PT Pertamina dan Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswanamigas) Garut terjun ke lapangan memastikan tidak ada kelangkaan gas subsidi di pasaran saat pemilihan kepala desa (pilkades) serentak di Kabupaten Garut seperti dikeluhkan masyarakat melalui media sosial.
"Tidak ada kelangkaan, berdasarkan data masih cukup, dalam satu wilayah itu banyak agennya," kata Sales Branch Manager Rayon V Bandung PT Pertamina Risal Arsyad saat jumpa pers di Kantor Hiswanamigas Garut, Selasa.
Risal menuturkan salah satu contoh daerah yang dilaporkan adanya kelangkaan di Kecamatan Cisompet, ternyata setelah dicek di lapangan gas subsidi masih tersedia di setiap agen dan pangkalan.
Kecamatan itu, kata dia, mendapatkan jatah pasokan gas subsidi sebanyak 19.290 tabung per bulan, sedangkan kebutuhannya untuk masyarakat miskin kurang lebih 3.800 tabung untuk kebutuhan rumah tangganya selama kurang lebih sepekan.
"Dengan data pasokan untuk wilayah selatan di Cisompet sebanyak 19.290 tabung, itu artinya masyarakat di sana masih bisa beli tiga sampai empat kali gas subsidi dalam satu bulan," katanya.
Ia menyampaikan PT Pertamina selalu memprioritaskan pasokan untuk wilayah selatan Garut agar tidak terjadi kelangkaan di masyarakat.
Jika terjadi kelangkaan, kata dia, PT Pertamina sudah siap untuk menambah stok, namun selama ini tidak pernah ada kelangkaan stok gas subsidi di pasaran.
"Kalau terjadi kelangkaan, kita tambah, dan kita sudah lihat dan mengantisipasinya sebelum itu terjadi kelangkaan seperti saat Idul Fitri," katanya.
Adanya laporan masyarakat yang sulit mendapatkan gas dan adanya agen yang kekurangan stok gas subsidi itu, menurut dia, kasusnya hanya di satu tempat dan satu agen sehingga tidak bisa disebut secara keseluruhan langka.
Sementara di satu wilayah itu, kata dia, banyak agen dan pangkalan gas subsidi yang dapat menjaga ketersediaan gas di pasaran sehingga masyarakat tidak sulit untuk mendapatkannya.
"Ada agen lain yang masuk ke Cisompet, dan masih banyak stoknya, setiap tahunnya ada penambahan dan kita arahkan ke selatan," katanya.
Humas Hiswanamigas Garut Evi Hartaz Alvian menambahkan tim dari Hiswanamigas setiap hari memantau pendistribusian dan ketersediaan gas di lapangan untuk memastikan kebutuhan gas subsidi bagi masyarakat miskin terpenuhi.
Terkait keluhan warga sulit mendapatkan gas sehingga menggunakan kayu bakar, kata dia, persoalan di lapangan bukan karena sulit membeli gas, melainkan adanya kebiasaan warga yang memanfaatkan kayu sisa sekitar rumahnya untuk dijadikan bahan bakar alternatif.
"Perlu kita ketahui di selatan itu masih ada warga yang memanfaatkan kayu bakar untuk memasak, jadi bukan karena tidak ada gas," kata Evi.
Menurut dia masyarakat Garut seperti yang terjadi di wilayah selatan biasa membeli gas cukup dua sampai tiga tabung dari kebutuhan normalnya empat tabung dalam satu bulan, sisanya warga memanfaatkan kayu bakar untuk memasak.
Alasan warga itu, kata dia, untuk menghemat pengeluaran uang maupun mengalihkan pembelian dari yang seharusnya untuk membeli gas dialihkan membeli kebutuhan pokok seperti beras dan sebagainya.
"Di selatan Garut itu, seperti daerah perkebunan di sekitar rumahnya masih banyak kayu bakar untuk alternatif bahan bakar, jadi bisa menghemat pemakaian gas," kata Evi.
