkungan pesisir pantai di Muara Sungai Citarum.
"Muara sungai Citarum ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, sebagai peringatan tentang terjadinya perubahan iklim. Kondisi lima tahun terakhir cukup memprihatinkan mengingat semakin dalamnya abrasi kawasan pantai, berkurangnya populasi biodiversitas seperti Lutung Jawa dan burung Kuntul yang hidup di daerah rawa muara, dan berkurangnya populasi hutan mangrove," ujar Prof. Riri Fitri Sari dalam keterangannya, Kamis.
Ia mengatakan berbagai perubahan kondisi lingkungan perlu menggugah kesadaran masyarakat dan diupayakannya implementasi teknologi dan pengolahan sampah dari hulu ke hilir untuk mewujudkan laut kembali biru bersih.
Kegiatan presentasi hasil evaluasi UI BlueMetric dilakukan sehubungan dengan penjajakan Kerjasama Riset antara Tim UI dan Technical University of Denmark (DTU) mengenai Potensi kerja sama riset di Bidang Maritim.
Selama tahun 2019-2020 pengukuran kualitas air laut dengan menggunakan UI Bluemetric telah dilakukan di tiga lokasi yang berbeda, yaitu Pantai Carita, Pandeglang, Banten; Pantai Ancol, Jakarta Utara, DKI Jakarta; dan Pantai Bahagia, Bekasi, Jawa Barat.
Pengukuran untuk kriteria kualitas air laut dilakukan dengan pengujian sampel di laboratorium yang hasilnya dikonversi menjadi nilai sederhana dengan metode UI BlueMetric. Tiga kriteria komponen lainnya yang diukur dalam penilaian UI BlueMetric, yaitu biodiversitas (ekosistem alami), sampah dan aktivitas dilakukan dengan penilaian hasil pengamatan, dan pengisian kuesioner sesuai pengamatan dan hasil wawancara.
Kegiatan dan diskusi tim UI BlueMetric yang telah dilaksanakan pada bulan Desem
ber 2020 dan Mei 2021 tentang kondisi lingkungan pesisir yang didiami para nelayan di Desa Pantai Bahagia, diadakan dalam rangka kegiatan Pengabdian Masyarakat di kecamatan Muara Gembong Bekasi yang merupakan muara dari sungai Citarum.
Kegiatan ini juga menghasilkan hasil pengukuran dan catatan kondisi pesisir pantai. Pengmas dilakukan dengan beberapa visitasi ke Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong dan berinteraksi secara terbatas dengan masyarakat, dengan menerapkan protokol kesehatan mengingat masa pandemi COVID-19.
Kualitas pesisir laut di Pantai Bahagia Muara Gembong memiliki nilai 5475 atau 54,75 persen dari nilai maksimum UI BlueMetric yaitu 10000. Nilai tersebut sedikit lebih baik di atas kualitas pesisir di Pantai Carita Banten, dan di bawah Pantai Ancol di wilayah utara Jakarta.
UI BlueMetric mengadopsi metodologi yang telah diterapkan UI GreenMetric yang telah sukses sepanjang 10 tahun di dalam melakukan pemeringkatan universitas di seluruh dunia berdasarkan kriteria kampus hijau.
"Permasalahan lingkungan ini kami angkat menjadi isu yang disosialisasikan ke masyarakat supaya kelestarian alam dan kehidupan masyarakat terjaga," katanya.
UI BlueMetric akan menggambarkan kondisi perairan di pesisir pantai dan memicu cara pencegahan dan penyelesaian masalah. Diharapkan, program UI BlueMetric ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan juga dapat diterapkan di wilayah lainnya di Indonesia.
