Bogor, 6/7 (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai kemaru basah yang terjadi selama tahun 2010, karena kemarau basah membawa dampak positif dan negatif bagi lingkungan.

"Seharusnya musim kemarau itu kering tapi tahun ini ada perubahan, lebih basah," kata staf analisa BMKG Agus Heru di Bogor, Sabtu.

Berdasarkan analisa satelit, musim kemarau basah yang terjadi hampir diseluruh wilaya Jawa Barat. BMKG mencatat tahun ini terjadi perubahan pola musim, biasanya musim kemarau terjadi pada bulan Mei, namun kali ini bergeser menjadi bulan Juli.

Kemarau basah disebabkan oleh pengaruh global yakni adanya Lanina (basah) yang menyebabkan curah hujan biasanya dimusim kemarau kurang dari 150 mililiter, namun kali ini kurah hujan rata-rata diatas 100 mililiter.

Kondisi ini berpengaruh terhadap pertanian, yang seharusnya mengalami musim kering, tapi kondisi ini sangat baik untuk perkebunan, sayur-sayuran sangat baik ditanam dimusim berair.

"Ini juga berpengaruh pada lingkungan, karena hujan yang datang tiba-tiba lalu kembali panas tidak baik untuk kesehatan," kata Agus.

Sementara itu, prakiraan cuaca selama bulan Juli ini, kata Agus cukup normal, curah hujan di wilayah Bogor merata berkisar antara 100 hingga 150 mililiter.

Curah hujan di wilayah Bogor Timur berkisar antara 0 hingga 100 mililiter, Bogor Bagian Utara antara 50 hingga 100 mililiter, sedangkan untuk wilayah Bogor Barat dan Tengah, hujan cukup berpeluang cukup banyak terjadi dengan curah sebesar 100 hingga 200 mililiter.

Suhu udara tergolong normal dengan suhu minumun 22 derjat celcius hingga 33 derjat Celcius dengan kelembaban hingga 60 persen akibat kemarau basah.

Hujan yang turun sifatnya sesaat diawali panas dan hujan secara tiba-tiba dengan intensitas ringan hingga lebat. Kondisi ini berpeluang terjadinya hujan disertai petir dan angin kencang.

"Kita meminta masyarakat mewaspadai ini, karena hujan disertai petir dan angin kencang masih berpeluang terjadi," imbaunya.

Laily R

Pewarta:

Editor : Teguh Handoko


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010