Bandung, 7/8 (ANTARA) - Salahsatu negara peserta sidang tahunan IDB-SRVP, Pakistan, saat ini sedang gencar mengembangkan teknologi serum antiular sebagai jawaban dari transfer riset vaksin, menuju produk yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

"Kami mengembangkan serum antibisa ular sebagai bentuk inovasi produk terbaru kami, karena untuk produksi vaksin masih pre kualifikasi WHO serta terkendala oleh regulasi yang
diberlakukan di Pakistan yang sangat ketat," kata Chief Biological Production National Institute of Health (NIH) Islamabad Pakistan, Nasreen K Nomani, di Hyatt Regency, Bandung, Sabtu.

Sejauh ini, lanjut Nasreen, produksi serum ini masih dalam pengembangan yang direncanakan akan rampung pada tahun 2012.

Sebelumnya, Pakistan sempat menjalin kerja sama dengan India dalam produksi serum tersebut, namun pihaknya memutuskan untuk membangun industri sendiri untuk menghasilkan produk yang optimal.

Sementara untuk produksi vaksin, saat ini Pakistan hanya memproduksi 10 jenis vaksin yang disalurkan untuk program vaksinasi di dalam negeri, khususnya vaksin campak dan tetanus.

"Kami belum memiliki pre kualifikasi dari WHO sebagai penghasil vaksin yang terpercaya di mata dunia, namun kami terus mengembangkan produksi vaksinasi Pakistan dan terus melakukan pembelajaran dengan negara-negara Islam anggota IDB yang sudah eksisting dalam hal vaksin," ujar dia.

Menurut Nasreen, Pakistan masih membutuhkan waktu yang lama guna meraih predikat Pre Kualifikasi WHO, seperti yang sudah dikantongi oleh Bio Farma karena masih terkendala oleh mahalnya teknologi dan infrastuktur produksi vaksin.

"Karena masih terbentur mahalnya teknologi untuk produksi vaksin baru, maka kami belum mampu "expertise" seperti Bio Farma, namun dalam forum IDB SRVP ini kami terus memperluas 'Sharing' untuk kemandirian vaksin di negara Islam," pungkas. ***4***
(U.PSO-225/B/Y008/Y008) 07-08-2010 19:48:39

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010