Tasikmalaya, 18/7 (ANTARA) - Cuaca mendung dan sering terjadi hujan dalam sepekan terakhir menghambat proses penjemuran gabah padi organik di tempat pengolahan beras organik di Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jabar.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), pengolah padi organik, Uu Syaeful Bachri, kepada wartawan, Minggu, mengatakan akibat pengolahan tersebut mengalami hambatan pendistribusian ke pasar lokal.

"Jelas hujan mengganggu proses pengeringan gabah, tapi kami terpaksa nunggu terik matahari ," kata Uu.

Penjemuran gabah organik yang hanya membutuhkan panasnya matahari, kata Uu untuk menghindari timbulnya jamur dan berwarna kehitam-hitaman terpaksa dilakukan proses pengeringan dengan cara dikipas-kipas mengatur sirkulasi udara.

"Kalau tidak ada panas matahari, kami biasa lakukan dengan 'diangin-anginkan' agar tidak hitam atau jamuran," katanya.

Akibat terganggunya proses pengeringan gabah, kata Uu menghambat pendistribusian beras organik ke pasar lokal yang membutuhkan sekitar 5 kuintal per hari menjadi berkurang.

Sedangkan rencana pengiriman beras ke negara Malaysia dan Singapore yang rencananya akan diekspor 26 Juli 2010, kata Uu tidak terhambat karena sebelumnya sudah disiapkan.

"Untuk ekspor nanti tidak terganggu, karena sudah disiapkan tiga bulan sebelumnya, tapi yang terganggu untuk pasar lokal yang permintaannya tiap hari," katanya.

Sementara itu, pengolahan padi organik setiap satu kali panen dalam dua tahun lima kali panen, pihak Gapoktan hanya mampu memproduksi 100 ton beras yang dibeli dari petani di tujuh Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya.

Beras organik yang diproduksi di Tasikmalaya mampu mengekspor dua kali masing-masing 18 ton ke negara Amerika dan Malaysia. Sedangkan permintaan negara asing lainnya masih cukup banyak dan mengantri namun tidak dapat terpenuhi.

Keterbatasan pengolahan padi yang mampu memproduksi 100 ton dalam setiap satu kali panen, kata Uu tidak dapat memenuhi permintaan pasar asing untuk mengekspor beras organik.

Pihak Gapoktan kata Uu hanya mampu membeli 100 ton gabah padi organik dari petani, sedangkan hasil panen bisa mencapai lebih dari dua ribu ton setiap panennya.

"Yang minta banyak, tapi belum dipenuhi karena keterbatasan beras disini, karena kita hanya mampu membeli gabah dari petaninya 100 ton," katanya.***2***

Feri P

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010