Bandung, 25/7 (ANTARA) - Alokasi beras untuk masyarakat miskin (raskin) di Jawa Barat bertambah sekitar 5.800 ton per bulan menyusul rencana pemerintah menambah pasokan beras bersubsidi itu.

"Informasinya ada tambahan penyaluran raskin dari 13 kilogram menjadi 15 kg per rumah tangga sasaran (RTS). Namun, kami masih menunggu surat dari pusat terkait dengan penambahan alokasi raskin itu," kata Humas Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) Jabar, Sobar Husein, di Bandung, Minggu.

Sobar menyebutkan jumlah penerima raskin di Jawa Barat sekitar 2,9 juta RTS sehingga penambahan alokasi raskin/bulan sekitar 5.800 ton sebagai dampak tambahan 2 kg/RTS.

Sementara ini, penyaluran raskin di Jawa Barat rata-rata 37,8 ribu ton/bulan untuk 26 kabupaten dan kota di provinsi ini.

"Kami belum mendapat informasi penambahan alokasi penyaluran menjadi 15 kg itu. Kalaupun surat keputusannya sudah turun kemungkinan baru bisa dilakukan pada Agustus 2010 ini," kata Sobar Husein.

Namun, lanjut dia, bila perintahnya mulai Mei atau Juni 2010, maka tetap disalurkan oleh Bulog. "Tergantung isi surat dari Bulog Pusat," ujarnya.

Secara umum, terjadinya penambahan alokasi raskin itu tak berpengaruh bagi Bulog Divre Jawa Barat yang saat ini memiliki stok ketersediaan beras hingga delapan bulan ke depan.

"Rencana penambahan raskin itu tak masalah, stok di Bulog mencukupi. Penyerapan beras saat ini masih terus dilakukan meski jumlahnya lebih sedikit," katanya.

Saat ini, kata Sobar stok beras Bulog Divre Jabar sebanyak 370 ribu ton. Sementara itu, prognosa kedua penyerapan beras Bulog Jabar naik dari 450 ribu ton menjadi 500 ribu ton pada 2010.

"Saat ini penyerapan memang sedikit, selain tak banyak yang panen juga harganya mahal di atas HPP (harga pembelian pemerintah, red.). Namun, masih ada kesempatan penyerapan hingga akhir tahun ini meski di beberapa daerah terkena hama," kata Sobar Husein.

Selain itu, Bulog Divre Jabar juga melakukan pemantauan intensif harga beras menjelang Ramadhan dan Lebaran 2010. Salah satunya dengan menggelar operasi pasar (OP) beras di beberapa pasar tradisional di kawasan rawan kenaikan harga beras menjelang bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri 1431 Hijriah.

Meski demikian, dari beberapa kali OP beras, daya serapnya masih rendah. Masyarakat belum memanfaatkan beras medium Bulog karena diprediksi rata-rata keluarga masih memiliki stok beras.

"Operasi pasar dilakukan bila terjadi gejala kenaikan harga beras yang diprediksi tak bisa dikendalikan. Sebelum harga tak terhadang Bulog, kami akan langsung menggelar operasi pasar," kata juru bicara Bulog Jabar itu. ***2***
(S033/B/D007)
(T.S033/B/D007/C/D007) 25-07-2010 10:55:28

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010