Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan perlu menambah kewaspadaan terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor di tengah puncak musim hujan.
"Selama musim hujan ini belum berakhir potensi terjadi bencana hidrometeorologi masih ada, terutama kondisi tanah sekarang sudah jenuh akibat terisi hujan sebelumnya," kata peneliti Pusat Penelitian Limnologi LIPI Iwan Ridwansyah saat dihubungi ANTARA, Jakarta, Selasa.
Bila terjadi hujan yang deras lagi pada daerah berpotensi banjir tidak bisa meresapkan lagi dan ditambah kapasitas tampungan sungai sudah terpenuhi sehingga air makin tergenang.
Iwan menuturkan Indonesia akan mengalami puncak musim hujan pada Januari dan Februari sehingga perlu lebih waspada terhadap bencana hidrometeorologi.
Menurut Iwan, pada wilayah yang berpotensi longsor terutama pemukiman pada wilayah yang mempunyai kemiringan tinggi, bencana hidrometeorologi perlu diwaspadai.
Dia menuturkan masyarakat pada wilayah-wilayah tersebut pada saat ini tentunya harus selalu waspada dengan memperhatikan imbauan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, bila wilayah-wilayah berpotensi longsor tersebut masih hujan deras atau ekstrem diimbau untuk mengungsi pada lokasi-lokasi aman yang sudah ditetapkan oleh BPBD.
Iwan mengatakan banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan bencana banjir dan longsor, diantaranya hujan ekstrim, alih fungsi lahan, pengurangan kapasitas saluran atau sungai dan ulah manusia sendiri.
Selain bencana hidrometeorologi, bencana hidroklimatologi juga berpotensi mengakibatkan banjir bandang dan cuaca buruk lainnya.
Untuk mengurangi dampak bencana di masa depan, perencanaan tata ruang kabupaten dan atau kota yang berada pada potensi bencana tinggi harus didesain ulang berdasarkan analisis ilmiah berbasis kebencanaan.
Wilayah Indonesia memiliki tingkat kerawanan bencana alam yang tinggi dan beragam, seperti letusan gunung api, gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 136 bencana alam terjadi di Indonesia sepanjang 1-16 Januari 2021.
Bencana yang paling banyak terjadi yaitu banjir dengan 95 kejadian dan tanah longsor 25 kejadian puting beliung 12 kejadian, gempa bumi dua kejadian.
Dari sekian banyak bencana alam itu, sudah merenggut 80 korban jiwa dan 858 orang luka-luka.*
Baca juga: BMKG sebut curah hujan ekstrem sebabkan banjir bandang di Cisarua
Baca juga: Banjir Cirebon akibatkan 5.287 hektare padi terancam puso
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Selama musim hujan ini belum berakhir potensi terjadi bencana hidrometeorologi masih ada, terutama kondisi tanah sekarang sudah jenuh akibat terisi hujan sebelumnya," kata peneliti Pusat Penelitian Limnologi LIPI Iwan Ridwansyah saat dihubungi ANTARA, Jakarta, Selasa.
Bila terjadi hujan yang deras lagi pada daerah berpotensi banjir tidak bisa meresapkan lagi dan ditambah kapasitas tampungan sungai sudah terpenuhi sehingga air makin tergenang.
Iwan menuturkan Indonesia akan mengalami puncak musim hujan pada Januari dan Februari sehingga perlu lebih waspada terhadap bencana hidrometeorologi.
Menurut Iwan, pada wilayah yang berpotensi longsor terutama pemukiman pada wilayah yang mempunyai kemiringan tinggi, bencana hidrometeorologi perlu diwaspadai.
Dia menuturkan masyarakat pada wilayah-wilayah tersebut pada saat ini tentunya harus selalu waspada dengan memperhatikan imbauan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, bila wilayah-wilayah berpotensi longsor tersebut masih hujan deras atau ekstrem diimbau untuk mengungsi pada lokasi-lokasi aman yang sudah ditetapkan oleh BPBD.
Iwan mengatakan banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan bencana banjir dan longsor, diantaranya hujan ekstrim, alih fungsi lahan, pengurangan kapasitas saluran atau sungai dan ulah manusia sendiri.
Selain bencana hidrometeorologi, bencana hidroklimatologi juga berpotensi mengakibatkan banjir bandang dan cuaca buruk lainnya.
Untuk mengurangi dampak bencana di masa depan, perencanaan tata ruang kabupaten dan atau kota yang berada pada potensi bencana tinggi harus didesain ulang berdasarkan analisis ilmiah berbasis kebencanaan.
Wilayah Indonesia memiliki tingkat kerawanan bencana alam yang tinggi dan beragam, seperti letusan gunung api, gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 136 bencana alam terjadi di Indonesia sepanjang 1-16 Januari 2021.
Bencana yang paling banyak terjadi yaitu banjir dengan 95 kejadian dan tanah longsor 25 kejadian puting beliung 12 kejadian, gempa bumi dua kejadian.
Dari sekian banyak bencana alam itu, sudah merenggut 80 korban jiwa dan 858 orang luka-luka.*
Baca juga: BMKG sebut curah hujan ekstrem sebabkan banjir bandang di Cisarua
Baca juga: Banjir Cirebon akibatkan 5.287 hektare padi terancam puso
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021