Ngamprah, 5/8 (ANTARA) - Sebanyak 399 siswa SDN Rajamandala Kulon 1 kesulitan melaksanakan kegiatan belajar mengajar lantaran atap ruang kelas yang biasa mereka gunakan ambruk pada pukul 02.00 WIB dini hari, Kamis.

Menurut Kepala SDN Rajamandala Kulon 1, Dana Supriatna, atap ruangan kelas tersebut roboh akibat tak kuat menahan beban sapuan hujan lebat yang terjadi sepanjang tadi malam.

Dana mengaku dirinya masih merasa bersyukur lantaran dari kejadian tersebut tidak ada siswa yang menjadi korban.

"Wajar saja atap kelas tersebut ambruk karena bangunan itu dibuat sejak tahun 1968 dan sampai saat ini belum pernah direnovasi secara menyeluruh. Renovasi yang dilakukan baru sebatas memberikan keramik pada lantai kelas tersebut," kata Dana saat ditemui wartawan di lokasi kejadian, Kamis.

Dikatakannya, akibat ambruknya atap ruang kelas tersebut sedikitnya 200 siswa dari kelas 1-3 tidak mempunyai ruang kelas untuk belajar. Akhirnya mereka menggunakan teras kelas 4-6 sebagai tempat belajar dengan cara lesehan.

"Mulai besok siswa akan dievakuasi belajar di kantor PGRI, aula Desa Rajamandala Kulon. Yang penting mereka tidak lagi belajar ngampar lesehan seperti saat ini lagi," katanya.

Diakuinya pula, selama ini pihaknya sudah berungkali mengajukan kepada dinas terkait untuk perbaikan bangunan sekolahnya.

Akan tetapi sampai saat ini hal itu tidak kunjung juga terwujud. Bahkan pihaknyapun kini tengah mengajukan tukar guling lahan lahan seluar 35508 meter persegi berjarak 500 meter dari sekolah.

Tukar guling itu saat ini hanya terkendala dengan status tanah sekolah yang dimasukkan sebagai aset Desa Rajamandala Kulon sehingga dianggap bertentangan dengan PP No/2007 tentang tukar guling lahan.

"Kalau dihitung secara kasat mata kita sebetulnya diuntungkan dengan tukar guling. Karena lahan sekolah kita saat ini hanya 940 meter. Jadi tidak ada tempat untuk melakukan upacara pagi dan aktivitas olahraga. Tapi, tukar guling pun terkendala akibat status lahan sekolah saat ini berstatus milik Desa Rajamandala Kulon 1," paparnya.

Masalah tukar guling pun pihaknya telah berungkali menemui Bupati Bandung Barat dan sejumlah pimpinan DPRD Kabupaten Bandung Barat agar mereka ikut membantu memperjelas status tanah di sekolah untuk tukar guling guna membangun sekolah yang lebih representatif.

Ambruknya atap ruang kelas SDN Rajamandala Kulon 1 itu mengundang keprihatinan Wakil Bupati Bandung Barat Ernawan Natasaputra yang datang melihat langsung kejadian tersebut.

Ernawan sendiri mengaku prihatin dengan kondisi sekolah yang ambruk tersebut.

"Untuk sementara waktu, saya sudah perintahkan kepada para guru sekolah tersebut agar tidak membiarkan para siswanya belajar di teras sekolah lagi. Dan mencari tempat yang bisa digunakan untuk belajar seperti aula desa," paparnya.

Ditegaskannya, untuk saat ini hanya itu yang bisa dilakukan. Pasalnya, untuk melakukan pembangunan langsung pun harus menunggu waktu yang tidak sebentar ditambah dengan status yang masih harus diselesaikan. ***3***

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010