Ngamprah, 25/8 (ANTARA) - Seorang pemuda bernama Royani (30) terpaksa dikerangkeng oleh anggota keluarganya sendiri, karena sering meresahkan warga lainnya.

Warga Kampung Sindangkerta, RT 05/04, Desa Cintakarya, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat (KBB) itu sering membuat resah warga setempat, kata kakak Royani, Esih Yuningsih (35) kepada wartawan, Rabu.

Untuk kebutuhan seperti makan dan minum serta BAB (buang air besar dan kecil) dan aktivitas lainnya terpaksa dilakukan di balik kerangkeng bambu tersebut. Tak hanya itu, Royani pun ditempatkan di ruangan tanpa cahaya listrik sedikitpun kala malam tiba.

Esih Yuningsih (35) kakak Royani, mengaku jika keputusan keluarga untuk mengurung Royani dalam kurungan bambu akibat perilakunya yang diluar kebiasaan.

Ia kerap kali merusak dan mengacak-ngacak barang-barang di rumah. Jika pergi dari rumah ia kerap pulang dalam keadaan muka bonyok akibat dipukulin warga gara-gara sering masuk rumah orang lain dan dianggap sebagai maling.

"Royani sering jadi korban keroyokan warga karena suka masuk rumah orang sembarangan dan ngomong ngelantur dan membuat warga kesal bahkan dianggap maling," kata Esih.

Awal terganggunya kejiwaan Royani, sambung Esih, usai dia menikah dengan perempuan Desa Cibenda, Cipongkor, KBB. Saat itu adiknya dipaksa menikah karena masih SMP dengan dibiayai oleh pihak perempuan. Namun pernikahan itu hanya bertahan tiga bulan karena setelah itu rumah tangganya cerai dan mulailah terlihat gelagat yang aneh di diri Royani.

Kakak Royani yang lain, Maesaroh (42), mengaku tidak tahu kenapa sehingga perceraian dengan istrinya membuat perilaku adiknya jadi berubah. Pasalnya, dalam keluarga tidak ada turunan sakit jiwa. Namun akibat tabiat adiknya yang
pendiam dan tidak mau berterus terang membuat pihak keluarga pun tidak ada yang tahu apa yang menjadi penyebab jiwa Royani menjadi terguncang.

Ditanya kenapa pihak keluarganya tidak membawa Royani ke rumah sakit untuk di rawat, Maesaroh menjawab, jika dibawa ke rumah sakit biaya perawatannya bagaimana, belum untuk biaya besuknya, kami tidak punya uang.

Ketua RT 5, Anan Sujana, mengungkapkan jika Royani sudah sejak dua tahun lalu sudah akan dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan. Namun selama itupula pihak keluarga selalu keberatan dan tidak mengijinkan jika Royani dibawa ke Rumah Sakit. Mereka lebih memilih Royani dibiarkan hidup dalam kerangkeng bambu kendati secara hati nurani mereka pun tidak sanggup melihat kondisi seperti itu.

"Surat-surat sudah lengkap, tinggal ijin dari keluarganya saja yang belum ada. Kalau sudah ada ijin ia bisa langsung dibawa orang dinas untuk diobati ke rumah sakit," kata Anan.***3***
(U.pso-215/C/Y008/Y008) 25-08-2010 16:16:18

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010