Cirebon, 22/7 (ANTARA) - Para perajin bunga melati di Cirebon, Jawa Barat, mengharapkan bahan baku dipasok dari petani kota Cirebon dan sekitarnya, mengingat selama ini bunga tersebut berasal dari Tegal (Jateng).

"Kami akan senang jika ada petani di sekitar kota Cirebon dapat memasok bunga melati karena jarak dekat berimplikasi kepada harga," kata seorang perajin melati di Desa Gesik, Kecamatan Tangah Tani, Kabupaten Cirebon, Jabar, Sanadi, Kamis.

Menurut dia, di desanya ada sekitar 75 perajin melati yang selama ini memesan bunga dari Tegal.

"Kalau Cirebon bisa menghasilkan bunga melati akan lebih bagus bagi perajin," katanya.

Berdasarkan pengalamannya, bunga melati yang ditanam di Cirebon lebih bagus karena kelopak bunga lebih tebal dibanding yang ditanam di Tegal.

Sanadi, yang memiliki 30 karyawan tersebut, setiap hari membutuhkan sekitar 15 kilogram kembang melati uantuk dironce.

Melati yang sudah dirangkai tersebut harganya berkisar Rp 25 ribu hingga Rp 200 ribu per satu rangkai.

Bunga melati yang sudah dirangkai tersebut untuk memenuhi permintaan konsumen dari Bandung, Bekasi, dan Cirebon.

Pada umumnya bunga melati digunakan untuk pesta perkawinan dan acara-acara di kantor.

Khusus selama bulan Ramadhan tidak ada perajin bunga melati karena tidak ada pemesan. "Jadi kami praktis hanya berproduksi selama 11 bulan," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, bagi petani yang membudidayakan bunga melati dijamin lebih untung dibanding menanan padi.

"Menaman melati, hanya tahun petama butuh modal, selanjutnya tinggal memelihara. Melati mulai bisa dipanen sejak tanam berusia sekitar enam bulan hingga satu tahun," katanya.

Ia mencontohkan, hanya menaman melati selebar lapangan sepakbola, bisa menghasilkan sekitar 10 kilogram bunga melati setiap hari.

Harga melati di tingkat petani sekitar Rp 25 ribu per kg. "Berarti hanya selebar lapangan sekak bola bisa menghasilkan Rp 250 ribu per hari," katanya.***2***

Yasad A

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010