Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyatakan sangat mengkhawatirkan adanya penularan COVID-19 di lingkungan keluarga dan permukiman di Kota Bogor karena munculnya klaster keluarga yang semakin dominan.
"Adanya penularan COVID-19 di lingkungan keluarga dan permukiman sangat mengkhawatirkan, karena keluarga saling kontak erat dan warga di permukiman saling berkunjung," katanya di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Menurut dia meningkatnya penularan COVID-19 dari klaster keluarga menunjukkan adanya pergeseran tren dari penularan "imported case" menjadi "local case".
Di sisi lain, ia juga melihat meningkatnya penularan COVID-19 pada klaster keluarga, karena kesadaran masyarakat yang semakin menurun setelah diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar Adaptasi Kebiasaan Baru (PSBB AKB) mulai awal Agustus 2020 sehingga kecepatan penularan COVID-19 jadi meningkat.
"Masyarakat harus sadar, aparatur wilayah telah menyampaikan pesan kepada warga bahwa Kota Bogor belum aman dari COVID-19, dan jangan sampai pengawasan longgar," katanya.
Wali Kota juga menginstruksikan kepada camat dan lurah untuk memperketat kegiatan yang mengundang kerumunan di wilayahnya masing-masing, walaupun kegiatan itu hanya sebentar.
"Saat ini suasananya masih perang melawan COVID-19. Unit lacak dan pantau dari Detektif (Deteksi Aktif) harus bergerak cepat. Saya betul-betul khawatir kalau penularan terus meningkat, maka Kota Bogor bisa kembali menjadi zona merah," katanya.
Bima Arya sugiarto menegaskan seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) agar meningkatkan pengawasan penerapan protokol kesehatan serta berkoordinasi dengan Tim Penggerak PKK untuk melakukan gerakan serentak memakai masker (Gebrak Masker) di Kota Bogor.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bogor Erna Nuraena mengatakan berdasarkan data harian COVID-19 pada Dinas Kesehatan, jumlah kasus positif COVID-19 sampai Rabu (19/8) ada 422 kasus dengan, penambahan lebih dari 10 kasus per hari dalam sepekan terakhir.
Dinas Kesehatan Kota Bogor, kata dia, segera melakukan kampanye masif terkait AKB dan protokol kesehatan di seluruh wilayah Kota Bogor.
"Dari kampanye masif ini, akan dipetakan tempat umum yang warganya sudah patuh atau perlu pembinaan. Kami menyiapkan sekitar 2.000 sukarelawan yang bergerak setiap hari sampai ke tingkat RW," demikian Erna Nuraena.
Baca juga: Kasus positif COVID-19 di Kota Bogor tambah 25 orang
Baca juga: Kabupaten Bogor deteksi puluhan klaster keluarga di delapan kecamatan
Baca juga: Sekeluarga positif COVID-19 diisolasi di Bogor Senior Hospital
Baca juga: Penularan COVID-19 klaster Pasar Cileungsi meluas ke keluarga para pedagang
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Adanya penularan COVID-19 di lingkungan keluarga dan permukiman sangat mengkhawatirkan, karena keluarga saling kontak erat dan warga di permukiman saling berkunjung," katanya di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Menurut dia meningkatnya penularan COVID-19 dari klaster keluarga menunjukkan adanya pergeseran tren dari penularan "imported case" menjadi "local case".
Di sisi lain, ia juga melihat meningkatnya penularan COVID-19 pada klaster keluarga, karena kesadaran masyarakat yang semakin menurun setelah diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar Adaptasi Kebiasaan Baru (PSBB AKB) mulai awal Agustus 2020 sehingga kecepatan penularan COVID-19 jadi meningkat.
"Masyarakat harus sadar, aparatur wilayah telah menyampaikan pesan kepada warga bahwa Kota Bogor belum aman dari COVID-19, dan jangan sampai pengawasan longgar," katanya.
Wali Kota juga menginstruksikan kepada camat dan lurah untuk memperketat kegiatan yang mengundang kerumunan di wilayahnya masing-masing, walaupun kegiatan itu hanya sebentar.
"Saat ini suasananya masih perang melawan COVID-19. Unit lacak dan pantau dari Detektif (Deteksi Aktif) harus bergerak cepat. Saya betul-betul khawatir kalau penularan terus meningkat, maka Kota Bogor bisa kembali menjadi zona merah," katanya.
Bima Arya sugiarto menegaskan seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) agar meningkatkan pengawasan penerapan protokol kesehatan serta berkoordinasi dengan Tim Penggerak PKK untuk melakukan gerakan serentak memakai masker (Gebrak Masker) di Kota Bogor.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bogor Erna Nuraena mengatakan berdasarkan data harian COVID-19 pada Dinas Kesehatan, jumlah kasus positif COVID-19 sampai Rabu (19/8) ada 422 kasus dengan, penambahan lebih dari 10 kasus per hari dalam sepekan terakhir.
Dinas Kesehatan Kota Bogor, kata dia, segera melakukan kampanye masif terkait AKB dan protokol kesehatan di seluruh wilayah Kota Bogor.
"Dari kampanye masif ini, akan dipetakan tempat umum yang warganya sudah patuh atau perlu pembinaan. Kami menyiapkan sekitar 2.000 sukarelawan yang bergerak setiap hari sampai ke tingkat RW," demikian Erna Nuraena.
Baca juga: Kasus positif COVID-19 di Kota Bogor tambah 25 orang
Baca juga: Kabupaten Bogor deteksi puluhan klaster keluarga di delapan kecamatan
Baca juga: Sekeluarga positif COVID-19 diisolasi di Bogor Senior Hospital
Baca juga: Penularan COVID-19 klaster Pasar Cileungsi meluas ke keluarga para pedagang
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020