Cisarua, Bogor, 5/5 (ANTARA) - Lembaga Konservasi "ex-situ" atau di luar habitat Taman Safari Indonesia di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu, mengummkan bahwa dua satwa anoa (bubalus depressicornis) lahir melalui program inseminasi buatan.

"Kelahiran anoa baru dapat diekspos hari ini, mengingat tim dokter hewan yang menanganinya sangat menjaga keberadaan bayi Anoa tersebut,sehingga perlu kehati-hatian," kata Yulius H Suprihardo, Kepala Humas Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua kepada ANTARA di Bogor, Rabu.

Ia menjelaskan, pada pertengahan April 2010 telah lahir berturut-turut dua ekor anoa (bubalus depressicornis) di TSI Cisarua, Bogor melalui program inseminasi buatan yang dikembangkan oleh tim dokter hewan TSI.

Kelahiran pertama terjadi tanggal 13 April 2010, di mana lahir seekor anoa berkelamin jantan yang diberi nama Yudi. Yudi lahir dari induk betina bernama Lupin, sedangkan pejantannya bernama Unaaha.

Kelahiran Yudi begitu istimewa, karena kelahirannya merupakan program dari inseminasi buatan yang dikembangkan oleh para dokter hewan di TSI.

Sedangkan pada tanggal 14 April 2010, menyusul kelahiran bayi Anoa lain yang dinamai Tuti berkelamin betina. Tuti lahir dari perkawinan antara anoa jantan bernama Mencong serta ibunya yang bernama Kelly.

Baik Yudi maupun Tuti merupakan generasi ketiga (F3) anoa yang lahir di TSI Cisarua.

"Upaya keberhasilan yang berbuah manis bagi sebuah kerja keras yang dilakukan oleh TSI untuk menjaga keberadaan satwa-satwa endemik Indonesia," katanya.

Ia mengatakan, dengan kelahiran anoa di luar habitat alamnya itu merupakan prestasi yang menggembirakan bagi TSI sebagai lembaga konservasi "ex-situ" mengingat anoa merupakan satwa langka asli Indonesia yang dilindungi. Anoa merupakan satwa endemik yang hanya ditemukan di Sulawesi.

Sementara itu, menurut Direktur TSI Cisarua Drs Jansen Manansang, MS.c yang juga Presiden Asosiasi Kebun Binatang se-Asia Tenggara (SEAZA) menjelaskan bahwa di Indonesia terdapat empat jenis hewan dalam kelompok "genera Bubalus", yakni kerbau (water buffalo, Bubalus bubalis), tamaraw (B. mindoroensis), Anoa gunung (B. quarlesi) dan anoa dataran rendah (B. depressicornis).

Ia menjelaskan, Anoa mempunyai panjang tubuh antara 160 hingga 172 cm, ekornya 18-31 cm. Ukuran tubuh yang kerdil menjadi daya tarik satwa ini, sehingga dijuluki sebagai "kerbau kerdil", karena wajahnya yang mirip kerbau.

Anoa gunung biasanya berukuran lebih kecil. Rata-rata tinggi badan anoa dewasa hanya 75 cm. Ada yang hanya 69 cm tapi bisa pula mencapai 106 cm. Berat badan anoa 150-300 kg.

Anak anoa berbulu tebal warna coklat kekuningan. Semakin tua, anoa semakin jarang bulunya dengan warna kulit coklat gelap sampai hitam. Anoa jantan berwarna lebih gelap.

Menurut dia, Anoa dapat hidup sampai 25 tahun. Masa kehamilan 300 hari dan biasanya hanya melahirkan satu anak setiap dua tahun. Anak anoa meninggalkan induknya setelah berusia tiga tahun, lalu memasuki masa puber.

Anoa betina sering bersama 2-3 ekor anaknya yang berbeda umur. Anoa jantan lebih sering menyendiri dan cenderung agresif terhadap jantan lainnya.

Satwa ini memakan tumbuhan tertentu berupa rumput, herba, perdu dan paku-pakuan. Anoa juga membantu penyebaran beberapa jenis tumbuhan asli Sulawesi yang bijinya tidak beradaptasi untuk tersebar luas.

Perilaku satwa ini berpindah-pindah dengan tenang dan lambat, tetapi kadang dijumpai melompat. Anoa biasa dijumpai hidup menyendiri, berpasangan atau dalam kelompok kecil.

Perkawinan anoa tidak berpoligami dan juga tidak monogami, tetapi perkawinan dilakukan setiap saat dan secara acak tiap kelompoknya.

Masa kebuntingan anoa 275 sampai 315 hari dan melahirkan satu atau dua ekor anak.

Andi Jauhari

Pewarta:

Editor : Teguh Handoko


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010