Lebih lanjut, Prof. Riri menyebutkan bahwa program ini dilatarbelakangi oleh kepedulian tim pengmas FTUI akan kualitas perairan Indonesia. Penurunan kualitas air di wilayah perairan Indonesia merupakan masalah yang sudah lama menjadi tantangan bagi pemerintah dan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Baca juga: Pemkab Garut uji kualitas lingkungan di daerah terdampak limbah industri kulit
Baca juga: TNI berperan aktif ajak masyarakat perbaiki kualitas lingkungan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Muara sungai Citarum ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, sebagai peringatan tentang terjadinya perubahan iklim. Kondisi lima tahun terakhir cukup memprihatinkan mengingat semakin dalamnya abrasi kawasan pantai, berkurangnya populasi biodiversitas seperti Lutung Jawa dan burung Kuntul yang hidup di daerah rawa muara, dan berkurangnya populasi hutan mangrove," ujar Prof. Riri Fitri Sari dalam keterangannya, Kamis.
Ia mengatakan berbagai perubahan kondisi lingkungan perlu menggugah kesadaran masyarakat dan diupayakannya implementasi teknologi dan pengolahan sampah dari hulu ke hilir untuk mewujudkan laut kembali biru bersih.
Kegiatan presentasi hasil evaluasi UI BlueMetric dilakukan sehubungan dengan penjajakan Kerjasama Riset antara Tim UI dan Technical University of Denmark (DTU) mengenai Potensi kerja sama riset di Bidang Maritim.
Selama tahun 2019-2020 pengukuran kualitas air laut dengan menggunakan UI Bluemetric telah dilakukan di tiga lokasi yang berbeda, yaitu Pantai Carita, Pandeglang, Banten; Pantai Ancol, Jakarta Utara, DKI Jakarta; dan Pantai Bahagia, Bekasi, Jawa Barat.
Pengukuran untuk kriteria kualitas air laut dilakukan dengan pengujian sampel di laboratorium yang hasilnya dikonversi menjadi nilai sederhana dengan metode UI BlueMetric. Tiga kriteria komponen lainnya yang diukur dalam penilaian UI BlueMetric, yaitu biodiversitas (ekosistem alami), sampah dan aktivitas dilakukan dengan penilaian hasil pengamatan, dan pengisian kuesioner sesuai pengamatan dan hasil wawancara.
Kegiatan dan diskusi tim UI BlueMetric yang telah dilaksanakan pada bulan Desem
ber 2020 dan Mei 2021 tentang kondisi lingkungan pesisir yang didiami para nelayan di Desa Pantai Bahagia, diadakan dalam rangka kegiatan Pengabdian Masyarakat di kecamatan Muara Gembong Bekasi yang merupakan muara dari sungai Citarum.
Kegiatan ini juga menghasilkan hasil pengukuran dan catatan kondisi pesisir pantai. Pengmas dilakukan dengan beberapa visitasi ke Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong dan berinteraksi secara terbatas dengan masyarakat, dengan menerapkan protokol kesehatan mengingat masa pandemi COVID-19.
Kualitas pesisir laut di Pantai Bahagia Muara Gembong memiliki nilai 5475 atau 54,75 persen dari nilai maksimum UI BlueMetric yaitu 10000. Nilai tersebut sedikit lebih baik di atas kualitas pesisir di Pantai Carita Banten, dan di bawah Pantai Ancol di wilayah utara Jakarta.
UI BlueMetric mengadopsi metodologi yang telah diterapkan UI GreenMetric yang telah sukses sepanjang 10 tahun di dalam melakukan pemeringkatan universitas di seluruh dunia berdasarkan kriteria kampus hijau.
"Permasalahan lingkungan ini kami angkat menjadi isu yang disosialisasikan ke masyarakat supaya kelestarian alam dan kehidupan masyarakat terjaga," katanya.
UI BlueMetric akan menggambarkan kondisi perairan di pesisir pantai dan memicu cara pencegahan dan penyelesaian masalah. Diharapkan, program UI BlueMetric ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan juga dapat diterapkan di wilayah lainnya di Indonesia.
Lebih lanjut, Prof. Riri menyebutkan bahwa program ini dilatarbelakangi oleh kepedulian tim pengmas FTUI akan kualitas perairan Indonesia. Penurunan kualitas air di wilayah perairan Indonesia merupakan masalah yang sudah lama menjadi tantangan bagi pemerintah dan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Baca juga: Pemkab Garut uji kualitas lingkungan di daerah terdampak limbah industri kulit
Baca juga: TNI berperan aktif ajak masyarakat perbaiki kualitas lingkungan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021