Vaksinolog dan spesialis penyakit dalam dr. Dirga Sakti Rambe menjelaskan bahwa komponen virus yang ada di dalam vaksin membantu tubuh untuk membentuk kekebalan terhadap penyakit, termasuk dalam vaksin COVID-19.
"Saat vaksin COVID-19 disuntikkan, maka tubuh akan mengenali ada komponen virus yang disuntikkan ke kita. Komponen virus ya, bukan virusnya," kata dr. Dirga ketika dihubungi lewat aplikasi pesan di Jakarta pada Senin.
Tubuh yang telah disuntikkan vaksin itu kemudian akan membentuk antibodi yang berfungsi sebagai "pasukan" yang melawan virus COVID-19.
Selain itu, kata dokter yang bertugas di RS Omni Pulomas tersebut, tubuh akan membentuk sel memori yang punya kemampuan mengingat sehingga pada saat setelah divaksin orang terpapar virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19, maka antibodi akan langsung diproduksi.
"Inilah keunggulan vaksin dibandingkan upaya metode pencegahan, dapat memberikan perlindungan yang sifatnya spesifik di mana antibodinya spesifik terbentuk terhadap COVID-19," tegasnya.
Dia menambahkan, kekebalan tidak akan langsung ada ketika vaksin selesai disuntikkan. Karena kekebalan baru terbentuk 10-14 hari setelah suntikannya lengkap, di mana terkait vaksin COVID-19 membutuhkan dua dosis.
Sebelumnya, pemerintah telah merencanakan vaksinasi yang akan dilakukan selama 15 bulan dimulai pada Januari 2021 hingga Maret 2022.
Menurut rencana tersebut, gelombang pertama vaksinasi akan dilakukan dalam periode Januari-April 2021 terhadap 1,3 juta tenaga kesehatan, 17,4 juta petugas pelayanan publik, dan 21,5 juta lansia.
Gelombang kedua sendiri rencananya akan dilakukan pada April 2021-Maret 2022 dengan pemerintah menargetkan vaksinasi terhadap 181,5 juta orang.
Baca juga: Survei LKPI catat 81,7 persen responden siap divaksinasi COVID-19
Baca juga: Penerima vaksin harus jujur dan bersedia dua kali suntikan, kata Jubir Kemenkes
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Saat vaksin COVID-19 disuntikkan, maka tubuh akan mengenali ada komponen virus yang disuntikkan ke kita. Komponen virus ya, bukan virusnya," kata dr. Dirga ketika dihubungi lewat aplikasi pesan di Jakarta pada Senin.
Tubuh yang telah disuntikkan vaksin itu kemudian akan membentuk antibodi yang berfungsi sebagai "pasukan" yang melawan virus COVID-19.
Selain itu, kata dokter yang bertugas di RS Omni Pulomas tersebut, tubuh akan membentuk sel memori yang punya kemampuan mengingat sehingga pada saat setelah divaksin orang terpapar virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19, maka antibodi akan langsung diproduksi.
"Inilah keunggulan vaksin dibandingkan upaya metode pencegahan, dapat memberikan perlindungan yang sifatnya spesifik di mana antibodinya spesifik terbentuk terhadap COVID-19," tegasnya.
Dia menambahkan, kekebalan tidak akan langsung ada ketika vaksin selesai disuntikkan. Karena kekebalan baru terbentuk 10-14 hari setelah suntikannya lengkap, di mana terkait vaksin COVID-19 membutuhkan dua dosis.
Sebelumnya, pemerintah telah merencanakan vaksinasi yang akan dilakukan selama 15 bulan dimulai pada Januari 2021 hingga Maret 2022.
Menurut rencana tersebut, gelombang pertama vaksinasi akan dilakukan dalam periode Januari-April 2021 terhadap 1,3 juta tenaga kesehatan, 17,4 juta petugas pelayanan publik, dan 21,5 juta lansia.
Gelombang kedua sendiri rencananya akan dilakukan pada April 2021-Maret 2022 dengan pemerintah menargetkan vaksinasi terhadap 181,5 juta orang.
Baca juga: Survei LKPI catat 81,7 persen responden siap divaksinasi COVID-19
Baca juga: Penerima vaksin harus jujur dan bersedia dua kali suntikan, kata Jubir Kemenkes
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021