Baca juga: Satgas COVID-19 Garut pastikan Pilkades Serentak 2021 patuhi prokes
Baca juga: Garut masih batasi kunjungan ke tempat wisata sebesar 25 persen
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Tidak ada kelangkaan, berdasarkan data masih cukup, dalam satu wilayah itu banyak agennya," kata Sales Branch Manager Rayon V Bandung PT Pertamina Risal Arsyad saat jumpa pers di Kantor Hiswanamigas Garut, Selasa.
Risal menuturkan salah satu contoh daerah yang dilaporkan adanya kelangkaan di Kecamatan Cisompet, ternyata setelah dicek di lapangan gas subsidi masih tersedia di setiap agen dan pangkalan.
Kecamatan itu, kata dia, mendapatkan jatah pasokan gas subsidi sebanyak 19.290 tabung per bulan, sedangkan kebutuhannya untuk masyarakat miskin kurang lebih 3.800 tabung untuk kebutuhan rumah tangganya selama kurang lebih sepekan.
"Dengan data pasokan untuk wilayah selatan di Cisompet sebanyak 19.290 tabung, itu artinya masyarakat di sana masih bisa beli tiga sampai empat kali gas subsidi dalam satu bulan," katanya.
Ia menyampaikan PT Pertamina selalu memprioritaskan pasokan untuk wilayah selatan Garut agar tidak terjadi kelangkaan di masyarakat.
Jika terjadi kelangkaan, kata dia, PT Pertamina sudah siap untuk menambah stok, namun selama ini tidak pernah ada kelangkaan stok gas subsidi di pasaran.
"Kalau terjadi kelangkaan, kita tambah, dan kita sudah lihat dan mengantisipasinya sebelum itu terjadi kelangkaan seperti saat Idul Fitri," katanya.
Adanya laporan masyarakat yang sulit mendapatkan gas dan adanya agen yang kekurangan stok gas subsidi itu, menurut dia, kasusnya hanya di satu tempat dan satu agen sehingga tidak bisa disebut secara keseluruhan langka.
Sementara di satu wilayah itu, kata dia, banyak agen dan pangkalan gas subsidi yang dapat menjaga ketersediaan gas di pasaran sehingga masyarakat tidak sulit untuk mendapatkannya.
"Ada agen lain yang masuk ke Cisompet, dan masih banyak stoknya, setiap tahunnya ada penambahan dan kita arahkan ke selatan," katanya.
Humas Hiswanamigas Garut Evi Hartaz Alvian menambahkan tim dari Hiswanamigas setiap hari memantau pendistribusian dan ketersediaan gas di lapangan untuk memastikan kebutuhan gas subsidi bagi masyarakat miskin terpenuhi.
Terkait keluhan warga sulit mendapatkan gas sehingga menggunakan kayu bakar, kata dia, persoalan di lapangan bukan karena sulit membeli gas, melainkan adanya kebiasaan warga yang memanfaatkan kayu sisa sekitar rumahnya untuk dijadikan bahan bakar alternatif.
"Perlu kita ketahui di selatan itu masih ada warga yang memanfaatkan kayu bakar untuk memasak, jadi bukan karena tidak ada gas," kata Evi.
Menurut dia masyarakat Garut seperti yang terjadi di wilayah selatan biasa membeli gas cukup dua sampai tiga tabung dari kebutuhan normalnya empat tabung dalam satu bulan, sisanya warga memanfaatkan kayu bakar untuk memasak.
Alasan warga itu, kata dia, untuk menghemat pengeluaran uang maupun mengalihkan pembelian dari yang seharusnya untuk membeli gas dialihkan membeli kebutuhan pokok seperti beras dan sebagainya.
"Di selatan Garut itu, seperti daerah perkebunan di sekitar rumahnya masih banyak kayu bakar untuk alternatif bahan bakar, jadi bisa menghemat pemakaian gas," kata Evi.
Baca juga: Satgas COVID-19 Garut pastikan Pilkades Serentak 2021 patuhi prokes
Baca juga: Garut masih batasi kunjungan ke tempat wisata sebesar 25 persen
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021