PT Len Industri (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero) menandatangani MoU kerja sama tentang kajian potensi pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di seluruh bandara AP II di Indonesia.
"Sehingga, sinergi BUMN dapat menciptakan kerja sama strategis yang saling menguntungkan dalam memanfaatkan potensi yang dimiliki masing-masing BUMN," kata Direktur Utama Len Industri, Zakky Gamal Yasin, Kamis.
Penandatanganan kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari keputusan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tentang pembentukan Tim Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Surya di BUMN dengan nomor surat SK-252/MBU/07/2020 pada bulan Juli 2020 lalu.
Zakky mengatakan Len sangat peduli terhadap pengembangan PLTS di Indonesia. Program pengembangan industri PLTS seharusnya bisa lebih ke hulu lagi, karena didukung dengan kekayaan alam atau bahan baku sel surya di Indonesia.
"Kita akan siapkan dua skema, yang pertama sistem yang bisa menghemat konsumsi listrik AP II, yang kedua Len akan menyewa sisa atapnya untuk pemasangan PLTS," kata dia.
Sementara itu, Direktur Utama Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin menjelaskan jika kajian tentang kelayakan atas potensi pembangunan sistem PLTS di seluruh bandara telah selesai maka pihaknya bisa memasukkan roadmap pengembangan renewable energy.
"Harapan saya bisa selesai sebelum akhir tahun, sehingga rencana dalam RKAP memiliki acuan yang jelas. Asumsi saya bisa meminimalkan biaya operasi konsumsi listrik bisa mencapai 10 sampai 15 persen jika maksimal," kata Awaluddin.
Di sisi yang lain, kata dia, pihaknya bisa memanfaatkan penyewaan atap atau space area bandara yang bisa digunakan untuk pemasangan panel surya.
Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM, Hariyanto mengatakan pihaknya ingin mendorong kerjasama ini bukan semata menjalankan keputusan SK No.252 saja, namun yang lebih utama adalah untuk mendorong penggunaan PLTS di lingkungan Angkasa Pura II.
Kementerian ESDM melalui EBTKE (Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi), khususnya Direktorat Konservasi Energi diharapkan dapat mengawal kerjasama ini dan mensinergikan dengan Bandara Soetta, Kualanamu, dan Banyuwangi.
Khususnya, Bandara Banyuwangi yang akan dijadikan bandara green and efficient airport. Melalui kerjasama ini diharapkan bisa diketahui berapa energi terbarukan yang perlu dipasang dan penggunaan optimalnya seperti apa.
Kemudian, sebagai pelaksana pembangunannya adalah perusahaan patungan (joint venture) yang dibentuk oleh Len Industri, Pertamina, dan PLN.
Kolaborasi BUMN seperti ini bisa menjadi inisiator pemanfaatan PLTS yang lebih luas di Indonesia, sekaligus untuk mengejar target energi bauran 2025 tentang Kebijakan Energi Nasional pada Perpres No.79 tahun 2014.
BUMN bisa menjadi role model implementasi green energy di Indonesia dan membantu pemerintah mengurangi ketergantungan terhadap BBM dan emisi gas rumah kaca. Selama ini pemanfaatan PLTS di Indonesia masih rendah dengan kapasitas terpasang baru mencapai 152,44 MWp.
Potensi pemanfaatan PLTS di seluruh lingkungan BUMN diperkirakan sebesar 1,4 Giga Watt peak (GWp) dengan biaya investasi kurang lebih Rp15 triliun. Pemanfaatannya bisa diterapkan di jalan tol, bandara, SPBU, stasiun, pertambangan, pabrik, kantor, perkebunan, tambang dan sebagainya.
Potensi tersebut terdiri dari jalan tol 81,7 MW, bandara 167 MW, SPBU 75 MW, stasiun 55,8 MW, tambang 131 MW, pabrik 28 MW, kantor 35,75 MW, perkebunan 400 MW, pelabuhan 192 MW, serta gudang 231,5 MW.
