Wakil Ketua Bidang Apoteker Advance dan Spesialis PP Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Prof Dr Kerry Lestari Dandan menyatakan obesitas dapat menurunkan sistem imunitas tubuh yang berpengaruh pada kekebalan melawan infeksi terhadap virus termasuk SARS CoV 2, sehingga menyebabkan kerentanan terinfeksi COVID-19.
"Orang dengan obesitas mengalami sindrom metabolik yang mengganggu kemampuan tubuh melawan infeksi termasuk dari COVID-19," kata Prof Kerry dalam keterangannya di Graha BNPB Jakarta, Selasa.
Sindrom metabolik, lanjutnya, awalnya obesitas, kemudian terjadi resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, dan terjadi diabetes.
Sementara itu, dokter dari Departemen Ilmu Kedokteran Dasar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Dr Gaga Irawan Nugraha menyebutkan bahwa kondisi obesitas merupakan faktor risiko kedua yang dapat meningkatkan risiko terpapar COVID-19 dan juga memperberat kondisi kesehatan bila sudah terpapar.
Alasan orang dengan obesitas memiliki risiko lebih besar terpapar COVID-19 karena pada tubuhnya terdapat lebih banyak lemak yang menjadi tempat menempelnya reseptor dari virus SARS CoV 2. Sehingga, virus pembawa COVID-19 lebih leluasa untuk masuk ke dalam tubuh orang dengan obesitas.
Selain itu, alasan orang dengan obesitas meningkatkan risiko keparahan kondisi kesehatan ketika tertular COVID-19, karena terdapat banyak lemak di berbagai bagian tubuh orang tersebut.
"Orang dengan obesitas itu memiliki lemak di berbagai bagian tubuhnya, di perut, di jantung dan lain-lain. Sehingga, ketika orang obesitas terpapar COVID-19 dan kesulitan bernapas, dia akan lebih sulit lagi untuk bernapas karena jantungnya terhimpit oleh lemak dari depan, belakang, kanan, kirinya," kata Gaga.
Gaga menyebut obesitas merupakan salah satu penyebab banyaknya kasus COVID-19 yang terjadi di Amerika Serikat, khususnya di kota New York. "Peningkatan kasus COVID-19 di New York dikarenakan 42 persen kasus COVID-19 terjadi pada orang dengan obesitas," ucapnya.
Baca juga: Dokter: Jaga imun tidak harus konsumsi multivitamin dosis tinggi
Baca juga: Vitamin C dan D dibutuhkan untuk jaga sistem imun
Baca juga: BPOM sebut jamu untuk tingkatkan imun tubuh bukan membunuh virus
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Orang dengan obesitas mengalami sindrom metabolik yang mengganggu kemampuan tubuh melawan infeksi termasuk dari COVID-19," kata Prof Kerry dalam keterangannya di Graha BNPB Jakarta, Selasa.
Sindrom metabolik, lanjutnya, awalnya obesitas, kemudian terjadi resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, dan terjadi diabetes.
Sementara itu, dokter dari Departemen Ilmu Kedokteran Dasar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Dr Gaga Irawan Nugraha menyebutkan bahwa kondisi obesitas merupakan faktor risiko kedua yang dapat meningkatkan risiko terpapar COVID-19 dan juga memperberat kondisi kesehatan bila sudah terpapar.
Alasan orang dengan obesitas memiliki risiko lebih besar terpapar COVID-19 karena pada tubuhnya terdapat lebih banyak lemak yang menjadi tempat menempelnya reseptor dari virus SARS CoV 2. Sehingga, virus pembawa COVID-19 lebih leluasa untuk masuk ke dalam tubuh orang dengan obesitas.
Selain itu, alasan orang dengan obesitas meningkatkan risiko keparahan kondisi kesehatan ketika tertular COVID-19, karena terdapat banyak lemak di berbagai bagian tubuh orang tersebut.
"Orang dengan obesitas itu memiliki lemak di berbagai bagian tubuhnya, di perut, di jantung dan lain-lain. Sehingga, ketika orang obesitas terpapar COVID-19 dan kesulitan bernapas, dia akan lebih sulit lagi untuk bernapas karena jantungnya terhimpit oleh lemak dari depan, belakang, kanan, kirinya," kata Gaga.
Gaga menyebut obesitas merupakan salah satu penyebab banyaknya kasus COVID-19 yang terjadi di Amerika Serikat, khususnya di kota New York. "Peningkatan kasus COVID-19 di New York dikarenakan 42 persen kasus COVID-19 terjadi pada orang dengan obesitas," ucapnya.
Baca juga: Dokter: Jaga imun tidak harus konsumsi multivitamin dosis tinggi
Baca juga: Vitamin C dan D dibutuhkan untuk jaga sistem imun
Baca juga: BPOM sebut jamu untuk tingkatkan imun tubuh bukan membunuh virus
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020