Holding Perkebunan Nusantara yang menjadi induk dari anak perusahaan PTPN akan berfokus pada dua komoditas utama, yakni sawit dan gula sebagai bentuk komitmen perusahaan menjaga kemandirian pangan nasional.
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara Muhammad Abdul Ghani menjelaskan perseroan memiliki strategi untuk memperkuat komoditas gula dan sawit dengan mengurangi areal lahan perkebunan tanaman lainnya, yakni karet dan teh.
"Jadi akan kami kurangi (lahan) untuk karet dan teh, tapi akan kami perbanyak untuk gula dan kelapa sawit. Itu bagian dari peran PTPN sebagai BUMN mendukung kemandirian nasional," kata Abdul Ghani dalam konferensi pers bertajuk "Gula PTPN Grup Tembus Pasar Ritel" yang digelar di Jakarta, Rabu.
Ghani menjelaskan bahwa perseroan akan memperkuat komoditas gula dengan cara memperluas areal tanaman tebu dari sekitar 56.000 hektare (ha) saat ini menjadi sekitar 80.000 ha.
Perluasan tersebut salah satunya dilakukan dengan mengonversi lahan karet yang dimiliki lahan anak perusahaan serta bersinergi dengan perusahaan BUMN lain seperti Perum Perhutani.
Menurut Ghani, keputusan perseroan untuk mengurangi lahan perkebunan karet dan teh berdasarkan kebutuhan gula nasional yang semakin meningkat. Pemenuhan produksi gula dari dalam negeri melalui perluasan areal tanaman tebu dinilai mampu mengurangi ketergantungan negara terhadap impor gula.
Baca juga: PTPN VIII jelaskan kasus tanaman ganja di lahannya
Pada 2019, PTPN mencatat kebutuhan gula nasional mencapai sekitar 6 juta ton, terdiri dari 3 juta ton gula konsumsi rumah tangga dan 3 juta ton untuk industri makanan dan minuman. Sementara itu, produksi gula dalam negeri baru mencapai 2,2 juta ton.
Di sisi lain, kontribusi tanaman perkebunan lainnya dalam kemandirian pangan, seperti karet dan teh dapat disubstitusi dengan komoditas lainnya.
"Karet itu banyak bermanfaat untuk diekspor, tetapi kalau kaitannya dengan pemenuhan ketahanan nasional, bisa digantikan dengan tanaman lain. Ke depan, PTPN akan fokus pada dua komoditas utama, yaitu gula dan sawit," kata Ghani.
Ghani menambahkan PTPN Grup menargetkan produksi gula konsumsi tahun ini sebanyak 1 juta ton dengan tingkat rendemen sekitar 8 persen.
Produksi itu bersumber dari areal tanaman tebu milik PTPN yakni PTPN II, PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, dan PTPN XIV maupun milik petani tahun ini sekitar 168.000 ha dan diproyeksikan mampu menghasilkan tebu untuk digiling sebanyak 12,2 juta ton.
Baca juga: Holding PTPN III rombak direksi di 10 anak perusahaan non-PTPN
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara Muhammad Abdul Ghani menjelaskan perseroan memiliki strategi untuk memperkuat komoditas gula dan sawit dengan mengurangi areal lahan perkebunan tanaman lainnya, yakni karet dan teh.
"Jadi akan kami kurangi (lahan) untuk karet dan teh, tapi akan kami perbanyak untuk gula dan kelapa sawit. Itu bagian dari peran PTPN sebagai BUMN mendukung kemandirian nasional," kata Abdul Ghani dalam konferensi pers bertajuk "Gula PTPN Grup Tembus Pasar Ritel" yang digelar di Jakarta, Rabu.
Ghani menjelaskan bahwa perseroan akan memperkuat komoditas gula dengan cara memperluas areal tanaman tebu dari sekitar 56.000 hektare (ha) saat ini menjadi sekitar 80.000 ha.
Perluasan tersebut salah satunya dilakukan dengan mengonversi lahan karet yang dimiliki lahan anak perusahaan serta bersinergi dengan perusahaan BUMN lain seperti Perum Perhutani.
Menurut Ghani, keputusan perseroan untuk mengurangi lahan perkebunan karet dan teh berdasarkan kebutuhan gula nasional yang semakin meningkat. Pemenuhan produksi gula dari dalam negeri melalui perluasan areal tanaman tebu dinilai mampu mengurangi ketergantungan negara terhadap impor gula.
Baca juga: PTPN VIII jelaskan kasus tanaman ganja di lahannya
Pada 2019, PTPN mencatat kebutuhan gula nasional mencapai sekitar 6 juta ton, terdiri dari 3 juta ton gula konsumsi rumah tangga dan 3 juta ton untuk industri makanan dan minuman. Sementara itu, produksi gula dalam negeri baru mencapai 2,2 juta ton.
Di sisi lain, kontribusi tanaman perkebunan lainnya dalam kemandirian pangan, seperti karet dan teh dapat disubstitusi dengan komoditas lainnya.
"Karet itu banyak bermanfaat untuk diekspor, tetapi kalau kaitannya dengan pemenuhan ketahanan nasional, bisa digantikan dengan tanaman lain. Ke depan, PTPN akan fokus pada dua komoditas utama, yaitu gula dan sawit," kata Ghani.
Ghani menambahkan PTPN Grup menargetkan produksi gula konsumsi tahun ini sebanyak 1 juta ton dengan tingkat rendemen sekitar 8 persen.
Produksi itu bersumber dari areal tanaman tebu milik PTPN yakni PTPN II, PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, dan PTPN XIV maupun milik petani tahun ini sekitar 168.000 ha dan diproyeksikan mampu menghasilkan tebu untuk digiling sebanyak 12,2 juta ton.
Baca juga: Holding PTPN III rombak direksi di 10 anak perusahaan non-PTPN
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020