Bandung, 9/6 (ANTARA) - Seorang dalang asal Amerika Serikat, Bryne Champire, akan dilibatkan untuk menggali nilai-nilai pendidikan pewayangan Mahabarata pada Seminar dan Festival Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bertema "Djamoe-4 2010".
"Kegiatan ini untuk meningkatkan kembali kesadaran masyarakat khususnya pelajar, mahasiswa dan para pendidik tentang nilai-nilai pendidikan dari pewayangan yang saat ini dirasakan semakin menurun," kata Ketua Panitia Festival Seni UPI "Djamoe 2010" Wisesha Wening Galih, di Bandung, Rabu.
Kegiatan yang akan digelar di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, 14-19 Juni itu, akan menggali nilai-nilai pendidikan dalam kisah pewayangan Mahabrata.
Bryne Champire merupakan dalang asal negeri "Paman Sam" yang beberapa tahun berguru kepada seorang dalang di Solo, Jawa Tengah.
Selain Beyne, beberapa tokoh lainnya yang akan mengupas nilai pendidikan pewayangan, khususnya dalam kisah Mahabarata itu adalah Sujiwo Tejo (budayawan), Prof Dr Jacob Sumarjo (dosen sekaligus budayawan) serta Katimo (Staf Ahli Sejarah Museum Wayang).
Menurut Wishesa, kegiatan yang dimotori oleh Hima Seni Rupa UPI dan Unit Kegiatan Mahasiswa Studio 229 (organisasi penggiat seni rupa) untuk menumbuhkan kembali kecintaan terhadap wayang khususnya untuk mencegah terjadinya pergeseran tren pengenalan wayang bagi generasi muda saat industri kartun dunia menggurita.
"Event ini mengajak para pendidik dan ekspatriat yang ada di Indonesia untuk mempopulerkan wayang, bukan hanya di masyarkat lokal namun juga membantu mempopulerkan di masyarakat internasional," kata Wisesha.
Mahasiswa Seni Rupa UPI itu mengaku prihatin karena pada saat penghargaan masyarakat internasional sudah mulai mengenal kisah pewayangan, justru bangsa Indonesia mulai melupakan wayang.
"Survey kami menunjukkan, para siswa TK dan SD yang ditemui di beberapa sekolah di Kota Bandung lebih suka dan mengenal tokoh kartun asing 'Dora Emon' dan 'Naruto'. Dari 33 siswa, hanya tiga orang yang memilik stiker wayang," kata Wisesha.
Padahal pada perkembangannya, lanjut dia, wayang menjadi seni tradisional Indonesia yang pada 7 November 2003 mendapatkan penghargaan UNESCO sebagai karya budaya yang mengagumkan dalam bidang citra narasi dan warisan yang indah dan berharga.
"Kegaitan ini menggali nilai kisah pewayangan, mempopulerkannya kembali serta menjadikan wayang dan kisah pewayangan sebagai media pembelajaran/ pendidikan moral," katanya.
Lebih lanjut, Wisesha menyebutkan juga digelar Festival Seni Rupa yang menampilkan belasan pelukis dari Jawa Barat, Yogyakarta dan Jateng. Kemudian live performance dari Kana Fukushima, Isa Perkasa, W Christiawan Armand Jamparing.
Selain itu pameran seni intalasi serta pameran yang menghadirkan karya multi medium dengan tema "Alter Media" yang diikuti seniman dan komunitas perupa Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta.
Kegiatan yang digelar selama seminggu itu juga menampilkan pasar seni, kuliner, pameran artefak, kesenian tradisional, "public art" serta beberapa kegiatan lainnya yang akan digelar di sekitar kompleks Kampus UPI Bandung di Jalan Setiabudi Kota Bandung. ***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010
"Kegiatan ini untuk meningkatkan kembali kesadaran masyarakat khususnya pelajar, mahasiswa dan para pendidik tentang nilai-nilai pendidikan dari pewayangan yang saat ini dirasakan semakin menurun," kata Ketua Panitia Festival Seni UPI "Djamoe 2010" Wisesha Wening Galih, di Bandung, Rabu.
Kegiatan yang akan digelar di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, 14-19 Juni itu, akan menggali nilai-nilai pendidikan dalam kisah pewayangan Mahabrata.
Bryne Champire merupakan dalang asal negeri "Paman Sam" yang beberapa tahun berguru kepada seorang dalang di Solo, Jawa Tengah.
Selain Beyne, beberapa tokoh lainnya yang akan mengupas nilai pendidikan pewayangan, khususnya dalam kisah Mahabarata itu adalah Sujiwo Tejo (budayawan), Prof Dr Jacob Sumarjo (dosen sekaligus budayawan) serta Katimo (Staf Ahli Sejarah Museum Wayang).
Menurut Wishesa, kegiatan yang dimotori oleh Hima Seni Rupa UPI dan Unit Kegiatan Mahasiswa Studio 229 (organisasi penggiat seni rupa) untuk menumbuhkan kembali kecintaan terhadap wayang khususnya untuk mencegah terjadinya pergeseran tren pengenalan wayang bagi generasi muda saat industri kartun dunia menggurita.
"Event ini mengajak para pendidik dan ekspatriat yang ada di Indonesia untuk mempopulerkan wayang, bukan hanya di masyarkat lokal namun juga membantu mempopulerkan di masyarakat internasional," kata Wisesha.
Mahasiswa Seni Rupa UPI itu mengaku prihatin karena pada saat penghargaan masyarakat internasional sudah mulai mengenal kisah pewayangan, justru bangsa Indonesia mulai melupakan wayang.
"Survey kami menunjukkan, para siswa TK dan SD yang ditemui di beberapa sekolah di Kota Bandung lebih suka dan mengenal tokoh kartun asing 'Dora Emon' dan 'Naruto'. Dari 33 siswa, hanya tiga orang yang memilik stiker wayang," kata Wisesha.
Padahal pada perkembangannya, lanjut dia, wayang menjadi seni tradisional Indonesia yang pada 7 November 2003 mendapatkan penghargaan UNESCO sebagai karya budaya yang mengagumkan dalam bidang citra narasi dan warisan yang indah dan berharga.
"Kegaitan ini menggali nilai kisah pewayangan, mempopulerkannya kembali serta menjadikan wayang dan kisah pewayangan sebagai media pembelajaran/ pendidikan moral," katanya.
Lebih lanjut, Wisesha menyebutkan juga digelar Festival Seni Rupa yang menampilkan belasan pelukis dari Jawa Barat, Yogyakarta dan Jateng. Kemudian live performance dari Kana Fukushima, Isa Perkasa, W Christiawan Armand Jamparing.
Selain itu pameran seni intalasi serta pameran yang menghadirkan karya multi medium dengan tema "Alter Media" yang diikuti seniman dan komunitas perupa Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta.
Kegiatan yang digelar selama seminggu itu juga menampilkan pasar seni, kuliner, pameran artefak, kesenian tradisional, "public art" serta beberapa kegiatan lainnya yang akan digelar di sekitar kompleks Kampus UPI Bandung di Jalan Setiabudi Kota Bandung. ***4***
Editor : Sapto HP
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010