Bandung, 9/8 (ANTARA) - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), menyatakan, musibah tentang ledakan tabung gas elpiji 3 kg dikarenakan banyaknya pengusaha nakal yang memanfaatkan kebijakan perbedaan harga tabung gas elpiji subsidi dengan non subsidi.
Demikian dikatakan Jusuf Kalla, dalam sambutannya pada acara Peluncuran Buku "Mengelola Risiko Bencana di Negara Maritim Indonesia" yang digelar dalam rangka memperingati 50 Tahun ITB dan 90 Tahun Pendidikan Tinggi di Indonesia, di Gedung Balai Pertemuan Ilmiah (ITB), Jalan Surapati No 2 Bandung, Senin.
"Tabung gas elpiji 3 kilogram itu kan peruntukkannya bagi masyarakat tidak mampu awalnya, makanya disubsidi pemerintah. Nah, yang jadi permasalahan saat ini banyak pengusaha yang memanfaatkan perbedaan harga tabung gas ini, untuk kemudian mereka oplos dan terjadilah bencana ledakan gas elpiji baik yang 3 kilogram atau 12 kilogram," kata Jusuf Kalla.
Ia menjelaskan, permasalahan ledakan gas tabung elpiji ukuran 3 kilogram tidak ada hubungan dengan konversi minyak tanah ke gas.
"Kalau masalahanya ada di konversi, tapi kenapa tabung gas yang 12 kilogram pun ada yang meledak," kata Kalla.
Berdasarakan catatan Yusuf Kalla, tahun lalu ada 40 kasus ledakan yang disebabkan karena tabung gas elpiji ukuran tiga kg, sedangkan tahun ini naik menjadi 70 kasus.
"Kalau dihitung secara statistik, kasus ledakan akibat tabung gas elpiji ukuran 3 kg masih kecil, kalau dipersentasikan mungkin satu per se juta dengan kalkulasi jumlah tabung gas mencapai 7 juta," kata Kalla.
Pihaknya juga menyarankan supaya pemerintah melakukan peremajaan terhadap alat-alat penunjang konversi minyak tanah ke gas elpiji seperti kompor, selang hingga regulatornya.
"Resiko penggunaan gas elpiji jauh lebih kecil dibandingkan sumber energi lain termasuk listrik dan minyak tanah, kalau kita tahu dan memahami cara menggunakannya," ujarnya.***3***
Ajat S
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010
Demikian dikatakan Jusuf Kalla, dalam sambutannya pada acara Peluncuran Buku "Mengelola Risiko Bencana di Negara Maritim Indonesia" yang digelar dalam rangka memperingati 50 Tahun ITB dan 90 Tahun Pendidikan Tinggi di Indonesia, di Gedung Balai Pertemuan Ilmiah (ITB), Jalan Surapati No 2 Bandung, Senin.
"Tabung gas elpiji 3 kilogram itu kan peruntukkannya bagi masyarakat tidak mampu awalnya, makanya disubsidi pemerintah. Nah, yang jadi permasalahan saat ini banyak pengusaha yang memanfaatkan perbedaan harga tabung gas ini, untuk kemudian mereka oplos dan terjadilah bencana ledakan gas elpiji baik yang 3 kilogram atau 12 kilogram," kata Jusuf Kalla.
Ia menjelaskan, permasalahan ledakan gas tabung elpiji ukuran 3 kilogram tidak ada hubungan dengan konversi minyak tanah ke gas.
"Kalau masalahanya ada di konversi, tapi kenapa tabung gas yang 12 kilogram pun ada yang meledak," kata Kalla.
Berdasarakan catatan Yusuf Kalla, tahun lalu ada 40 kasus ledakan yang disebabkan karena tabung gas elpiji ukuran tiga kg, sedangkan tahun ini naik menjadi 70 kasus.
"Kalau dihitung secara statistik, kasus ledakan akibat tabung gas elpiji ukuran 3 kg masih kecil, kalau dipersentasikan mungkin satu per se juta dengan kalkulasi jumlah tabung gas mencapai 7 juta," kata Kalla.
Pihaknya juga menyarankan supaya pemerintah melakukan peremajaan terhadap alat-alat penunjang konversi minyak tanah ke gas elpiji seperti kompor, selang hingga regulatornya.
"Resiko penggunaan gas elpiji jauh lebih kecil dibandingkan sumber energi lain termasuk listrik dan minyak tanah, kalau kita tahu dan memahami cara menggunakannya," ujarnya.***3***
Ajat S
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010