Garut, 31/1 (ANTARA) - Seekor harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) di taman satwa Cikembulan Kadungora Garut, sejak sebulan terakhir menunjukan gejala kehamilannya sehingga mendapatkan perhatian serius dari para pengelola sarana konservasi itu.

Selain banyak menghindar setiap didekati harimau jantannya, juga bentuk perutnya terus menggelembung bahkan perilaku setiap harinya lebih banyak menyendiri, ungkap Manager taman satwa tersebut, Rudi Arifin, SE kepada wartawan, Minggu.

Dia menyatakan, pengawasan kesehatan serta asupan gizi kedua satwa yang di datangkan dari Pematang Siantar Sumatera Utara ini, semakin intensif dilakukan yang langsung ditangani seorang dokter hewan.

Bahkan jika telah melahirkan, dipastikan volume menu makanannya pun akan mendapatkan penambahan, yang kini sepasang harimau itu, setiap hari dipasok 8 kg daging sapi segar dari swalayan berharga Rp74 ribu setiap kilogram.

Diharapkan dengan kelahiran pertama dari induk harimau berusia sekitar empat tahun tersebut, selain bisa menambah koleksi taman satwa ini, juga merupakan sejarah baru bagi taman satwa Cikembulan dalam melaksanakan konservasi serta pemeliharaan satwa langka yang dilindungi, ujar Rudy Arifin.

Meski jumlah pengunjung hari ini dibawah target yakni 600-an, akibat sejak pagi diguyur hujan serta sedang tanggal tua, padahal hari-hari Minggu sebelumnya dikunjungi lebih dari 1.500 pengunjung.

Taman satwa di desa Cikebulan, 15 kilometer arah barat dari pusat kota Garut tersebut, memiliki sekurangnya 40 jenis satwa langka yang dilindungi, yang ditempatkan pada areal seluas 2,5 hektare dilengkapi taman bermain anak-anak serta sarana hiburan pendidikan lainnya.

Saat ini pun terdapat seekor buaya betina juga sejak dua pekan lalu telah bertelur, yang setiap hari selalu dijaga ketat induknya, kemudian induknya baru berenang setiap menjelang pukul 15.00 WIB, ungkapnya.

Sarana wisata konservasi ini, menyerap lebih dari 60 tenaga kerja lokal setempat yang sejak awal Januari 2010 hingga sekarang dikunjungi sekurangnya 25.000 lebih wisatawan, dari Bandung, Garut, Bekasi, Jakarta, Tasikmalaya serta kabupaten lainnya di provinsi Jawa Barat.

Sedangkan kendalanya, berupa akses ruas jalan kabupaten sepanjang 7 Km menuju taman satwa itu, selain masih mengalami kerusakan juga relatif sempit bahkan becek akibat sarat tergenang air setiap diguyur hujan, ungkapnya.

Itulah sebabnya, pengelola taman wisata masih belum mempromosikan potensinya secara besar-besaran, karena khawatir pengunjung serta wisatawan mancanegara kecewa dengan kondisi ruas jalan wisatanya, meski pihak pengelola telah mulai membayar retribusi untuk menopang pendapatan asli daerah (PAD).

Padahal lokasinya satu lintasan dengan obyek wisata unggulan situ (danau) Cangkuang di wilayah kecamatan Leles, yang memiliki ikon satu-satunya candi hindu di provinsi Jawa Barat, terdapat di tengah pulau situ Cangkuang tersebut.


(U.PK-HT/B/Y003/Y003) 31-01-2010 18:48:07

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010