Ibu-ibu yang tergabung dalam Paguyuban Perempuan Indonesia Memajukan Tanah Air Indonesia (PIMTI) memberikan bantuan kepada para korban bencana tanah longsor di Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Jumat.
Diwakili oleh Yuni Poerwanti dan Esthy Rekho Astuty, paguyuban dengan anggota para perempuan pejabat tinggi aktif maupun yang sudah purnatugas itu menyerahkan bantuan berupa selimut, handuk, beras, gula, minyak goreng, teh kotak, mie instan, biskuit, al quran dan peralatan shalat.
“Bantuan kami ini tidak lain sebagai bentuk kepedulian dan empati terhadap sesama yang memang sedang membutuhkan bantuan akibat bencana longsor ini, apa lagi di tengah pandemi yang belum juga reda,” kata Yuni Poerwanti.
Yuni Poerwanti adalah mantan Deputi di Kementerian Pemuda dan Olahraga, sementara rekannya Esthy Reko adalah mantan Dirjen di Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf).
Bantuan yang diangkut dengan sebuah mobil boks dari halaman Kementerian Hukum dan HAM di Jakarta itu diterima oleh Sellmi YanovIa, penanggung jawab posko yang dipusatkan di komplek SMA Negeri Cimanggung.
Menurut Sellmi, kendala utama yang ditemui tim penyelamat dan pencari (SAR) yang dibantu para relawan dari berbagai unsur tersebut adalah cuaca, yaitu hujan yang membuat tanah bergeser.
“Cuaca yang sering berubah-ubah dan tidak bisa diprediksi membuat tanah bergeser sehingga menyulitkan petugas untuk mencari korban yang tertimbun longsoran,” kata Sellmi.
Sampai Kamis sore, menurut Sellmi, sudah tercatat 24 korban yang meninggal dan 15 orang masih dalam pencarian.
Keluhan relawan
Dalam kesempatan tersebut, Yuni dan Esthy juga menerima keluhan dari para relawan yang bertugas untuk mengurus bantuan yang datang dari berbagai pihak.
Bobby Sibuea, yang mengaku sebagai koordinator relawan, mengatakan bahwa mereka sangat berterima kasih kepada para donatur yang telah memberikan sumbangan dan bantuan kepada korban.
“Tapi tolong jalan dilupakan juga bahwa kami para relawan juga butuh bantuan agar kami bisa bertugas dengan baik,” kata Bobby sambil menambahkan bahwa terdapat 172 orang relawan seperti dirinya.
Bantuan yang dimaksudkan oleh Bobby adalah keperluan sehari-hari bagi relawan seperti sarung tangan lateks, handuk, sikat gigi, vitamin, tikar, bantal, selimut dan pakaian dalam sekali pakai.
“Tolong jangan beri kami pakaian bekas karena dalam kondisi pandemi sekarang ini, itu sungguh berbahaya,” katanya.
Mendengar keluhan relawan tersebut, Esthy Rekho mengakui bahwa ia bisa memahami permintaan tersebut karena walau bagaimana pun, relawan sebagai ujung tombak dalam pemberi bantuan bencana tersebut juga harus diperhatikan kebutuhan mereka agar bisa tertugas dengan tenang.
“Memang selama ini bantuan yang diberikan lebih terfokus kepada kebutuhan para korban sehingga kebutuhan relawan seperti terlupakan,” kata Esthy.
Pemberian bantuan sosial kepada korban tanah longsor di Kabupaten Sumedang merupakan salah satu dari beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Paguyuban Pimti yang saat ini beranggotakan 76 orang dan dipimpin oleh Kepala Balitbang Kementrian Hukum dan HAM, Sri Puguh Budi Utami.
Tujuan pendirian Paguyuban Pimti adalah menjadi wabah bagi perempuan birokrat pemerintah lintas lembaga, yaitu pejabat tinggi madya untuk memudahkan dalam memberikan kontribusi untuk kemajuan bangsa.
Program sosial lain yang telah dilaksanakan adalah membantu pembangunan tempat ibadah untuk korban gemba bumi di Lombok dan Palu, penggalangan dana untuk membantu tenaga medis yang membutuhkan APD di masa pandemi, pengadaan sarana belajar berupa gadget untuk siswa kurang mampu, serta merintis portal salamibu.com untuk mensosialisasikan kegiatan mereka.
Baca juga: Presiden sampaikan duka cita terhadap korban longsor Sumedang
Baca juga: PUPR siap dukung relokasi warga korban bencana tanah longsor di Sumedang
Baca juga: Cegah COVID-19 PMI desinfeksi di lokasi longsor Sumedang
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021