Cimahi, 10/9 (ANTARA) - Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Cimahi Huzen Rachmadi mengimbau warga masyarakat Kota Cimahi untuk mewaspadai penyakit yang biasa terjadi usai Lebaran, yakni diare.
Mengingat diare merupakan salah satu penyakit yang salah satunya disebabkan oleh alergi makanan yang dikonsumsi. "Penyakit sesusai Lebaran biasanya berkaitan dengan makanan dan kebersihan diantaranya diare," kata Huzen di Cimahi, Jumat.

Dia mengatakan, selain itu yang harus tetap diwaspadai adalah demam berdarah dengue karena Cimahi adalah daerah endemis. "Jadi, masyarakat harus tetap waspada," kata Huzen.

Dijelaskannya, sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare. Organisme-organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar.

"Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang menyebabkan tinja berair pada diare," ujarnya.

Lebih lanjut dikatakannya, karena saat ini musim pancaroba masyarakat pun perlu mengantisipasi terhadap kemungkinan berbagai penyakit lainnya seperti demam berdarah, chikungunya, dan nyamuk malaria. Tren secara umum pada musim pancaroba, penyakit DB, chikungunya, dan diare serta ISPA, biasanya mengalami peningkatan.

"Solusi terbaik dalam rangka mewaspadai penyakit timbul di musim pancaroba ini dengan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), antara lain dengan menjaga kebersihan lingkungan dan pola makan yang sehat dengan meningkatkan makan sayuran dan buah-buahan," paparnya.

Menurutnya, pada musim pancaroba ini rawan terjadi demam berdarah dan chikungunya. Pasalnya, turunnya hujan pada saat udara panas dapat menyuburkan perkembangan jentik nyamuk penyebab DB maupun chikungunya. Bagitu juga, bertebarannya debu dan kekurangan air bersih, akan mebuat rawan ISPA dan diare.

Dikatakannya, pihaknya pun kini tengah siaga kemungkinan penyebaran penyakit malaria. Terkait hal itu pihaknya melakukan berbagai upaya, seperti melalui gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), juga dengan penggunaan insektisida.

"Kita atasi dengan mengurangi tempat perindukannya melalui PSN, membunuh nyamuk dewasa dengan insektisida, membunuh jentik baik secara kimiawi, larvasida atau pakai ikan. Selain itu, berbeda dengan demam berdarah yang tidak ada pencegahan dengan pemberian pengobatan karena itu merupakan virus, tapi kalau malaria itu ada," tandasnya.

Dikatakannya, bila tidak menjalani pengobatan secara tuntas, parasit malaria bisa bertahan lama di dalam darah. Hal itu menurutnya bisa menyebabkan anemia. Sehingga jika di daerah endemik, warga yang terkena anemia itu dicurigai terkena malaria.***3***
(U.pso-215/B/Y008/Y008) 10-09-2010 15:48:42

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010