Purwakarta, 15/7 (ANTARA) - Hama mematikan wereng coklat dan tikus menggasak puluhan ribu hektare tanaman padi di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat pada musim tanam gadu sekarang ini.
Akibat serangan kedua jenis hama tersebut para petani menderita kerugian, setelah produksi padi menurun hampir 50 persen dari produksi biasanya.
"Biasanya dari luas sawah 1.000 meter persegi dapat empat kuintal, sekarang hanya setengahnya, karena serangan hama. Jelas kami merugi," kata Darsim, dan beberapoa beberapa petani di Desa Citalang, Kabupaten Purwakarta, Kamis.
Dari pantauan di lapangan menunjukkan hamparan tanaman padi menjelang dipanen itu dalam kondisi tidak mulus, dan hanya sebagian yang bisa dipanen.
Padi yang bisa dipanen hanya yang tumbuh di pinggiran petak sawah, sedangkan di tengah petakan sawah padi dalam kondisi mati membusuk.
Selain di Citalang, panen padi musim gadu juga mulai berlangsung di daerah lain di Purwakarta, dengan kondisi tanaman padi sama.
Menurut para petani, serangan hama yang mengakibatkan para petani harus "gigit jari" karena merugi itu muncul sejak tanaman padi menginjak berusia dua bulan.
"Serangan hama mulai kelihatan sejak padi berusia 40 hari, dan berlangsung hingga padi berbuah," ujar Karim, seorang petani di Kecamatan Pasawahan.
Para petani mengaku panik, sebelum akhirnya pemerintah memberikan bantun pestisida secara gratis.
Dedi Supriyadi, Kabid Produksi Data Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Purwakarta menyebutkan, hama tanaman padi pada musim gadu sekarang ini, paling dominan adalah tikus, dan tingkat serangan lebih parah dibamding musim gadu sebelumnya.
Hingga minggu pertama bulan Juli, di Purwakarta tercatat 204 hektare tanaman padi digasak tikus, dengan tingkatan kerusakan ringan, sedang dan berat.
Sedangkan wereng, telah merusak sekitar 35 hektare tanamn padi.
"Kami telah berusaha mengendalikanya, dan membuahkan hasil, sehingga serangan hama tidak meluas," katanya, sambil menambahkan, tikus merupakan hama "langganan", sedangkan wereng coklat diduga "hijrah" dari daerah tetangga, yakni di Kabupaten Subang dan Karawang.
Adjat S
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010
Akibat serangan kedua jenis hama tersebut para petani menderita kerugian, setelah produksi padi menurun hampir 50 persen dari produksi biasanya.
"Biasanya dari luas sawah 1.000 meter persegi dapat empat kuintal, sekarang hanya setengahnya, karena serangan hama. Jelas kami merugi," kata Darsim, dan beberapoa beberapa petani di Desa Citalang, Kabupaten Purwakarta, Kamis.
Dari pantauan di lapangan menunjukkan hamparan tanaman padi menjelang dipanen itu dalam kondisi tidak mulus, dan hanya sebagian yang bisa dipanen.
Padi yang bisa dipanen hanya yang tumbuh di pinggiran petak sawah, sedangkan di tengah petakan sawah padi dalam kondisi mati membusuk.
Selain di Citalang, panen padi musim gadu juga mulai berlangsung di daerah lain di Purwakarta, dengan kondisi tanaman padi sama.
Menurut para petani, serangan hama yang mengakibatkan para petani harus "gigit jari" karena merugi itu muncul sejak tanaman padi menginjak berusia dua bulan.
"Serangan hama mulai kelihatan sejak padi berusia 40 hari, dan berlangsung hingga padi berbuah," ujar Karim, seorang petani di Kecamatan Pasawahan.
Para petani mengaku panik, sebelum akhirnya pemerintah memberikan bantun pestisida secara gratis.
Dedi Supriyadi, Kabid Produksi Data Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Purwakarta menyebutkan, hama tanaman padi pada musim gadu sekarang ini, paling dominan adalah tikus, dan tingkat serangan lebih parah dibamding musim gadu sebelumnya.
Hingga minggu pertama bulan Juli, di Purwakarta tercatat 204 hektare tanaman padi digasak tikus, dengan tingkatan kerusakan ringan, sedang dan berat.
Sedangkan wereng, telah merusak sekitar 35 hektare tanamn padi.
"Kami telah berusaha mengendalikanya, dan membuahkan hasil, sehingga serangan hama tidak meluas," katanya, sambil menambahkan, tikus merupakan hama "langganan", sedangkan wereng coklat diduga "hijrah" dari daerah tetangga, yakni di Kabupaten Subang dan Karawang.
Adjat S
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010