Baca juga: Menteri Jonan resmikan pembangunan PJU tenaga surya di Cirebon
Baca juga: ET Solar Membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya Berkapasitas 40 MWp di Israel
Baca juga: JA Solar Tetapkan Rekor Output Tenaga Listrik Lebih dari 280W untuk Modul Surya 60-sel Multi-Si
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Sehingga, sinergi BUMN dapat menciptakan kerja sama strategis yang saling menguntungkan dalam memanfaatkan potensi yang dimiliki masing-masing BUMN," kata Direktur Utama Len Industri, Zakky Gamal Yasin, Kamis.
Penandatanganan kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari keputusan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tentang pembentukan Tim Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Surya di BUMN dengan nomor surat SK-252/MBU/07/2020 pada bulan Juli 2020 lalu.
Zakky mengatakan Len sangat peduli terhadap pengembangan PLTS di Indonesia. Program pengembangan industri PLTS seharusnya bisa lebih ke hulu lagi, karena didukung dengan kekayaan alam atau bahan baku sel surya di Indonesia.
"Kita akan siapkan dua skema, yang pertama sistem yang bisa menghemat konsumsi listrik AP II, yang kedua Len akan menyewa sisa atapnya untuk pemasangan PLTS," kata dia.
Sementara itu, Direktur Utama Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin menjelaskan jika kajian tentang kelayakan atas potensi pembangunan sistem PLTS di seluruh bandara telah selesai maka pihaknya bisa memasukkan roadmap pengembangan renewable energy.
"Harapan saya bisa selesai sebelum akhir tahun, sehingga rencana dalam RKAP memiliki acuan yang jelas. Asumsi saya bisa meminimalkan biaya operasi konsumsi listrik bisa mencapai 10 sampai 15 persen jika maksimal," kata Awaluddin.
Di sisi yang lain, kata dia, pihaknya bisa memanfaatkan penyewaan atap atau space area bandara yang bisa digunakan untuk pemasangan panel surya.
Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM, Hariyanto mengatakan pihaknya ingin mendorong kerjasama ini bukan semata menjalankan keputusan SK No.252 saja, namun yang lebih utama adalah untuk mendorong penggunaan PLTS di lingkungan Angkasa Pura II.
Kementerian ESDM melalui EBTKE (Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi), khususnya Direktorat Konservasi Energi diharapkan dapat mengawal kerjasama ini dan mensinergikan dengan Bandara Soetta, Kualanamu, dan Banyuwangi.
Khususnya, Bandara Banyuwangi yang akan dijadikan bandara green and efficient airport. Melalui kerjasama ini diharapkan bisa diketahui berapa energi terbarukan yang perlu dipasang dan penggunaan optimalnya seperti apa.
Kemudian, sebagai pelaksana pembangunannya adalah perusahaan patungan (joint venture) yang dibentuk oleh Len Industri, Pertamina, dan PLN.
Kolaborasi BUMN seperti ini bisa menjadi inisiator pemanfaatan PLTS yang lebih luas di Indonesia, sekaligus untuk mengejar target energi bauran 2025 tentang Kebijakan Energi Nasional pada Perpres No.79 tahun 2014.
BUMN bisa menjadi role model implementasi green energy di Indonesia dan membantu pemerintah mengurangi ketergantungan terhadap BBM dan emisi gas rumah kaca. Selama ini pemanfaatan PLTS di Indonesia masih rendah dengan kapasitas terpasang baru mencapai 152,44 MWp.
Potensi pemanfaatan PLTS di seluruh lingkungan BUMN diperkirakan sebesar 1,4 Giga Watt peak (GWp) dengan biaya investasi kurang lebih Rp15 triliun. Pemanfaatannya bisa diterapkan di jalan tol, bandara, SPBU, stasiun, pertambangan, pabrik, kantor, perkebunan, tambang dan sebagainya.
Potensi tersebut terdiri dari jalan tol 81,7 MW, bandara 167 MW, SPBU 75 MW, stasiun 55,8 MW, tambang 131 MW, pabrik 28 MW, kantor 35,75 MW, perkebunan 400 MW, pelabuhan 192 MW, serta gudang 231,5 MW.
Baca juga: Menteri Jonan resmikan pembangunan PJU tenaga surya di Cirebon
Baca juga: ET Solar Membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya Berkapasitas 40 MWp di Israel
Baca juga: JA Solar Tetapkan Rekor Output Tenaga Listrik Lebih dari 280W untuk Modul Surya 60-sel Multi-Si
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020