LPemerintah Kota Bogor mendapat tawaran kerja sama dari sebuah perusahaan swasta asal Jepang untuk pengolahan minyak jelantah yakni limbah minyak goreng menjadi biodiesel sebagai zat aditif bahan bakar minyak (BBM).
Tawaran tersebut disampaikan oleh perwakilan dari perusahaan swasta asal Jepang itu kepada Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, di Balai Kota Bogor, Jumat, yang mendapat sambutan baik.
Menurut Dedie, Kota Bogor pernah memiliki pengalaman dalam memanfaatkan jelantah yakni limbah minyak goreng menjadi bahan bakar minyak biodiesel yang dimanfaatkan untuk zat aditif BBM pada kendaraan Transpakuan, pada 12 tahun lalu.
Namun kendalanya adalah pasokan bahan baku minyak jelantah yang tidak stabil jumlahnya sehingga proses produksinya juga tidak bisa berjalan stabil dan konsisten.
"Karena itu, pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel ini tidak mungkin hanya dilakukan oleh pemerintah, sehingga perlu ada keterlibatan swasta," katanya.
Menurut Dedie, perusahaan swasta dari Jepang ini menawarkan, pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel untuk tambahan BBM yakni B30 sampai B100.
"Ini baru pertemuan pertama. Berikutnya, kami ingin bicara lebih detil lagi bagaimana proses bisnisnya," katanya.
Pada pembicaraan tadi, mereka menginginkan kepastian adanya pasokan minyak jelantah. "Nanti kita coba untuk mengelola bersama-sama dengan DLH (Dinas Lingkungan Hidup). DLH sudah memiliki modal Basiba (Bank sampah berbasis aparatur) yang jumlahnya sekitar 300 titik di Kota Bogor," katanya.
Saat ini, hanya sampah plastik, kertas, dan logam yang memiliki manfaat didaurulang. "Kalau saat ini ada tawaran untuk pengolahan minyak jelantah, maka potensi minyak jelantah ini akan diupayakan untuk menaikkan nilai tambahnya," katanya.
Sementara itu, perwakilan dari perusahaan swasta asal Jepang, Cahyo, menyatakan, kehadiran mereka ke Balai Kota Bogor adalah menawarkan proposal kerja sama untuk pengolahan limbah minyak goreng menjadi biodiesel.
"Tawaran ini akan menjadi satu proyek percontohan yang sangat bagus untuk pengolahan biodiesel yang ramah lingkungan. Kalo proyek percontohan ini berhasil, bisa menjadi percontohan bagi daerah lainnya," latanya.
Menurut Cahyo, kalau proposal kerja sama ini bisa berjalan, proses produksinya juga akan dikerjasamakan lagi dengan pihak ketiga, dengan prinsip kerja sama yang saling menguntungkan.
Cahyo juga menyatakan, pengolhan minyak jelantah menjadi biodiesel pada skala Kota Bogor ini bisa ekonomis.
Baca juga: Tekan klaster perkantoran, Pemkot Bogor gencarkan tes usap COVID-19
Baca juga: Pemkot Bogor perpanjang PSBMK sampai 27 Oktober
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Tawaran tersebut disampaikan oleh perwakilan dari perusahaan swasta asal Jepang itu kepada Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, di Balai Kota Bogor, Jumat, yang mendapat sambutan baik.
Menurut Dedie, Kota Bogor pernah memiliki pengalaman dalam memanfaatkan jelantah yakni limbah minyak goreng menjadi bahan bakar minyak biodiesel yang dimanfaatkan untuk zat aditif BBM pada kendaraan Transpakuan, pada 12 tahun lalu.
Namun kendalanya adalah pasokan bahan baku minyak jelantah yang tidak stabil jumlahnya sehingga proses produksinya juga tidak bisa berjalan stabil dan konsisten.
"Karena itu, pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel ini tidak mungkin hanya dilakukan oleh pemerintah, sehingga perlu ada keterlibatan swasta," katanya.
Menurut Dedie, perusahaan swasta dari Jepang ini menawarkan, pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel untuk tambahan BBM yakni B30 sampai B100.
"Ini baru pertemuan pertama. Berikutnya, kami ingin bicara lebih detil lagi bagaimana proses bisnisnya," katanya.
Pada pembicaraan tadi, mereka menginginkan kepastian adanya pasokan minyak jelantah. "Nanti kita coba untuk mengelola bersama-sama dengan DLH (Dinas Lingkungan Hidup). DLH sudah memiliki modal Basiba (Bank sampah berbasis aparatur) yang jumlahnya sekitar 300 titik di Kota Bogor," katanya.
Saat ini, hanya sampah plastik, kertas, dan logam yang memiliki manfaat didaurulang. "Kalau saat ini ada tawaran untuk pengolahan minyak jelantah, maka potensi minyak jelantah ini akan diupayakan untuk menaikkan nilai tambahnya," katanya.
Sementara itu, perwakilan dari perusahaan swasta asal Jepang, Cahyo, menyatakan, kehadiran mereka ke Balai Kota Bogor adalah menawarkan proposal kerja sama untuk pengolahan limbah minyak goreng menjadi biodiesel.
"Tawaran ini akan menjadi satu proyek percontohan yang sangat bagus untuk pengolahan biodiesel yang ramah lingkungan. Kalo proyek percontohan ini berhasil, bisa menjadi percontohan bagi daerah lainnya," latanya.
Menurut Cahyo, kalau proposal kerja sama ini bisa berjalan, proses produksinya juga akan dikerjasamakan lagi dengan pihak ketiga, dengan prinsip kerja sama yang saling menguntungkan.
Cahyo juga menyatakan, pengolhan minyak jelantah menjadi biodiesel pada skala Kota Bogor ini bisa ekonomis.
Baca juga: Tekan klaster perkantoran, Pemkot Bogor gencarkan tes usap COVID-19
Baca juga: Pemkot Bogor perpanjang PSBMK sampai 27 Oktober
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020