Bandung, 1/4 (ANTARA) - PT Garuda Maintenance Facilities (GMF) AeroAsia dan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) memperpanjang kerjasama dalam bidang "maitenance," "repair" dan "overhaul" (MRO) pesawat terbang.

Penandatanganan kerjasama yang bergerak di bidang kedirgantaraan itu dilakukan antara Presdir & CEO PT GMF AeroAsia Richard Budihadianto dengan Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso di Gedung PTDI di Bandung, Kamis.

Sebelumnya, GMF dan PTDI telah menjalin kerjasama sejak tahun 2003 lalu. Sedangkan perpanjangan kerjasama yang ditandantangani kali ini untuk tiga tahun ke depan.

"Kerjasama GMF AeroAsia dengan PTDI ini merupakan kerjasama sinergitas dan saling mengunungkan karena kedua BUMN ini memiliki bidang yang hampir sama," kata Presdir GMF, Richard Budiharianto seusai penandatanganan kerjasama itu.

Menurut dia, kelebihan yang dimililki GMR dan PTDI diharapkan menjai kekuatan baru mendorong perkembangan bisnis dirgantara di Indonesia khususnya bidang "maintenance," "repair" dan "overhaull" (MRO) pesawat terbang.

Kerjasama antara kedua BUMN tersebut antara lain general air aircraft, aircraft & componen, aircraft tools and equipment jasa, pengujian dan laboratory, enginering servicies, pemasaran, repair, modifikasi, overhaull pesawat serta komponen sistemnya.

Selain itu juga dalam pengadaan suku cadang, jasa manufaturing, informasi teknologi, peningkatan kualitas SDM dan pemanfaatan fasilitas, sarana serta kemampuan lainnya yang dimiliki kedua belah pihak.

Menurut dia, perusahaan domestik dalam industri penerbangan harus didorong menjadi tuan rumah di negeri sendiri terutama dalam bisnis MRO.

"Data 2009, perusahaan MRO domestik baru mampu menyerap 30 persen dari total pasar perawatan pesawat yang tersedia sebesar 750 juta US dolar," kata Richard.

Sebagian besar terserap oleh perusahaan MRO luar negeri karena keterbatasan MRO domestik dalam hal kapasitas maupun kapabilitasnya sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan konsumen.

"Hal ini tidak boleh dibiarkan karena pasar perawatan pesawat terus meningkat. Pasar perawatan pesawat di Indonesia sendiri diperkirakan mencapai 2 miliar dolar AS, sehingga perusahaan domestik harus bersinergi dan meningkatkan kemampuan kapasitas," kata Richard Budihadianto.

Sementara itu Dirut PT Dirgantara Indonesia, Budi Santoso menyebutkan lingkup kesepakatan kerjasama antara PTDI dengan GMF AeroAsia itu tidak terbatas pada kemampuan yang telah dimiliki, tapi disesuaikan dengan kondisi dan kepentingan masing-masing pihak.

"Kerjasama ini wujud kongkret sinergitas BUMN, dan kerjasama yang terjalin selama ini cukup positif dan saling menguntungkan," kata Budi Santoso.

PTDI memiliki berbagai fasilitas yang dipergunakan oleh GMF misalnya fasilitas surface treatment yang telah mendapat sertifikat National Aerospace and Defence Contractor Program (NADCP) sehingga GMF bisa mengurangi ketergantungan pada pihak asing.

Kerjasama yang dilakukan selama ini antara lain menangani 41 pesawat Boeing B-737.

"Untuk pesawat VIP dan VVIP, Direktorat ACS melakukan rancangbangun interior dan refurbishment. Juga menginstalasi komponen khusus seperti TCAS, CMDS, FLIR dan Search Radar," kata Dirut PT Dirgantara Indonesia itu menambahkan.


(U.S033/B/Y003/Y003) 01-04-2010 15:59:36

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010