Program Studi (Prodi) Fisika yang berada di bawah naungan Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB Univesity telah memiliki kurikulum K2020 selaras dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dengan pencapaian riset signifikan dan terus didorong untuk mengembangkan inovasi.
"Reputasi internasional yang tercatat hingga Februari 2021, jumlah artikel terindeks scopus atas nama dosen Fisika IPB University sebanyak 592 artikel dengan jumlah sitasi total sebanyak 1.724," kata Ketua Departemen Fisika IPB University R. Tony Ibnu Sumaryada sseperti dikutip dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat.
Departemen Fisika IPB saat ini memiliki dua program studi yaitu Program Sarjana (S1) Fisika dan Program Pasca Sarjana (S2) Biofisika dan terbagi dalam tiga divisi atau konsentrasi keilmuan yaitu Fisika Teori, Biofisika dan Fisika Terapan.
Keilmuan Fisika di institusi yang fokus di bidang pertanian dan agromaritim membuat riset di Departemen Fisika menjadi unik dan memiliki keunggulan tersendiri dibanding yang lain. Riset di ketiga divisi tersebut menghasilkan berbagai inovasi dan produk yang mendukung ilmu-ilmu hayati untuk ketahanan pangan, energi, medis dan pendidikan.
Riset yang dilakukan di Departemen Fisika biasanya terkait pengembangan biofisika medik seperti sintesis, karakterisasi dan uji performa biomaterial untuk aplikasi medis seperti tulang dan gigi buatan, komputasi biofisika dan pemodelan molekuler. Seperti simulasi dinamika molekul dan penambatan molekul.
Selain itu terdapat pula pengembangan model matematika dan fisika dari proses biologi seperti model interaksi glukosa-insulin, pengembangan energi baru dan terbarukan seperti biofuel, bioenergi, turbin angin, dan sel surya baik secara eksperimen maupun permodelan.
Dikembangkan juga instrumentasi elektronik dan jaringan termasuk robotik dan IoT (internet of things) untuk berbagai aplikasi teknologi terkini berbasis internet dan aplikasi, saat Indonesia memasuki era Revolusi Industri 4.0.
Penelitian yang sifatnya multidisiplin atau transdisiplin membuat konsep dasar fisika dapat diterapkan untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah serta mewarnai riset-riset di berbagai bidang terutama yang terkait ilmu-ilmu hayati.
Situasi pandemi COVID-19 juga membuat Departemen Fisika IPB mencoba mengembangkan model fisika prediksi epidemiologi terkait penyebaran COVID-19.
"Hal ini membuat dosen fisika memiliki rasio Publication to Faculty Ratio (PFR) yang cukup tinggi di IPB University yaitu 2.65 (satu dosen rata rata memiliki 2.65 artikel scopus per tahun) di tahun 2020. Nilai PFR ini jauh melebihi target nasional dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang hanya 0.5. Artinya kita telah mencapai lebih dari lima kali lipatnya," ujarnya.
Baca juga: IPB dan 7 kampus perebutkan gelar juara turnamen Mobile Legends SWC
Baca juga: IPB juara umum kompetisi Satria Data 2020
Baca juga: Dua mahasiswi IPB raih juara karya tulis Kemdikbud
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Reputasi internasional yang tercatat hingga Februari 2021, jumlah artikel terindeks scopus atas nama dosen Fisika IPB University sebanyak 592 artikel dengan jumlah sitasi total sebanyak 1.724," kata Ketua Departemen Fisika IPB University R. Tony Ibnu Sumaryada sseperti dikutip dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat.
Departemen Fisika IPB saat ini memiliki dua program studi yaitu Program Sarjana (S1) Fisika dan Program Pasca Sarjana (S2) Biofisika dan terbagi dalam tiga divisi atau konsentrasi keilmuan yaitu Fisika Teori, Biofisika dan Fisika Terapan.
Keilmuan Fisika di institusi yang fokus di bidang pertanian dan agromaritim membuat riset di Departemen Fisika menjadi unik dan memiliki keunggulan tersendiri dibanding yang lain. Riset di ketiga divisi tersebut menghasilkan berbagai inovasi dan produk yang mendukung ilmu-ilmu hayati untuk ketahanan pangan, energi, medis dan pendidikan.
Riset yang dilakukan di Departemen Fisika biasanya terkait pengembangan biofisika medik seperti sintesis, karakterisasi dan uji performa biomaterial untuk aplikasi medis seperti tulang dan gigi buatan, komputasi biofisika dan pemodelan molekuler. Seperti simulasi dinamika molekul dan penambatan molekul.
Selain itu terdapat pula pengembangan model matematika dan fisika dari proses biologi seperti model interaksi glukosa-insulin, pengembangan energi baru dan terbarukan seperti biofuel, bioenergi, turbin angin, dan sel surya baik secara eksperimen maupun permodelan.
Dikembangkan juga instrumentasi elektronik dan jaringan termasuk robotik dan IoT (internet of things) untuk berbagai aplikasi teknologi terkini berbasis internet dan aplikasi, saat Indonesia memasuki era Revolusi Industri 4.0.
Penelitian yang sifatnya multidisiplin atau transdisiplin membuat konsep dasar fisika dapat diterapkan untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah serta mewarnai riset-riset di berbagai bidang terutama yang terkait ilmu-ilmu hayati.
Situasi pandemi COVID-19 juga membuat Departemen Fisika IPB mencoba mengembangkan model fisika prediksi epidemiologi terkait penyebaran COVID-19.
"Hal ini membuat dosen fisika memiliki rasio Publication to Faculty Ratio (PFR) yang cukup tinggi di IPB University yaitu 2.65 (satu dosen rata rata memiliki 2.65 artikel scopus per tahun) di tahun 2020. Nilai PFR ini jauh melebihi target nasional dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang hanya 0.5. Artinya kita telah mencapai lebih dari lima kali lipatnya," ujarnya.
Baca juga: IPB dan 7 kampus perebutkan gelar juara turnamen Mobile Legends SWC
Baca juga: IPB juara umum kompetisi Satria Data 2020
Baca juga: Dua mahasiswi IPB raih juara karya tulis Kemdikbud
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021