Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 185 bencana terjadi sejak 1 hingga 21 Januari 202, yang didominasi bencana hidrometeorologi.
"Ada 127 kejadian banjir di beberapa wilayah Tanah Air, sedangkan tanah longsor 30 kejadian dan puting beliung 21. Kejadian bencana lain yang tercatat, yaitu gelombang pasang lima kejadian dan gempa bumi dua kejadian," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam rilis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Dari sejumlah kejadian tersebut, meskipun banjir paling sering terjadi, hingga kini gempa bumi paling banyak mengakibatkan korban jiwa.
Terdata korban meninggal akibat gempa bumi berjumlah 91 jiwa, tanah longsor 41 dan banjir 34, sedangkan hilang banjir delapan dan gempa tiga orang.
Demikian juga korban luka, gempa bumi masih paling tinggi jumlah korbannya. BNPB mencatat korban luka-luka akibat gempa bumi 1.172 jiwa, tanah longsor 26, puting beliung tujuh, dan banjir lima orang.
Total kerusakan rumah berjumlah 1.896 unit dengan tingkat yang berbeda. BNPB mencatat rumah rusak berat 147 unit, rusak sedang 63 dan rusak ringan 1.686. Dari rumah rusak, jumlah kerusakan akibat gempa bumi, khususnya yang terjadi di Sulawesi Barat, masih dalam proses pendataan di lapangan.
Dari kategori rusak berat, tanah longsor masih menyebabkan kerusakan paling tinggi, yaitu 45 unit, disusul gelombang pasang atau abrasi 40, banjir 38 dan puting beliung 24.
Bencana juga mengakibatkan kerusakan fasilitas publik. Dari sejumlah kejadian bencana, kerusakan pada fasilitas penduduk berjumlah 18 unit, rumah ibadah 15, kesehatan 3, kantor 2, dan jembatan 25. Kerusakan fasilitas publik akibat gempa masih dalam pendataan.
Baca juga: Korban meninggal dunia akibat gempa Sulbar bertambah jadi 91 jiwa
Baca juga: Kepala BNPB berharap warga di daerah longsor Sumedang bersedia direlokasi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Ada 127 kejadian banjir di beberapa wilayah Tanah Air, sedangkan tanah longsor 30 kejadian dan puting beliung 21. Kejadian bencana lain yang tercatat, yaitu gelombang pasang lima kejadian dan gempa bumi dua kejadian," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam rilis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Dari sejumlah kejadian tersebut, meskipun banjir paling sering terjadi, hingga kini gempa bumi paling banyak mengakibatkan korban jiwa.
Terdata korban meninggal akibat gempa bumi berjumlah 91 jiwa, tanah longsor 41 dan banjir 34, sedangkan hilang banjir delapan dan gempa tiga orang.
Demikian juga korban luka, gempa bumi masih paling tinggi jumlah korbannya. BNPB mencatat korban luka-luka akibat gempa bumi 1.172 jiwa, tanah longsor 26, puting beliung tujuh, dan banjir lima orang.
Total kerusakan rumah berjumlah 1.896 unit dengan tingkat yang berbeda. BNPB mencatat rumah rusak berat 147 unit, rusak sedang 63 dan rusak ringan 1.686. Dari rumah rusak, jumlah kerusakan akibat gempa bumi, khususnya yang terjadi di Sulawesi Barat, masih dalam proses pendataan di lapangan.
Dari kategori rusak berat, tanah longsor masih menyebabkan kerusakan paling tinggi, yaitu 45 unit, disusul gelombang pasang atau abrasi 40, banjir 38 dan puting beliung 24.
Bencana juga mengakibatkan kerusakan fasilitas publik. Dari sejumlah kejadian bencana, kerusakan pada fasilitas penduduk berjumlah 18 unit, rumah ibadah 15, kesehatan 3, kantor 2, dan jembatan 25. Kerusakan fasilitas publik akibat gempa masih dalam pendataan.
Baca juga: Korban meninggal dunia akibat gempa Sulbar bertambah jadi 91 jiwa
Baca juga: Kepala BNPB berharap warga di daerah longsor Sumedang bersedia direlokasi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021